kotak sumbangan Beberapa hari lalu ada twit yang menyebutkan kalau semuanya sudah serba cashless dan banyak tempat yang nggak menerima uang tunai sebagai pembayaran. Twitnya rame. Hal ini sudah beberapa kali gw amati, pernah waktu makan di kafe dekat rumah niat hati pengen bayar pakai tunai eh harus pakai QRIS atau cashless. Bikin gw agak heran karena kok gw pengen bayar tunai tapi malah gak bisa. Iya memang gw sering banget cashless untuk sehari-hari. Tapi bukan berarti kita nggak boleh atau nggak bisa bayar pakai tunai juga kan? Kenapa ya kesannya sekarang kita udah perlahan menghilangkan uang tunai untuk pembayaran? Bukannya uang tunai adalah alat pembayaran yang sah juga ya? Iya tau, praktis banget kalau cashless tuh, terutama untuk pembayaran yang berjuta-juta. Tapi di sisi lain, uang tunai tuh masih sama berharganya. Gw nggak tahu dari sisi pebisnis yang hanya mau terima cashless aja. Coba bayangin, orang-orang tua yang nggak paham gimana cara bayar cashless, atau ada turis
Jika semua hal dinilai dari materi atau finansial, secara otomatis orang akan menganggap apa yang aku lakukan sekarang sangatlah kurang dari sisi finansial. Yah kalau dinilai dari sisi itu juga aku mendapatkan gaji yang cukup sebenarnya. Tapi sebagian orang mengatakan itu kurang. Hmm I dont think so Jadi mengajar sebenarnya bukan suatu hal yang kuinginkan tetapi sudah menjadi hal yang bersahabat bagiku dan aku menyadari memang aku menikmati profesiku sebagai pengajar ini. Sebagai seorang pengajar yang tidak terikat waktu seperti di sekolah, masih bebas melakukan apapun tanpa terhalang jadwal mengajar seperti di sekolah, aku juga bisa berkembang banyak di sini, kemampuan bahasaku meningkat dan aku bisa mengaplikasikan ilmu matematikaku. Siapa sangka akhirnya aku juga berhasil memiliki buku yang diterbitkan dan dijual di toko-toko buku yang keren. *karena menurutku toko buku itu selalu keren*. Jika menelisik sedikit lebih jauh, aku memang memiliki keinginan untuk menjadi penulis dan me