Skip to main content

Pakai eSIM Untuk 30 Hari di Belanda

Amsterdam Ini pertama kalinya beli eSIM. eSIM ini nggak semua ponsel bisa, kebetulan aja gw beli karena ya ponsel gw bisa dipake eSIM. Sebelumnya sih gw jarang banget beli kuota internet kalau ke luar Indonesia. Kalau dibilang mahal buanget sih tergantung negaranya ya, cuma kadang males. Jadi kalau lagi di luar dan nggak ada internet gw bisa bilang "Wah lagi nggak ada internet gw di luar" 😅 Nah, gw pilih eSIM karena mikir kalau pake alat   macem mifi begitu pasti harus pick up alatnya, kalau beli SIMCARD ribet harus kasih paspor, harus ganti kartunya juga. Lalu terbesitlah eSIM. Gw cari beberapa eSIM yang banyak beredar buat di Eropa. Tadinya mau milih Simyo tapi harus abonemen bulanan. Ah nggak dulu deh. Kalau lamaan di sana aja baru okelah.  Tiap kali ke luar negeri, gw nggak pernah pakai roaming dari kartu gw sendiri karena menakutkan harganya. Tidak  worth it.  Akhirnya gw nemu eSIM dari  Maya . Menurut gw, kartu ini termasuk bersaing harganya. Gw beli yang 3GB dengan ha

Serba serbi pernikahan

Tiba-tiba ingin menuliskan sesuatu tentang pernikahan di Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Yang mana ketika menikah, mereka akan menikah secara agama dan mencatatkan pernikahan mereka secara sipil. Untuk orang Islam, biasanya dilakukan ijab Kabul (untuk umat yang lainnya tentunya mereka memiliki cara tersendiri untuk menikah secara agama) kemudian lanjut dengan resepsi pernikahan.

Untuk ijab Kabul, bisa dilakukan di KUA atau di rumah atau di masjid tergantung keinginan si empunya hajat. Kalau saya sih ingin dirumah. Nah  setelah acara prosesi nikah secara agama ini selesai, barulah mereka mengadakan resepsi yang biasanya mengundang ribuan orang *beken amat nih orang punya ribuan kenalan*. Resepsi di Indonesia biasanya si pengantin baru duduk (sebut saja berdiri) dipelaminan, senyum sampai giginya kering, cipika cipiki sama undangan yang ngasih ucapan selamat, berfoto begitu seterusnya hingga acara selesai. Kalau di gedung sih biasanya maksimal 4-5 jam. Kalau dirumah bisa 24 jam bahkan lebih, apalagi bagi yang ingin pernikahan ala adat *adat Jawa misalnya*. Dijamin deh perlu minimal 3 hari untuk menyelesaikan semua sesi acara nikahan itu.

Bisa dibayangkan bagaimana ribetnya?

Bisa, ini mah yang jadi hal paling horror dari sesi hura-hura di nikahan

Ada banyak alasan yang melatarbelakangi orang ingin “membuang” banyak uang untuk resepsi pernikahan, diantara adalah :

1.       Syukuran. Boleh lah kita berniat acara nikahan sebagai acara syukuran dan berbagi kebahagiaan dihari bahagia kita. Tapi kalau sudah diniati syukuran, jangan berharap pada isi amplop yang akan diberikan undangan ya. Saya heran, ada tetangga yang niat syukuran dan memang nggak mau dikasih amplopan tapi yang ribet malah tetangga-tetangganya. Malah dibilang “ya meskipun ingin syukuran tapi kan nggak etis kalau nggak nerima amplopan kita”. Nggak etis dari mana sih, wong yang punya hajat aja udah terang-terangan bilang nggak usah ngamplopin.

2.       Melestarikan budaya. Indonesia yang punya jutaan budaya termasuk budaya dalam menikahkan anak, sayang kalau hilang tergerus jaman. Okelah ini alasan yang masih agak bisa diterima akal karena memang saya pun suka dengan pernikahan ala Jawa. Hanya saja saya agak ogah kalau pernikahan saya yang dibikin ala Jawa. Ribet. Suka liat orang lain yang ribet aja.

3.       Nah yang satu ini agak gak penting banget. Karena GENGSI. Apalah gengsi, kenapa juga gengsi? Apa mentang-mentang kita punya jabatan tinggi kemudian kita harus menikah yang super mewah dan menghabiskan banyak dana dalam semalam? Hanya karena untuk mengejar gengsi. Let say kita pukul rata biaya nikah disini sekitar 50 juta itu kalau pakai gedung. Itu yang paling murah lho.. ada yang diatas 100juta. Dan habis dalam semalam. Saya hanya bisa mengelus dada dan mikir “itu bisa buat DP rumah”.

Mau pesen makanan vendor ini, dibilang jangan nanti diomongin orang. Mau pakai yg itu, jangan nanti diomongin jelek sama orang. Ahh sudahlah.. memaki dan menghina itu manusiawi kok. Sebagus-bagusnya nikahan, atau sejelek-jeleknya pesta nikahan, pasti masih ada yang cacat. Beneran lho, kalau Cuma demi gengsi, mending jangan deh. Karena berapapun jumlah uang yang kita habiskan, cibiran tetap akan datang. Negative thinking banget nih gue.

Siapa sih yang ingin pernikahannya diingat sepanjang masa? Pastilah kita semua ingin membuat pernikahan yang berkesan bahkan bagi orang lain. Kalau saya sih, ingin pernikahan yg sederhana, yang elegan, dan tidak menghabiskan banyak uang hahaha. Tentunya hanya dengan mengundang keluarga besar dan teman dekat saja. Dan tidak menghabiskan banyak waktu. Buat apa acara pesta gede-gedean kalau ujung-ujungnya pusing dan gak jadi malam pertama sama suami. Kan sayang. Mana mau mereka tanggung jawab. Iya kan??

Saya melihat satu hal yang minus disini, ketika menggelar acara hajatan dan harus berada dipelaminan. Kita mengundang tamu, untuk datang ke acara bahagia kita, mendoakan kita yang terbaik, tapi kita justru ada didepan dan hanya berbicara dengan mereka ketika berfoto. Agak miris sih sebenarnya. Karena ada beberapa teman dekat yang berada jauh dari kita, merelakan waktunya untuk datang ke acara kita, tapi kita nggak ada waktu untuk ngobrol dengan mereka. Momen ini harusnya menjadi momen kumpul-kumpul yang menyenangkan. Jadi bukan senyum palsu yang ditampilkan. Melainkan senyum yang benar-benar bahagia karena di hari bahagia kita bisa berbicara dengan teman dekat kita dan juga keluarga yang lainnya. Jadi pesta bukan sekedar formalitas you know.

Semakin kesini saya semakin menginginkan pernikahan yang sederhana. Pernikahan yang sah dimata agama dan negara. Cukup dengan ijab Kabul yang dihadiri oleh keluarga dan teman terdekat saja. Tentunya tidak akan menghabiskan banyak uang sia-sia. Bukannya pelit untuk acara huru hara, tapi akan lebih baik jika diminimalisir pengeluaran untuk pesta. Memang, menurut ajaran islam, disarankan menggelar pesta pernikahan untuk mengumumkan bahwa seorang telah menikah. Tapi jaman segini, media sosial juga udah banyak sih buat ngumumin kalau udah nikah. Biar nggak jadi fitnah begitu.

Kembali lagi kepada keinginan masing-masing. kalau memang budget mencukupi, niatnya baik, semua ok, ya why not?

Tapi inget juga, jangan hanya mengejar gengsi yang hanya menimbulkan banyak masalah esok harinya

Comments

Popular posts from this blog

Pakai eSIM Untuk 30 Hari di Belanda

Amsterdam Ini pertama kalinya beli eSIM. eSIM ini nggak semua ponsel bisa, kebetulan aja gw beli karena ya ponsel gw bisa dipake eSIM. Sebelumnya sih gw jarang banget beli kuota internet kalau ke luar Indonesia. Kalau dibilang mahal buanget sih tergantung negaranya ya, cuma kadang males. Jadi kalau lagi di luar dan nggak ada internet gw bisa bilang "Wah lagi nggak ada internet gw di luar" 😅 Nah, gw pilih eSIM karena mikir kalau pake alat   macem mifi begitu pasti harus pick up alatnya, kalau beli SIMCARD ribet harus kasih paspor, harus ganti kartunya juga. Lalu terbesitlah eSIM. Gw cari beberapa eSIM yang banyak beredar buat di Eropa. Tadinya mau milih Simyo tapi harus abonemen bulanan. Ah nggak dulu deh. Kalau lamaan di sana aja baru okelah.  Tiap kali ke luar negeri, gw nggak pernah pakai roaming dari kartu gw sendiri karena menakutkan harganya. Tidak  worth it.  Akhirnya gw nemu eSIM dari  Maya . Menurut gw, kartu ini termasuk bersaing harganya. Gw beli yang 3GB dengan ha

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Dapet Visa UAE (Dubai) Gampang Banget

Dubai creek Beberapa waktu yang lalu, kita pusing berat karena H dapet libur kali ini cuman 10 hari. 10 hari dari yang biasanya 14 hari. Akhrinya diputuskan untuk tetap mengambil libur tapi nggak ke Indonesia.  Ternyata, beberapa hari kemudian, dia bilang, kalau liburnya malah jadi 7-8 hari aja. Mau ga mau saya yang harus kesana. Maksudnya terbang mendekatinya. Udah milih-milih negara mana yang harganya rasional, yang ga banyak makan waktu buat terbangnya H, dan tentunya ga ribet urus visa buat pemegang paspor hijau yang ga sesakti paspornya H.  Btw warna paspor Indonesia jadi biru ya sekarang?? Pilihan jatuh ke Dubai. Pemegang paspor hijau harus bikin visa, ya pusing lagi deh cara bikin visa Dubai nih gimana. Apa iya sesusah bikin visa schengen, visa US, visa lainnya. dari persyaratan sih standar ya, termasuk  record  bank account selama 3 bulan. Emang nggak pernah bikin visa Dubai sebelumnya ya, apalagi H yang paspornya super sakti kemana-mana (hampir) ga perlu visa, dia ga pernah ad