Skip to main content

Sustainable Way to "Dump" our Waste

Sticker from eco-bali recycling October is funny month. We have this crisis of burning landfield in Bali, and they haven't pick up my trash for 2 months. Probably over two months now. We're like "Okay it's time to swap to the sustainable options" Yea we've been thinking about composting, but I do not know where to start. Because, you know, when you did it wrong it can be stinky and worm-y and not working out well. Turns out, they have composting company that provide the bin, the pickup, and even got the compost back monthly or per 6 months. I did not know that but of course my husband found it and planned to sign up for it.  The week where we had that plan on mind, suddenly in the morning there was a guy from this company came to our house delivering the composting bin. "No we did not order this, yet" Apparently the neighbor ordered their service but they got the address wrong. The next day, the same guy came again, brought his empty composting bin f

Serba serbi pernikahan

Tiba-tiba ingin menuliskan sesuatu tentang pernikahan di Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Yang mana ketika menikah, mereka akan menikah secara agama dan mencatatkan pernikahan mereka secara sipil. Untuk orang Islam, biasanya dilakukan ijab Kabul (untuk umat yang lainnya tentunya mereka memiliki cara tersendiri untuk menikah secara agama) kemudian lanjut dengan resepsi pernikahan.

Untuk ijab Kabul, bisa dilakukan di KUA atau di rumah atau di masjid tergantung keinginan si empunya hajat. Kalau saya sih ingin dirumah. Nah  setelah acara prosesi nikah secara agama ini selesai, barulah mereka mengadakan resepsi yang biasanya mengundang ribuan orang *beken amat nih orang punya ribuan kenalan*. Resepsi di Indonesia biasanya si pengantin baru duduk (sebut saja berdiri) dipelaminan, senyum sampai giginya kering, cipika cipiki sama undangan yang ngasih ucapan selamat, berfoto begitu seterusnya hingga acara selesai. Kalau di gedung sih biasanya maksimal 4-5 jam. Kalau dirumah bisa 24 jam bahkan lebih, apalagi bagi yang ingin pernikahan ala adat *adat Jawa misalnya*. Dijamin deh perlu minimal 3 hari untuk menyelesaikan semua sesi acara nikahan itu.

Bisa dibayangkan bagaimana ribetnya?

Bisa, ini mah yang jadi hal paling horror dari sesi hura-hura di nikahan

Ada banyak alasan yang melatarbelakangi orang ingin “membuang” banyak uang untuk resepsi pernikahan, diantara adalah :

1.       Syukuran. Boleh lah kita berniat acara nikahan sebagai acara syukuran dan berbagi kebahagiaan dihari bahagia kita. Tapi kalau sudah diniati syukuran, jangan berharap pada isi amplop yang akan diberikan undangan ya. Saya heran, ada tetangga yang niat syukuran dan memang nggak mau dikasih amplopan tapi yang ribet malah tetangga-tetangganya. Malah dibilang “ya meskipun ingin syukuran tapi kan nggak etis kalau nggak nerima amplopan kita”. Nggak etis dari mana sih, wong yang punya hajat aja udah terang-terangan bilang nggak usah ngamplopin.

2.       Melestarikan budaya. Indonesia yang punya jutaan budaya termasuk budaya dalam menikahkan anak, sayang kalau hilang tergerus jaman. Okelah ini alasan yang masih agak bisa diterima akal karena memang saya pun suka dengan pernikahan ala Jawa. Hanya saja saya agak ogah kalau pernikahan saya yang dibikin ala Jawa. Ribet. Suka liat orang lain yang ribet aja.

3.       Nah yang satu ini agak gak penting banget. Karena GENGSI. Apalah gengsi, kenapa juga gengsi? Apa mentang-mentang kita punya jabatan tinggi kemudian kita harus menikah yang super mewah dan menghabiskan banyak dana dalam semalam? Hanya karena untuk mengejar gengsi. Let say kita pukul rata biaya nikah disini sekitar 50 juta itu kalau pakai gedung. Itu yang paling murah lho.. ada yang diatas 100juta. Dan habis dalam semalam. Saya hanya bisa mengelus dada dan mikir “itu bisa buat DP rumah”.

Mau pesen makanan vendor ini, dibilang jangan nanti diomongin orang. Mau pakai yg itu, jangan nanti diomongin jelek sama orang. Ahh sudahlah.. memaki dan menghina itu manusiawi kok. Sebagus-bagusnya nikahan, atau sejelek-jeleknya pesta nikahan, pasti masih ada yang cacat. Beneran lho, kalau Cuma demi gengsi, mending jangan deh. Karena berapapun jumlah uang yang kita habiskan, cibiran tetap akan datang. Negative thinking banget nih gue.

Siapa sih yang ingin pernikahannya diingat sepanjang masa? Pastilah kita semua ingin membuat pernikahan yang berkesan bahkan bagi orang lain. Kalau saya sih, ingin pernikahan yg sederhana, yang elegan, dan tidak menghabiskan banyak uang hahaha. Tentunya hanya dengan mengundang keluarga besar dan teman dekat saja. Dan tidak menghabiskan banyak waktu. Buat apa acara pesta gede-gedean kalau ujung-ujungnya pusing dan gak jadi malam pertama sama suami. Kan sayang. Mana mau mereka tanggung jawab. Iya kan??

Saya melihat satu hal yang minus disini, ketika menggelar acara hajatan dan harus berada dipelaminan. Kita mengundang tamu, untuk datang ke acara bahagia kita, mendoakan kita yang terbaik, tapi kita justru ada didepan dan hanya berbicara dengan mereka ketika berfoto. Agak miris sih sebenarnya. Karena ada beberapa teman dekat yang berada jauh dari kita, merelakan waktunya untuk datang ke acara kita, tapi kita nggak ada waktu untuk ngobrol dengan mereka. Momen ini harusnya menjadi momen kumpul-kumpul yang menyenangkan. Jadi bukan senyum palsu yang ditampilkan. Melainkan senyum yang benar-benar bahagia karena di hari bahagia kita bisa berbicara dengan teman dekat kita dan juga keluarga yang lainnya. Jadi pesta bukan sekedar formalitas you know.

Semakin kesini saya semakin menginginkan pernikahan yang sederhana. Pernikahan yang sah dimata agama dan negara. Cukup dengan ijab Kabul yang dihadiri oleh keluarga dan teman terdekat saja. Tentunya tidak akan menghabiskan banyak uang sia-sia. Bukannya pelit untuk acara huru hara, tapi akan lebih baik jika diminimalisir pengeluaran untuk pesta. Memang, menurut ajaran islam, disarankan menggelar pesta pernikahan untuk mengumumkan bahwa seorang telah menikah. Tapi jaman segini, media sosial juga udah banyak sih buat ngumumin kalau udah nikah. Biar nggak jadi fitnah begitu.

Kembali lagi kepada keinginan masing-masing. kalau memang budget mencukupi, niatnya baik, semua ok, ya why not?

Tapi inget juga, jangan hanya mengejar gengsi yang hanya menimbulkan banyak masalah esok harinya

Comments

Popular posts from this blog

Gojek ke bandara juanda

While waiting, jadi mending berbagi sedikit soal gojek. Karena saya adalah pengguna setia gojek, saya pengen cobain ke bandara pake gojek. Awalnya saya kira tidak bisa *itu emang sayanya aja sih yang menduga nggak bisa*, trus tanya temen katanya bisa karena dia sering ke bandara pakai motornya. Nah berarti gojek bisa dong?? Sebelum-sebelumnya kalo naek gojek selalu bayar cash, tapi kali ini pengen cobain top up go pay. Minimum top up 10ribu. Jadi saya cobain deh 30ribu dulu. Eh ternyata lagi ada promo 50% off kalo pake go pay. Haiyaaaaa kenapa ga dari dulu aja ngisi go pay hahaha. Dari kantor ke bandara juanda sekitar 8km. Kantor saya sih daerah rungkut industri. Penasarannn banget ini abang mau lewat mana ya. Tertera di layar 22ribu, tapi karena pakai go pay diskon 50% jadinya tinggal 11ribu. Bayangin tuhh... pake bis damri aja 30ribu hahaha. 11ribu udah nyampe bandara. Biasanya 15ribu ke royal plaza dari kantor haha. Lagi untung. Bagus deh. Nah sepanjang perjalanan, saya mikir ter

[Piknik] Prambanan lagi

Salah satu pesona Jawa Tengah adalah Candi Prambanan. Saya sudah 3 kali berkunjung ke situs warisan dunia ini. Candi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan jogja ini selalu menimbulkan kesan mistis bagi saya. Terletak tak jauh dari jalan raya, sehingga mengunjunginya pun sangat mudah. Berbeda dengan Candi Borobudur yang letaknya sangat jauh dari jalan raya besar.  Ok, menurut saya ada 3 cara menuju candi ini. Menggunakan bus transjogja, taksi, dan kendaraan pribadi. Bagi yang menggunakan transjogja, saya pernah menggunakannya berangkat dari daerah kampus UNY, daerah Depok Sleman. 1 kali transit, 2 kali berganti bus. Dengan harga transjogja yang kala itu, 2014, seharga 3500 rupiah. Tapi sampai saat ini masih sama harganya, menurut info dari teman. Lokasi shelter bis berada agak jauh dari pintu masuk lokasi candi, mungkin kira-kira 500meter sampai 1kilometer. Kalau jalan, menghabiskan waktu sekitar 15-20menit. Bisa juga naik becak untuk opsi yang lain. Lagi-lagi, jangan lupa men

[Book] Dunia Cecilia

'apakah kalian membicarakan hal semacam itu di surga?' 'tapi kami berusaha tidak membicarakannya dekat-dekat Tuhan. ia sangat sensitif terhadap kritik' Yap, sepenggal dialog antara Cecilia dan malaikat Ariel. Saya mengenal Jostein Gaarder sejak kuliah. Ehhhh 'mengenal' dalam artian kenal bukunya ya, kalo bisa kenal pribadi mah bisa seneng jingkrak-jingkrak hehehe. Jadi karena teman saya mendapat tugas kuliah membaca satu novel filsafat berjudul Dunia Sophie, saya jadi sedikit mengetahui si bapak Gaarder ini. Enak ya tugasnya anak sastra baca novel, tugas anak matematika ya baca sih, tapi pembuktian kalkulus -_- Dunia Cecilia ini buku pertama Jostein Gaarder yang saya baca, karena buku Dunia Shopie sangatlah berat berdasar review teman saya. Saya sih nggak perlu baca buku itu karena teman saya sudah benar-benar mahir bercerita. Jadilah saya sudah paham bener cerita Dunia Sophie tanpa membacanya. Novel ini atas rekomendasi teman saya, dia bilang kala