Moscow Bukan jadi negara yang ada di daftar kunjungan impian, but I did it anyway. Jujur waktu pertama kali dapat info ke Rusia, agak deg-degan banget. Kayaknya gara-gara gw terlalu banyak nonton film yang ada hubungan Rusia-nya. Tapi ya dijalani aja karena ke sana buat ketemu suami. Perjalanan gw mulai dari apply e-visa yang gampang banget itu, tentunya juga dengan tiket yang sudah di tangan. Di konter check in bandara Bali, pertanyaan yang gw dapatkan sedikit agak panjang. Gw bisa lihat di muka mbaknya, "Ngapain ke Rusia lu?" Kira-kira begitu, tapi tentu saja pertanyaan formal yang gw dapetin ya semacam apakah visanya udah pernah dipakai apa belum, ngapain ke Rusia, trus visanya minta difoto (ini nggak pernah terjadi di gw), krosceknya agak lama dikit. Masuk ke custom check, kita nggak bisa pakai autogate karena di Rusia akan diminta stempel keluar negara kita. Jadi harus manual minta stempel. Seperti biasa, perjalanan interaksi gw dengan orang imigrasi di bandara selal
"Wah emas lagi tinggi nih, gw jual gimana?" "Trus kalo dijual mau dialokasikan kemana dananya? Udah tertarik saham?" "Nggak juga sih, ya buat beli emas lagi aja ntar kalo udah turun" Lak mbulet ae koyok entut 😂 Investasi itu bukan perihal ikut-ikutan lho. Ya gapapa ngikut investasi tapi pastikan profil resikonya sesuai dengan diri sendiri. Jangan pernah samakan profil resiko kamu dengan orang lain. Kalau ada yang nanya gw selalu tanya profil resikonya apa dulu. Masa iya yang konservatif langsung investasi saham? Ya mabok 😅 Ada tiga jenis profil resiko: konservatif, moderat, progresif. Sesuai namanya, konservatif ya yang nggak mau terlalu beresiko. Maunya hidup tenang, tidur nyaman, nggak dihantui mimpi "Woi investasi lu lagi turun, jual-jual sana daripada makin rugi lhoooo." Biasanya jenis ini maunya yang pasti-pasti aja macem deposito. Tentu saja sesuai prinsip investasi, kalau maunya yang aman yaaaa return juga baliknya dikit.