Bentheim Gw tau Jerman tuh emang meticulous banget, tapi gw nggak sangka bakal se- meticulous itu. Kira-kira bulan Maret gw apply Schengen via Jerman. Kenapa via Jerman? Karena Belanda nggak ada slot heheheee. Rencana perginya bulan April kalau nggak salah waktu itu. Karena suami ada libur tapi cuma pendek banget, dan dia pengen banget pulang ke sana, yaudah lah coba aja. Dapet antrian, mana bayarnya 700ribu pula 😅 lalu pergilah gw submit semua dokumen gw. Gw bukan yang pertama kali mengajukan Schengen, jadi gw udah "tau" harus submit apa aja. Karena sebagai orang yang menikah dengan warga EU, kami berhak untuk tidak menunjukkan buku tabungan (yg penting tabungan pasangan yang EU yg ditampilkan), dll. Dengan ina inu, eh ternyata diminta surat kerja lah, kalau freelancer harus kasih tau bukti kerjaan juga. Gw rasa ribet ya karena nggak formal kerjanya, jadi ya udah gw tulis ibu rumah tangga. Itu juga masih harus bikin surat pernyataan siapa yg membiayai biaya hidup gw kala
Gambar usang peninggalan 10 tahun yg lalu, sapa yg tau akhirnya bisa menjadikan kita satu dan bertemu lagi. Seragam Merah Putih yang sudah lama kita lepaskan. Berkumpul bersama selama 6 taun tentunya bukan waktu yg singkat. Waktu itu menjadikan persahabatan polos kita terbentuk. Jika diliat-liat, semua wajah digambar itu masih menunjukkan kepolosan mereka. Yah.. Wajah yg penuh semangat bersaing dalam prestasi, intra ekstra, wajah merona krn malu ketika berpapasan dg cinta monyetnya, wajah yg menunjukkan kesetiaan pada kawan, dukungan pada kawan, hingga kebencian iseng ala anak SD dg kelas sebelah :D Waktu memang sudah lama berlalu, tapi waktu tidak akan menghapus kenangan selama bertahun-tahun itu. Ridiculous but fun. Masih teringat dibenakku, betapa wali kelas bu Anik Mahmudah sangat menyayangi kami, bagaimana beliau selalu mendukung percomblangan konyol kami. Malu-malu pada masa itu, tetapi indah dikenang untuk saat ini. Ferdi dan Krisna, mungkin menjadi sepasang sejoli