In this extraordinary life, I would be a teacher still. Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t
So yeah, promised to write about SCALQ. So here we are now. (I am gonna write in Indonesian). Saya yakin saya sudah pernah menulis tentang SCALQ disini. Karena jika ada yang menanyakan apakah hal yang penting bagiku, pikiranku akan selalu ke keluarga dan SCALQ. Itu sudah otomatis seperti itu. Jadi kali ini saya mau menulis secara lengkap siapa itu SCALQ. Jika ada yang menanyakan ‘siapa SCALQ?’, saya akan menjawab ‘mereka adalah saudara yang tidak bertalian darah denganku’. Ehh? Bagaimana bisa? Ya bisa. Menemukan beberapa orang sahabat yang memiliki cara pandang sejalan dan saling melengkapi itu tidaklah mudah. Berawal dari drama Korea, semuanya dimulai. Officially kami menjadi dekat satu sama lain ketika kami berada dikelas 3 SMP. Saat itu saya yakin kami berusia sekitar 14-15 tahun. Seketika kami pun menjadi terkenal. No no, bukan karena kami adalah segerombolan anak remaja yang kaya, yang modis (saya yakin kami cantik2 semua kok, cumin waktu itu masih lugu aja), yang