Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2017

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

[Piknik] Belajar Menenun di Sukarara

Setelah melihat pembuatan kerambah di Banyumulek, kita geser langkah kaki kita menuju Desa Sukarara. Waktu pertama kali ke Lombok, kita hanya sempat ke Desa Sade tanpa ke Sukarara. Katanya sih Sukarara motifnya lebih cerah gitu. Disana, ada display beberapa ibu-ibu yang lagi nenun dan pake baju tradisional gitu. Kitapun disambut bapak pemandu yang secara otomatis manduin kita. Dan you know what, kita difoto sama salah satu pemandu disana buat koleksi pribadi dia sendiri dan seneng gitu katanya liat aku sama HJ. Lapo coba seneng iku?   Dijelaskanlah semua hal yang berhubungan dengan Desa Sukarara ini. Kalau Desa Sade mempertahankan desain rumah adat dan keadatannya, Sukarara lebih ke sentra tenunannya. Jadi semacem workshop tenunan Lombok. Aku sempet nenun lho. Dengan harapan nggak merusak tenunan si ibu, akhirnya aku cobain nenun. Sambil nenun sambil mikir juga ini bikin motifnya gimana, kok bisa rapi begini. Benangnya dimasuk-masukin pokoknya sama si ibu terus 2 kali henta

Melewati Pusuk Pass, Lombok

Kembali ke Pulau Lombok setelah dari Gili Air, kita pun 'turun' gunung menuju daerah selatan. Kita pun melewati Pusuk Pass atau orang suka bilang monkey forest. Tadinya sih dikira kayak kita masuk hutan trus yang banyak monyetnya, tapi ternyata jalanan pinggir tebing yang ada banyak monyet main-main disana. Sama persis kayak jalanan kearah rumah nenek. sampahnya nggak seharusnya disitu ya? Berhentilah kita disana. Takutnya monyetnya kayak yang di Bali itu, yang suka nyuri, eh ternyata nggak sih. Monyetnya anteng diem, makan mulu. Salah satu kesalahan pengunjung adalah memberikan makanan ke si monyet-monyet. Nggak apa sih kasih makan tapi plastiknya ya jangan dibuang disana juga lah. Sebenernya bukan dibuang disana sih, tapi monyetnya aja yang narik ngambil plastik makanan disana. Jadilah disitu kotor semua gara-gara plastik sisa makanan tadi. Eh namanya monyet ya masa iya bisa dikasih tau, 'hey monyet jangan buang sampah sembarangan!', kan ya nggak mun

Artcraft dari Banyumulek

Masih disekitar BIL (Bandara Internasional Lombok), dibawalah kita menuju Banyumulek. Banyumulek ini dijadikan sentra art craft dari tanah liat semacem gentong, vas, hiasan kecil-kecil begitu, dan bisa melihat proses pembuatannya. Bisa praktek juga sih. Cukup bayar 10ribu (atau 15ribu deh), kita bisa praktek bikin yang dari tanah liat itu trus hasilnya dibawa pulang juga.  Kita nggak sempet ikutan karena antri banget dan kita nggak bisa lama-lama disana.  Hasil desain artcraftnya unik-unik. HJ suka litany, aku juga suka litany, pengen beli banyak yang gede-gede tapi ya gimana cara bawanya coba? Rempong duluan masuk pesawatnya. Jadilah kita cuman beli hiasan dinding. Itupun dibawa HJ ke Afganistan sana buat ditaro di kantor buat temennya. Bawa hiasan yang tulisannya Allah sama Muhammad.    Awalnya satu itu harganya 250ribu. Wehhhhh yang bener aja. Aku tawar lah itu, maunya 100ribu satu. Eh sama yang jual malah dibilang 150ribu dua deh. Yaudah kita beli deh. Udah bayar

[Piknik] Segerin diri di Pantai Seger, Mandalika

Pernah denger cerita soal Putri Mandalika nggak? Kalo udah, berarti wawasannya luas. Kalo belom berarti nggak doyan baca 😋 Sini sini merapat tak ceritain singkatnya yaaaa... Konon katanya, Putri Mandalika ini orangnya cuantikk dan baek hati. Yakali yaaaa kalo putri-putri di legenda kebanyakan kayak gitu deh karakternya. Terus si putri cantik ini saking baeknya, disukai semua orang. Nah kalo udah disukai semua orang, nasibnya gimana hayo???? Ya disuruh milih suami sama bapaknya. Soalnya banyak pangeran yang mau jadi suaminya. heeemm interesting. Seandainya kita juga direbutin banyak orang kayak gitu ya hahaa gapapa ya meskipun dari belakang, gara-gara salah arah Karena ini mitos dan karena dia bijak, akhirnya dia bilang ke bapaknya kalo nggak mau milih salah satu buat dijadiin suami karena dia dan tubuhnya adalah milik orang Mandalika. Satu untuk semuaaaaaa. Jargon tipi ini mah Kemudian si putri nyemplungin dirinya ke laut. Dan bilang, 'karena aku untuk rakyatku, jad

Teman terbaikku

Aku mulai memiliki teman baik sejak aku duduk dibangku SMP. Sejak itu, waktu usia 13 tahun, aku mulai mengenal yang namanya teman baik. Bersahabat dan menjadi selayaknya keluarga. Geng SMP Yang namanya geng-geng an identik dengan yang namanya kekerasan. HAHA! At least that what I know about geng. Seolah berandal begitu kesannya. Tapi gimana mau dibilang berandal anak jalanan kalo fotonya aja seperti ini ⇓   nggak ada tampang berandal sama sekali kan? Above pic was taken on 2003 and 2012 It's like our transformation . From left to right - Sunan Andry - me - Milla - Gebby. Sunan studied Japanese lit and a photographer. Seorang lelaki unyu yang bisa sampai kenal Farah Quin dengan baiknya (BBM, WA juga sama mbak seksi itu), dan diteriakkan namanya di konsernya Siti Nurhaliza. Apa nggak keren itu? Me, you know it. A crazy one who studied math and a bit Korean. Milla has already become a mum of little boy, live next to my parents' house. And Gebby is still studying