Skip to main content

Nyepi ke-4 di Bali

Taken at 3am-ish Tahun ini adalah tahun ke-4 gw nyepi di Bali. Ketagihan banyak Nyepi di Bali. Tahun ini juga semua serangkaian Nyepi terasa kembali normal. Normal dalam artian, kegiatan yang berhubungan dengan Nyepi sudah mulai dilaksanakan secara utuh. Karena 2-3 tahun sebelumnya masih nggak 100%, kali ini jauh lebih meriah.  Upacara dimana-mana. Jalanan ditutup, diputar, dimana-mana. Melasti yang bisa aja kalau kalian nggak tau ya "kejebak" macet. Gw nggak suka keramaian, tapi prosesi-prosesi kejutan yang gw nggak sengaja liat di jalanan tuh menyenangkan sekali. Riuhnya kerasa buat gw.  Big offerings 2-3 tahun lalu, seingat gw ATM tuh tutupnya H-1 Nyepi tapi jam-jam sore. Tahun ini jam 10 pagi ATM udah mati semua. Tahun ini juga gw tiba-tiba perlu urus visa yang mepet Nyepi, dengan janji temu hari kamis. Hari kamis ini masih ngembak geni, kegiatan belum ada yang 100%. Kalaupun ada pasti bukanya di atas jam 10 atau jam 1 siang.  Gw perlu print beberapa dokumen terakhir yang

Klik itu penting

Memilih kos selalu gampang-gampang susah bagi saya. Kenapa? Karena harus benar-benar sreg dan pas di hati. Sebagus apapun kosnya tapi kalau tidak sreg ya nggak bakal saya ambil. Kos di Malang misalnya, mendapatkan rekomendasi dari seorang kakak kelas yang tinggal disana. Jika dilihat secara umum dari depan, kos ini bukanlah kos yang wah dan bagus. Hanya saja ketika saya masuk kedala rumah, hawa dingin menyeruak. Sepanas apapun diluar, rumah ini selalu terasa dingin. Dan pertama kali masuk, hati  langsung klik walaupun kamar tidak terlalu besar *dan menurut keluargaku sih kamar itu kurang layak*. Tapi karena hati sudah klik, jadinya ya seneng2 aja. Nyaman kok. Itu penting. Dan yang paling penting ibu kosnya buaekkkkk banget. Jarang marah sama saya hehehe. Dan terbukti, stay disana selama 6 tahun sampai akhirnya meninggalkan kota tercinta.

Pindah ke Surabaya, hal pertama yang bikin malas adalah mencari kos baru. Tidak ada rekomendasi dari manapun dan harus mempertimbangkan lokasi dekat kantor. Akhirnya ada rekomendasi yang datang dari seorang teman tetangga. Ketika di cek, baru pertama kali masuk sudah nggak ada rasa sreg. Dan ketika naik keatas, ada kecoak mati di salah satu anak tangganya. Ahh ini sudah jadi satu alasan batal ngekos disini.

Ketika masuk kedalam ruangan kos, kos itu terasa pengap seperti ruangan tak memiliki jendela dan ventilasi. Ok, sudah dapat 2 alasan yang menggagalkan. Begitu masuk melihat kamarnya, ukuran 2,5x2,5, ada kamar mandi dalam, meja belajar, lemari, tempat tidur single, dan kamar mandinya jorok. Tentunya super pengap. Seminggu disini nggak jamin deh bisa terhindar dari sakit asma. Yup, alasan ketiga yg menggagalkan. Berbicara dengan ibu kosnya, dia terkesan jahat dan jutek. Ok fine! Sudah lebih dari cukup saya mendapat alasan untuk menolak kos ini.

Papa mama sudah putus asa karena mencari kesana kemari tidak ada kos yang available yg cocok dengan hati. Ntah mengapa waktu itu saya mengatakan “Coba lewat jalan itu, lebih deket, kali aja ada kos”. Kedua orangtua tidak terlalu optimis. Tapi ntah mengapa saya sangat optimis. Dan berhentilah kita didepan warung karena mama turun dan menanyakan kos sekitar sana. Saya yang didalam mobil menoleh ke kanan dan melihat tulisan “Room for rent”. Happy bukan kepalang. Langsung lapor ke papa kalau ada kos dirumah itu. Mama kembali dan mengatakan hal yang sama.

Kami turun dan menemui empunya. Ternyata kos sedang terisi semuanya. Dan baru ada yg keluar tanggal 3, sedangkan saya harus masuk kos tanggal 31. Nahh akhirnya sampai merayu2 agar dipinjami ruangan dirumah utama sampai tanggal 3. Ada satu kamar kosong tapi katanya sudah di booking dihari yang sama saat saya harus pindah. Bapaknya berkata “kalau nanti tidak ada konfirmasi, Prisca bisa pakai kamar itu”.

Benar-benar merayu karena memang ketika gerbang dibuka, saya masuk dan klik dihati serta “ok, aku harus kos disini”. akhirnya setelah didiskusikan dengan si empunya, saya bisa masuk. Dan ternyata yg booking cancel, dan akhirnya saya bisa masuk ke kamar saya sendiri.

Rumahnya besar sekali. Pertama masuk sudah merasa masuk rumah lawasku yang dulu. Rumah ala-ala bangunan lama kolonial. Hati klik dari pertama kali masuk, padahal bellum melihat kamarnya. Halaman sangat luasssss sekali, ada bebek-bebeknya, ad ataman kecilnya, tempatnya nggak panas sama sekali karena masih ada angin segar yang masuk, yang paling penting nggak pengap.

Kamar ber-AC, ada kipas, tempat tidur springbed yang queen size, ada meja belajar, lemari besar, meja rias, hanya saja kamar mandi diluar pas disamping kamar. No problem. karena saya paling males bersih2 kamar mandi. Jadi lebih baik seperti itu. Dan yang penting lagi lainnya adalah yang punya baekkkkkkk banget. Senyumnya itu menenangkan. Terlebih lagi saya merasa terlindungi karena yang kos disana banyak bapak-bapak yang berasal dari Malang. serasa benar-benar dijodohkan dengan kos ini. Dan belakangan kusadari jika dari 8 kamar, hanya saya satu-satunya wanita. Yg wanita lainnya sudah bersuami dan tinggal dengan suami dikamar sebelah *berarti bukan satu2nya wanita ya.. sebut saja satu2nya perawan*.

Jadi kesimpulannya, pilihlah sesuatu dengan hati. Penalaran secara fisik memang penting, tapi jangan lupakan apa kata hati yang seringkali diabaikan. Seperti saya yang selalu menilai dari hati terlebih dahulu. Karena rasa klik dihati itu tidak bisa membohongi. Sama seperti memilih pendamping hidup, harus klik hehee... *helm aja harus bunyi klik biar aman, ya nggak??*

Saya dan kos saya saat ini merasa menyatu, ntah mengapa. Rasa klik itu penting bagi saya. Dan saya tidak berencana untuk mencari kos baru. Sepertinya ini akan menjadi kos yang agak lama seperti kos yang ada di Malang.

Dan baru kuketahui jika kakek buyut si empunya adalah seorang Belanda,sama seperti kakek buyut saya. Rupanya ini yang membuat saya feel homey di kos Surabaya ini.

Comments

Popular posts from this blog

Nyepi ke-4 di Bali

Taken at 3am-ish Tahun ini adalah tahun ke-4 gw nyepi di Bali. Ketagihan banyak Nyepi di Bali. Tahun ini juga semua serangkaian Nyepi terasa kembali normal. Normal dalam artian, kegiatan yang berhubungan dengan Nyepi sudah mulai dilaksanakan secara utuh. Karena 2-3 tahun sebelumnya masih nggak 100%, kali ini jauh lebih meriah.  Upacara dimana-mana. Jalanan ditutup, diputar, dimana-mana. Melasti yang bisa aja kalau kalian nggak tau ya "kejebak" macet. Gw nggak suka keramaian, tapi prosesi-prosesi kejutan yang gw nggak sengaja liat di jalanan tuh menyenangkan sekali. Riuhnya kerasa buat gw.  Big offerings 2-3 tahun lalu, seingat gw ATM tuh tutupnya H-1 Nyepi tapi jam-jam sore. Tahun ini jam 10 pagi ATM udah mati semua. Tahun ini juga gw tiba-tiba perlu urus visa yang mepet Nyepi, dengan janji temu hari kamis. Hari kamis ini masih ngembak geni, kegiatan belum ada yang 100%. Kalaupun ada pasti bukanya di atas jam 10 atau jam 1 siang.  Gw perlu print beberapa dokumen terakhir yang

Life recently #2

Ternyata seminggu nggak nulis ya.. udah ngelewatin jumat ceria juga 😁 Gara-garanya apa hayo???? Year-end schedule di kantor. Ini jadwal serem banget deh tiap tahunnya. 3 affiliates ini pada borongan ngasih kerjaan seabrek kepadaku yang lemah tak berdaya. Pulang juga sering jam 7 malem, mentok jam 8 tapi sih haha. Ogah bener 12 jam lebih kerja. Gara-gara kerjaan yang tak kunjung usai dan bakalan berlanjut hingga pertengahan desember, fokusku jadi kurang dong. Mana sibuk ngurus prenup juga.  When you feel depressed and stressed, you need something cold called ice cream. This one is Zangrandi ice cream Kemarin, waktu arrange janji sama notaris, karena males kelamaan via email akhirnya coba telpon lah ya, begini jadinya : Aku : halo… Dia : iya halooo… *dengan suara bantal* Lah kok suaranya begini sih Aku : dengan bapak x? dia : Bukan mbak *masih dengan suara bantal* Aku : hah? Bukan? Ini bukan notaries? dia : ini toko bangunan mbak Zingggggg…. Buru

Drama Jogjakarta #1

Ceritanya, apes sih, kan aku udah ngeyel banget buat tes bahasa Korea di Jogja. Udah set up the date deh, eh lakok jadwalnya sama pas dia dateng. Yaudah terpaksa kan akhirnya harus ikut dia ke Jogja. Ada dramanya? Ada dong jelas.    Jadi seperti rencana, yang mau tes itu saya sama sahabat saya. Kita sepakat berangkat dari Surabaya naek kereta. Oke fix kita berangkat dari Gubeng naek kereta Sancaka Pagi yang notabene bisnis (apa eksekutif ya?? Lupa ding). Karena hanya 5 jam perjalanan, ok saya bisa terima. Dan ini kereta bisnis, agak mendingan la ya daripada yang ekonomi. At least si mas bilang ‘I like it’. Lega deh.   Sancaka pagi Nah saya itu nggak pernah tau kalo Gubeng itu ada dua. Yang lama sama baru. Nah kita naek taksi kan bilang aja gubeng naek sancaka pagi, bapaknya udah tau sendiri dong. Belom check ini, jadi harus satu jam sebelum berangkat kalo nggak gitu nggak bisa keluar tiketnya. Kereta berangkat jam 7.30 pagi dan saya jam 6 sudah disana. Check in dan be