Bentheim Gw tau Jerman tuh emang meticulous banget, tapi gw nggak sangka bakal se- meticulous itu. Kira-kira bulan Maret gw apply Schengen via Jerman. Kenapa via Jerman? Karena Belanda nggak ada slot heheheee. Rencana perginya bulan April kalau nggak salah waktu itu. Karena suami ada libur tapi cuma pendek banget, dan dia pengen banget pulang ke sana, yaudah lah coba aja. Dapet antrian, mana bayarnya 700ribu pula 😅 lalu pergilah gw submit semua dokumen gw. Gw bukan yang pertama kali mengajukan Schengen, jadi gw udah "tau" harus submit apa aja. Karena sebagai orang yang menikah dengan warga EU, kami berhak untuk tidak menunjukkan buku tabungan (yg penting tabungan pasangan yang EU yg ditampilkan), dll. Dengan ina inu, eh ternyata diminta surat kerja lah, kalau freelancer harus kasih tau bukti kerjaan juga. Gw rasa ribet ya karena nggak formal kerjanya, jadi ya udah gw tulis ibu rumah tangga. Itu juga masih harus bikin surat pernyataan siapa yg membiayai biaya hidup gw kala
Tbilisi Masih saja menebak-nebak jadwal libur sang suami yang tidak pasti. Masih saja deg deg dengan jumlah libur suami. Masih pula was was dengan kondisi suami bekerja disana. Uh yea.... all about husband. Masih pula menyibukkan diri belajar Bahasa Belanda, biar bisa ngobrol lancar bareng mertua. Target sih bisa lancar ngobrol Bahasa Belanda akhir tahun ini. Setidaknya untuk obrolan sehari-hari. Someday I wish that I could speak Dutch to him and he speak Bahasa in exchange. Would be super nice to have conversation in 2 different languages 😁 I also have a bonding time with my dad in law haha, in same time I learn Dutch from him. He helps a lot than my husband 😛 so great to have someone to teach me lol. He gave me an article about Agung mt in Dutch and it was like a challenge for me to understand what is written there, so I did translate to English and it was like 50% close to the original meaning haha at least I tried. How do you feel the weather recently? Uhh Malang