Moscow Bukan jadi negara yang ada di daftar kunjungan impian, but I did it anyway. Jujur waktu pertama kali dapat info ke Rusia, agak deg-degan banget. Kayaknya gara-gara gw terlalu banyak nonton film yang ada hubungan Rusia-nya. Tapi ya dijalani aja karena ke sana buat ketemu suami. Perjalanan gw mulai dari apply e-visa yang gampang banget itu, tentunya juga dengan tiket yang sudah di tangan. Di konter check in bandara Bali, pertanyaan yang gw dapatkan sedikit agak panjang. Gw bisa lihat di muka mbaknya, "Ngapain ke Rusia lu?" Kira-kira begitu, tapi tentu saja pertanyaan formal yang gw dapetin ya semacam apakah visanya udah pernah dipakai apa belum, ngapain ke Rusia, trus visanya minta difoto (ini nggak pernah terjadi di gw), krosceknya agak lama dikit. Masuk ke custom check, kita nggak bisa pakai autogate karena di Rusia akan diminta stempel keluar negara kita. Jadi harus manual minta stempel. Seperti biasa, perjalanan interaksi gw dengan orang imigrasi di bandara selal
Amsterdam Ini pertama kalinya beli eSIM. eSIM ini nggak semua ponsel bisa, kebetulan aja gw beli karena ya ponsel gw bisa dipake eSIM. Sebelumnya sih gw jarang banget beli kuota internet kalau ke luar Indonesia. Kalau dibilang mahal buanget sih tergantung negaranya ya, cuma kadang males. Jadi kalau lagi di luar dan nggak ada internet gw bisa bilang "Wah lagi nggak ada internet gw di luar" 😅 Nah, gw pilih eSIM karena mikir kalau pake alat macem mifi begitu pasti harus pick up alatnya, kalau beli SIMCARD ribet harus kasih paspor, harus ganti kartunya juga. Lalu terbesitlah eSIM. Gw cari beberapa eSIM yang banyak beredar buat di Eropa. Tadinya mau milih Simyo tapi harus abonemen bulanan. Ah nggak dulu deh. Kalau lamaan di sana aja baru okelah. Tiap kali ke luar negeri, gw nggak pernah pakai roaming dari kartu gw sendiri karena menakutkan harganya. Tidak worth it. Akhirnya gw nemu eSIM dari Maya . Menurut gw, kartu ini termasuk bersaing harganya. Gw beli yang 3GB dengan ha