Skip to main content

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Klik itu penting

Memilih kos selalu gampang-gampang susah bagi saya. Kenapa? Karena harus benar-benar sreg dan pas di hati. Sebagus apapun kosnya tapi kalau tidak sreg ya nggak bakal saya ambil. Kos di Malang misalnya, mendapatkan rekomendasi dari seorang kakak kelas yang tinggal disana. Jika dilihat secara umum dari depan, kos ini bukanlah kos yang wah dan bagus. Hanya saja ketika saya masuk kedala rumah, hawa dingin menyeruak. Sepanas apapun diluar, rumah ini selalu terasa dingin. Dan pertama kali masuk, hati  langsung klik walaupun kamar tidak terlalu besar *dan menurut keluargaku sih kamar itu kurang layak*. Tapi karena hati sudah klik, jadinya ya seneng2 aja. Nyaman kok. Itu penting. Dan yang paling penting ibu kosnya buaekkkkk banget. Jarang marah sama saya hehehe. Dan terbukti, stay disana selama 6 tahun sampai akhirnya meninggalkan kota tercinta.

Pindah ke Surabaya, hal pertama yang bikin malas adalah mencari kos baru. Tidak ada rekomendasi dari manapun dan harus mempertimbangkan lokasi dekat kantor. Akhirnya ada rekomendasi yang datang dari seorang teman tetangga. Ketika di cek, baru pertama kali masuk sudah nggak ada rasa sreg. Dan ketika naik keatas, ada kecoak mati di salah satu anak tangganya. Ahh ini sudah jadi satu alasan batal ngekos disini.

Ketika masuk kedalam ruangan kos, kos itu terasa pengap seperti ruangan tak memiliki jendela dan ventilasi. Ok, sudah dapat 2 alasan yang menggagalkan. Begitu masuk melihat kamarnya, ukuran 2,5x2,5, ada kamar mandi dalam, meja belajar, lemari, tempat tidur single, dan kamar mandinya jorok. Tentunya super pengap. Seminggu disini nggak jamin deh bisa terhindar dari sakit asma. Yup, alasan ketiga yg menggagalkan. Berbicara dengan ibu kosnya, dia terkesan jahat dan jutek. Ok fine! Sudah lebih dari cukup saya mendapat alasan untuk menolak kos ini.

Papa mama sudah putus asa karena mencari kesana kemari tidak ada kos yang available yg cocok dengan hati. Ntah mengapa waktu itu saya mengatakan “Coba lewat jalan itu, lebih deket, kali aja ada kos”. Kedua orangtua tidak terlalu optimis. Tapi ntah mengapa saya sangat optimis. Dan berhentilah kita didepan warung karena mama turun dan menanyakan kos sekitar sana. Saya yang didalam mobil menoleh ke kanan dan melihat tulisan “Room for rent”. Happy bukan kepalang. Langsung lapor ke papa kalau ada kos dirumah itu. Mama kembali dan mengatakan hal yang sama.

Kami turun dan menemui empunya. Ternyata kos sedang terisi semuanya. Dan baru ada yg keluar tanggal 3, sedangkan saya harus masuk kos tanggal 31. Nahh akhirnya sampai merayu2 agar dipinjami ruangan dirumah utama sampai tanggal 3. Ada satu kamar kosong tapi katanya sudah di booking dihari yang sama saat saya harus pindah. Bapaknya berkata “kalau nanti tidak ada konfirmasi, Prisca bisa pakai kamar itu”.

Benar-benar merayu karena memang ketika gerbang dibuka, saya masuk dan klik dihati serta “ok, aku harus kos disini”. akhirnya setelah didiskusikan dengan si empunya, saya bisa masuk. Dan ternyata yg booking cancel, dan akhirnya saya bisa masuk ke kamar saya sendiri.

Rumahnya besar sekali. Pertama masuk sudah merasa masuk rumah lawasku yang dulu. Rumah ala-ala bangunan lama kolonial. Hati klik dari pertama kali masuk, padahal bellum melihat kamarnya. Halaman sangat luasssss sekali, ada bebek-bebeknya, ad ataman kecilnya, tempatnya nggak panas sama sekali karena masih ada angin segar yang masuk, yang paling penting nggak pengap.

Kamar ber-AC, ada kipas, tempat tidur springbed yang queen size, ada meja belajar, lemari besar, meja rias, hanya saja kamar mandi diluar pas disamping kamar. No problem. karena saya paling males bersih2 kamar mandi. Jadi lebih baik seperti itu. Dan yang penting lagi lainnya adalah yang punya baekkkkkkk banget. Senyumnya itu menenangkan. Terlebih lagi saya merasa terlindungi karena yang kos disana banyak bapak-bapak yang berasal dari Malang. serasa benar-benar dijodohkan dengan kos ini. Dan belakangan kusadari jika dari 8 kamar, hanya saya satu-satunya wanita. Yg wanita lainnya sudah bersuami dan tinggal dengan suami dikamar sebelah *berarti bukan satu2nya wanita ya.. sebut saja satu2nya perawan*.

Jadi kesimpulannya, pilihlah sesuatu dengan hati. Penalaran secara fisik memang penting, tapi jangan lupakan apa kata hati yang seringkali diabaikan. Seperti saya yang selalu menilai dari hati terlebih dahulu. Karena rasa klik dihati itu tidak bisa membohongi. Sama seperti memilih pendamping hidup, harus klik hehee... *helm aja harus bunyi klik biar aman, ya nggak??*

Saya dan kos saya saat ini merasa menyatu, ntah mengapa. Rasa klik itu penting bagi saya. Dan saya tidak berencana untuk mencari kos baru. Sepertinya ini akan menjadi kos yang agak lama seperti kos yang ada di Malang.

Dan baru kuketahui jika kakek buyut si empunya adalah seorang Belanda,sama seperti kakek buyut saya. Rupanya ini yang membuat saya feel homey di kos Surabaya ini.

Comments

Popular posts from this blog

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Gojek ke bandara juanda

While waiting, jadi mending berbagi sedikit soal gojek. Karena saya adalah pengguna setia gojek, saya pengen cobain ke bandara pake gojek. Awalnya saya kira tidak bisa *itu emang sayanya aja sih yang menduga nggak bisa*, trus tanya temen katanya bisa karena dia sering ke bandara pakai motornya. Nah berarti gojek bisa dong?? Sebelum-sebelumnya kalo naek gojek selalu bayar cash, tapi kali ini pengen cobain top up go pay. Minimum top up 10ribu. Jadi saya cobain deh 30ribu dulu. Eh ternyata lagi ada promo 50% off kalo pake go pay. Haiyaaaaa kenapa ga dari dulu aja ngisi go pay hahaha. Dari kantor ke bandara juanda sekitar 8km. Kantor saya sih daerah rungkut industri. Penasarannn banget ini abang mau lewat mana ya. Tertera di layar 22ribu, tapi karena pakai go pay diskon 50% jadinya tinggal 11ribu. Bayangin tuhh... pake bis damri aja 30ribu hahaha. 11ribu udah nyampe bandara. Biasanya 15ribu ke royal plaza dari kantor haha. Lagi untung. Bagus deh. Nah sepanjang perjalanan, saya mikir ter

Dapet Visa UAE (Dubai) Gampang Banget

Dubai creek Beberapa waktu yang lalu, kita pusing berat karena H dapet libur kali ini cuman 10 hari. 10 hari dari yang biasanya 14 hari. Akhrinya diputuskan untuk tetap mengambil libur tapi nggak ke Indonesia.  Ternyata, beberapa hari kemudian, dia bilang, kalau liburnya malah jadi 7-8 hari aja. Mau ga mau saya yang harus kesana. Maksudnya terbang mendekatinya. Udah milih-milih negara mana yang harganya rasional, yang ga banyak makan waktu buat terbangnya H, dan tentunya ga ribet urus visa buat pemegang paspor hijau yang ga sesakti paspornya H.  Btw warna paspor Indonesia jadi biru ya sekarang?? Pilihan jatuh ke Dubai. Pemegang paspor hijau harus bikin visa, ya pusing lagi deh cara bikin visa Dubai nih gimana. Apa iya sesusah bikin visa schengen, visa US, visa lainnya. dari persyaratan sih standar ya, termasuk  record  bank account selama 3 bulan. Emang nggak pernah bikin visa Dubai sebelumnya ya, apalagi H yang paspornya super sakti kemana-mana (hampir) ga perlu visa, dia ga pernah ad