Skip to main content

Perpanjang ITAS (Spouse/Dependant visa) Via Online

Terasa seperti ini, Gunung Baturnya ada tapi nggak keliatan. Sistemnya ada, tapi masih berkabut. Katanya sih berlaku sejak tanggal 17 Desember 2024, bersamaan dengan semua perubahan seperti paspor dan biayanya.  Karena harus perpanjang ITAS di akhir tahun, gw sudah kontak mereka dan bilang "Oh bisa extend via website." Di websitenya agak membingungkan buat pemula karena ada beberapa bagian. Bagian yang paling mentereng adalah bagian APPLY , yang mana ini harus digunakan untuk orang yang belum pernah apply ITAS . Sejenis untuk mendapatkan TELEX visa dulu yang nantinya dikonversi ke ITAS.  Perlu dicatat ini adalah ITAS dengan pasangan Indonesia sebagai sponsor ya. Tentunya perlu penjamin yang apply VITAS dll sebelum ke ITAS. Apply sebagai penjamin bisa di website yang sama. Tapi kalau apply sendiri bisa dengan menggunakan "Personal". Setelah masuk ke website imigrasi dengan menggunakan ID Penjamin, bagian HOME akan tampil beberapa hal. Nah, bagian Extend ITAS tuh a...

Stigma masyarakat untuk wanita single berumur


Apa yang terjadi jika anda adalah seorang wanita usia pertengahan 20an dan sedang dalam status single? Ya pasti jadi bahan omongan tetangga lah. Karena wanita Indonesia pun kebanyakan menikah karena sudah diobrak-obrak suruh nikah. Yang dibilang usia 25 belum nikah itu nggak etis lah, kepala hampir 3 kok belum punya gandengan lah, dibilang ini itu dan lain-lain. Yang akhirnya menciptakan satu mindset jika wanita belum menikah hingga usia hampir kepala 3 maka dia adalah wanita pemilih *atau belum laku, atau nggak ada yang mau, dan atau atau yang lainnya*. Ya jelaslah pemilih, mana mau wanita menikah dengan orang jobless tidak bertanggung jawab dan suka mabok? Masa kita suruh nikah sama orang seperti itu gara-gara takut tidak ada yang menikahi.

Efeknya apa jika menikah agar dipandang orang baik? Banyak yang belum siap menikah tapi terpaksa harus menikah karena pandangan-pandangan tersebut. Ada lagi yang menikah karena “dianggap” sudah waktunya menikah. Lebih parah lagi kalau ada kasus perceraian, mereka tidak ingin disalahkan. La wong  yang maksa nikah itu tetangga-tetangganya kok, kalau ada nggak beresnya pernikahan, mereka juga nggak mau disalahin. Repot ya.

Wanita yang masih single pun tidak disarankan mencari ilmu atau gelar terlalu tinggi. Kenapa? Takutnya nggak ada lelaki yang berani untuk menikahinya. Nah lho. Padahal apa salahnya punya istri pinter? minder? takut tersaingi?? Kalau takut tersaingi ya usaha dong, jangan karena si wanita lebih pinter dan berpendidikan tinggi, lelaki yang menaksirnya tiba-tiba mundur karena nggak percaya diri. No way. Harusnya kalau melihat wanita yang disukai memiliki pendidikan yang tinggi, ya kalian harus kejar lah. Masa sih nggak pengen punya istri pinter? Kalau nggak mau tersaingi, ya ikutlah sekolah lagi biar seimbang. Trus kenapa tidak kalian lirik itu si wanita pintar? Takut jadi omongan tetangga kali ya.. misal : wah istrinya pinter kok suaminya oon?

Wanita memang mendambakan seorang lelaki yang minimal kepintarannya sejajar dengannya. Karena kalau ngomong dan mendiskusikan sesuatu itu nyambung *ini mah maunya aku, soalnya rada gimana gitu kalau ngomong sama cowo oon*. Tapi jangan salah, kehidupan itu selalu seimbang satu sama lain. Jika punya istri pinter tapi si laki nggak sebegitu pinter ya nggak masalah. Yang penting saling cinta dan bertanggung jawab.

Nahh ada lagi yang menikah karena tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Misal nih, sekolah sudah selesai, tidak ingin melanjutkan kuliah, dan sudah bekerja serta sudah memiliki pasangan. Mau apa lagi kalau bukan menikah walaupun usia masih terlalu muda? Ya terserah saja sih, nggak melarang juga. Beruntunglah bagi orang yang menikah karena keinginannya *saya juga ngebet nikah tapi belom boleh hahaha*. Yang miris jika sudah selesai menempuh pendidikan, sudah bekerja nyaman, sudah memiliki pasangan namun belum ingin menikah? Yang ribet tetangganya brooo. Tetangga udah ribet nanya “Mbak, kapan nikah? Udah kerja udah punya pacar gitu, ngapain nunda?”. Ahh tetangga kan belum paham kalau kita nggak ingin menikah sekarang karena ada alasan tertentu. Pertanyaan itu sering menghampiriku dan bosen sumpah jawabnya sama tiap kali pertanyaan itu muncul. Lama-lama jawaban itu taro aja di dahi gitu ya, biar kalau ada yang nanya mereka udah tau jawabannya bahkan sebelum mereka bertanya. Sumpah itu pertanyaan ngganggu banget.

Ada juga salah satu teman yang menikah dengan alasan “Lah udah disuruh mama nikah, katanya daripada lama-lama nunggu”, meskipun mereka belum memiliki pekerjaan yang nyaman dan masih terlalu dini untuk menikah. Namun mereka tetap menikah karena tuntutan orangtua. Ya menurut agama saya sih menikahlah maka akan dibukakan pintu rejeki kalian. Itu benar sekali. Tapi tidak semena-mena berpikir bahwa menikah adalah jalan keluar. Dikira setelah menikah bisa langsung dapat sesuatu yang diinginkan dengan instan. Semua juga perlu proses dan usaha. Allah tidak akan memberikan hal dengan instan. Memang menikah akan membuka pintu rejeki karena secara logika pun, setiap orang memiliki rejeki masing-masing. Jika menikah, maka rejeki suami dibagi untuk istri dan rejeki istri dibagi untuk suami juga. Ya memang double rejekinya. Tapi juga harus dipikirkan matang-matang. Jangan mentang-mentang sudah lulus kuliah tapi belum dapat kerja malah memilih untuk menikah. Iya kalau setelah menikah langsung dapat pekerjaan, kalau nggak? Ya ujung-ujungnya ngerepotin orangtua *biasanya juga skalian nyalahin orangtua gegara yang nyuruh nikah orangtua*.

Sadarlah wahai tetangga-tetangga yang super kepo, pertanyaan kalian itu sangat membunuh karakter hahaha.. kadar kekepoan kalian itu sungguh sangat tinggi sekali. Dan itu sangat mengganggu wanita yang masih ingin single meskipun kalian menilai sudah pantas untuk menikah. Pantas atau tidaknya itu bukan ukuran. Yang menjadi ukuran adalah kesiapan hati dan mental. Kesiapan untuk membangun satu rumah baru bersama orang baru yang akan menjadi partner dalam hidup dan matinya. Membangun satu tanggung jawab bersama itu tidaklah mudah. Jadi mohon, janganlah kalian terlalu rajin menyuruh wanita-wanita single untuk segera menikah. Kecuali dia memang siap untuk menikah.

Saya sih nggak pernah nyuruh2 orang buat nikah, kecuali memang dia ingin menikah dan sedang down sehingga butuh support, baruuu itu disuruh-suruh. Karena nggak mau kepo sama status orang lain, tahunya ada undangan nikah dirumah atau foto pernikahan di facebook. Baru deh nyadar “Ohh dia nikah. Semoga sukses di step selanjutnya”.

Serta percayalah satu hal, Tuhan telah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan.

Note :  saya sudah siap menikah hehehe

Have a good day :)

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...

[Book] Dunia Cecilia

'apakah kalian membicarakan hal semacam itu di surga?' 'tapi kami berusaha tidak membicarakannya dekat-dekat Tuhan. ia sangat sensitif terhadap kritik' Yap, sepenggal dialog antara Cecilia dan malaikat Ariel. Saya mengenal Jostein Gaarder sejak kuliah. Ehhhh 'mengenal' dalam artian kenal bukunya ya, kalo bisa kenal pribadi mah bisa seneng jingkrak-jingkrak hehehe. Jadi karena teman saya mendapat tugas kuliah membaca satu novel filsafat berjudul Dunia Sophie, saya jadi sedikit mengetahui si bapak Gaarder ini. Enak ya tugasnya anak sastra baca novel, tugas anak matematika ya baca sih, tapi pembuktian kalkulus -_- Dunia Cecilia ini buku pertama Jostein Gaarder yang saya baca, karena buku Dunia Shopie sangatlah berat berdasar review teman saya. Saya sih nggak perlu baca buku itu karena teman saya sudah benar-benar mahir bercerita. Jadilah saya sudah paham bener cerita Dunia Sophie tanpa membacanya. Novel ini atas rekomendasi teman saya, dia bilang kala...

Dapet Visa UAE (Dubai) Gampang Banget

Dubai creek Beberapa waktu yang lalu, kita pusing berat karena H dapet libur kali ini cuman 10 hari. 10 hari dari yang biasanya 14 hari. Akhrinya diputuskan untuk tetap mengambil libur tapi nggak ke Indonesia.  Ternyata, beberapa hari kemudian, dia bilang, kalau liburnya malah jadi 7-8 hari aja. Mau ga mau saya yang harus kesana. Maksudnya terbang mendekatinya. Udah milih-milih negara mana yang harganya rasional, yang ga banyak makan waktu buat terbangnya H, dan tentunya ga ribet urus visa buat pemegang paspor hijau yang ga sesakti paspornya H.  Btw warna paspor Indonesia jadi biru ya sekarang?? Pilihan jatuh ke Dubai. Pemegang paspor hijau harus bikin visa, ya pusing lagi deh cara bikin visa Dubai nih gimana. Apa iya sesusah bikin visa schengen, visa US, visa lainnya. dari persyaratan sih standar ya, termasuk  record  bank account selama 3 bulan. Emang nggak pernah bikin visa Dubai sebelumnya ya, apalagi H yang paspornya super sakti kemana-mana (hampir) ga perlu vis...