Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Sesuai Platform kok

Pernah denger "sobat misqueen"? Frasa itu terucap pertama kali di twitter gegara kalo di twitter bacotannya seringkali menandai ketidakmampuan akan finansial. Gunanya, untuk menyindir pengguna instagram yang katanya suka "pamer" kekayaan. Iya apa iya? Jadi ibarat kata, pengguna twitter tuh cenderung nggak nampilin kekayaan atau  bragging about being poor . Sedangkan instagram sebaliknya, bahkan konon sampai ada yang stress gara-gara nggak kuat liat postingan temen-temennya yang "hidup enak" atau sering liburan. Ya kali posting foto pas lagi susah berak, ya ngapain. twitter for bacot Kemudian gw jadi mikir, lah tujuan twitter kan emang buat bacot sekian ratus karakter sedangkan instagram kan untuk pamer foto. Masa kalo unggah foto selalu dibilang sombong? Terlepas dari niat sesungguhnya yang kita nggak tau ya. Tapi balik lagi kan tujuan platform yang dipakai ini apa. Foto yang bagus kan juga soal estetika. Ada yang suka dengan human interest

Sambang Opa Buyut di Ereveld Menteng Pulo

  Karena sedang ada urusan dadakan ke Jakarta, maka sekalian gw putuskan untuk sambang ke opa buyut. Opa buyut adalah salah satu orang Belanda yang meninggal di Jepang ketika ditawan sebagai tawanan perang di Perang Dunia II. Menurut nama keluarga, ada kemungkinan beliau merupakan anak dari keluarga Jerman yang bergabung dengan Belanda sehingga secara otomatis tercatat sebagai warga negara Belanda, menikah dengan oma buyut yang mana masih juga keturunan Belanda. Mereka berdua mempunyai seorang anak lelaki yang dikirim ke Belanda pada tahun 1955 sehingga terpisah dari adiknya (nenek gw) yang masih kecil. Mami (nenek gw) masih sekitar umur setahun saat opa buyut ditawan.  Beliau meninggal saat usia 37 tahun, masih relatif muda. Oma buyut meminta jenazahnya dikirim ke Indonesia tapi permintaan itu tidak disetujui. Akhirnya setelah beberapa saat, pihak-pihak yang berkaitan memulangkan jenazah para korban perang yang sudah dikremasi. Abu opa buyut disimpan di Ereveld Menteng Pulo,

How are you?

  Sanur Hello there! It's been awhile. I am so occupied here (with what? lol). Let's catch up on some things. So how are you? Alles goed? I almost finish my Dutch lesson level 1. I can make a complete sentence now so I am happy that FINALLY!!! At least now I can say more than just Ik hou van jou 😂 I definitely will continue my lesson and thinking about taking French after that 😇 I've been working with someone from Canada, remotely. And I am taking a branding course that really interesting for me. So every time I walk into some shops or see some branding things I would be like "Hmm is that true that you're eco friendly or it is just greenwashing? Ah I know you use this to cover your previous fail branding about that issue!" 😂 On a serious note, I am really interested with this branding stuff and would love to share some when I finish. I will only share what I need to share 😋 I am little bit avoiding login into my social media accounts although i

Punya Saham? Semua bisa!

Karena gw keturunan sultan, gw putuskan untuk beli saham. 😂 Jadi begini, setelah beberapa jenis investasi yang gw terjunin, er maksudnya didalami, gw mulai berani terjun ke dalam jurang persahaman. Udah terdengar kaya belom? 😂 Jangan salah, beli membeli saham ini bisa dimulai dari harga ratusan ribu juga lho, bahkan ada yang harga sahamnya masih sekitar 300an rupiah per lembarnya. Gila kan? Tapi meskipun gila, tidak semua harus dibeli hanya karena MURAH. Tolong bukan begitu mainnya. Ok gw coba jelasin dikit ya soal saham ini. Disaat perusahaan mulai membuat sahamnya go public , itu artinya masyarakat bisa memiliki saham perusahaan tersebut dengan pembelian minimal 1 LOT. Menurut definisi adalah sebagai berikut : Lot merupakan satuan terkecil untuk dapat melakukan transaksi pembelian maupun penjualan saham. 1 Lot terdiri dari 100 Lembar saham . Jadi harga yang tertampil dalam daftar pasar saham itu adalah harga per lembarnya. Misal nih tertera ANTM (Aneka Tambang) harganya

Bagaimana jika terjadi bencana?

  sanur Minggu lalu gempa menggoyang Bali dan sekitarnya dengan magnitudo 6 yang membuat minggu keduaku di Bali bikin gempar karena tiba-tiba waktu cuci piring terdengar suara bumi bergeser juga getaran yang terasa. Nggak parah sih di wilayah Denpasar tapi cukup membuat kaget lah jelas. Biasanya di Malang kalau terasa gempa pun masih berupa ayunan singkat beberapa detik. Gempa di Bali kemarin terasa selama kurang lebih 2 menit. Apa yang gw lakukan? Kamar gw ada di lantai 2 paling ujung. Nggak jauh sih dari tangga turun hanya sekitar 18 meter aja, tapi ya itu panjang banget rasanya kemarin. Lari lah gw terbirit-birit takut ambles, nyamber hp secepat kilat, lari secepet kilat juga, nggak pake sendal, belom pake daleman (untung udah pake baju, udah mandi, baru selese sarapan juga). Makin panik waktu liat muka-muka residen lain yang panik juga. Secepat kilat gw kontak temen-temen gw yang di Bali (Denpasar dan Singaraja), suami gw, mak gw. Kemudian mak gw nanya "Ati-ati tsunami

Hore Punya Reksa Dana

Kode referal yang pertama dibagi. Jangan lupa  Dari beberapa tahun lalu mulai tertarik melirik reksa dana karena kok keliatannya santai ya. Gw tipe orang yang males mikir kalo soal investasi. Yang penting itu returnnya oke, gak terlalu high risk yang nyantai aja lah. Ya bukannya beneran nggak mikir banget tapi ya tetep mikir lah sebelum eksekusi. Tapi mikirnya lebih ke yang "Oke gw punya duit kalo gw invest sekarang berarti gw ga bisa pijet santai, ga bisa krimbat, ga bisa belanja daleman. Oke gapapa lah nunggu suami gw dateng dulu" Mikirnya lebih ke level gitu sih 😁 Kemudian karena gw follow beberapa orang yang sukanya invest dan mereka suka share soal finansial juga akhirnya gw tertarik buat beli reksadana tapi via aplikasi. Karena menurut pengalaman para senior macem bang Riza begitu (btw nih orang sering banget gw sebut di lapak gw. Trus mana woy TuesdayFinance nya???) buka rekening reksadana itu ya cukup memakan waktu banget. Cukup ngeselin, cukup bikin senewen

Catatan Kuliah (5) : Minor di jurusan matematika

  Pemberontak Hingga tahun ketiga atau semester 5 kita mulai untuk memilih penjurusan, disitulah kita mulai berpisah. Penjurusan ini sering gw sebut minor. Jadi kalo gw tulis di resume ya mayor gw matematika, minor gw komputasi. Berikut adalah urutan minor dari yang paling rame sampe yang paling sepi : Minor sejuta umat, Statistika Kenapa sejuta umat? Karena katanya gampang. Gampang dari mana sih gw bingung, kerjanya ngolah data doang. Merekayasa data juga. Merekayasa ini ya nggak yang bohongi orang lah tentunya, nggak gitu. Yaaa paling dibuletin lah dikit-dikit. Minitab, SPSS itu sahabat mereka. Gatau lah data diolah gimana jadinya yang duh nggak nyampe di otak gw. Selain matakuliah statistik yang wajib, gw cuma ikut statistik pilihan dua matakuliah. Itupun terpaksa karena harus ada sekian persen (dibawah 50%) ambil matakuliah dari minor lain. Ada statistika terapan yang gw ambil (nyesel gw ambil ini) dan juga aktuaria. Nah aktuaria ini gw ambil karena dosennya murah nila

Catatan Kuliah (4) : Alfabet Korea di kelas matematika

  Graha Cakrawala, gedung andalan kampus. Mau konser, kawin disitu juga bisa Mahasiswa matematika di kelas gw yang niat bisa diitung jari. Hmmm yaaa ada dua lah yg top banget, tapi juga pelit banget sama ilmunya. Ada lebih dari 5 yang pinter dan rajin berbagi contekan. Sisanya nggandol wae. Gw orang yang suka banget belajar bahasa asing. Apalagi bahasa yang alfabetnya beda. Nggak sih, nggak Jepang sama Mandarin. Susah banget. Jadi milih Korea aja. Trus gw suka aja gitu nulis di buku catetan tulisan Korea padahal juga sering dalam Bahasa Indonesia yang diganti alfabetnya aja. Kemudian ... "Ah elu kenapa sih? Kan gw jadi nggak bisa baca!" "Ya kalo pengen baca, belajar lah" Tapi gw gak punya otak Cina kek mas Riza , jadi gw kasih aja lah gratis! Hingga akhirnya satu kelas pun bisa baca tulis dalam alfabet Korea. Keren kan gw? Gw emang pantes jadi influencer sih. Udah berapa juga orang yang pake Jenius gara-gara gw. Berapa orang yang nabung emas di Peg

Mencari Tempat Bernaung di Bali

Hal pertama yang dilakukan disini adalah hunting tempat tinggal. Yaiyalah. Gw terbang dari Surabaya ke Denpasar hari kamis dan bermalam di Sanur 2 malam. Sengaja milih Sanur sih emang, yang sekiranya yaaa 5 menit jalan ke pantai. Barang-barang gw macem mesin cuci, kulkas dkk sudah duluan berangkat pakai jasa pick-up sore hari dan tiba di Denpasar esok pagi harinya (barang gw kirim ke kantor). Kita berterimakasih sekali kepada Mas Firda dan kawannya yang amat sangat bertanggungjawab bahkan melakukan final check takutnya barang pecah belahnya pecah dijalan. Terima kasih banget. Duh jasamu begitu kurindukan disini lol. Selama beberapa hari barang gw tidur di kantor sampai gw nemuin tempat tinggal. Nah nyari tempat tinggal disini yaaaa susah susah gampang. Karena kita nggak cari rumah (mahal juga untuk rumah yang lumayan nyaman), jadi kita cari apartemen atau biasa disebut kos eksklusif begitu. Nah kos kan kebanyakan dan umumnya hanya satu kamar, plus dapur mini dan juga kamar mandi

Catatan Kuliah (3) : Matematika ternyata begini

Resmilah kusandang jabatan sebagai mahasiswa matematika selama periode 2009 hingga 2014 Januari. Trus mikirnya, gimana ya, masa ngitung terus-terusan sih? Masa sih cuma berkelut di bidang perkalkulatoran, integral, kali kalian, bagi bagian?? Ternyata oh tidak saudara tidakkkk. Beberapa matakuliah sangat absurd hingga tiap kali kuliah selalu mikir "Ah ini gw salah banget nih masuk jurusan nih". Begitu aja melulu sampe semester 4. Nilai C adalah sahabatku. Kalkulus itu berat. Trus ketemu matakuliah yang isinya cuma pembuktian ajaaaaa sampe basi. Pernah lho disuruh membuktikan 1+1 = 2 itu gimana. Teoremanya macem-macem, conjecture nya begitu, gak selembar dua lembar kertas folio. Ada pula matakuliah yang isinya pembuktian dan satu soal abis 4 lembar folio. Capek ngerjainnya serius, nyontek yang ga mikir aja capek. Matematika murni itu sangat murni sekali tanpa campuran boraks dan kawan-kawannya. Jadi kuliahnya lebih berat. Materi yang dibebankan pun lebih dari matematika p

Moved In

Dubidudidam.... Bye Malang, Halo Bali! Yes, yes yes   sunrise hari pertama di Sanur Setelah beberapa pertimbangan atas dasar suami sering mendarat di Bali, kantor gw buka cabang di Bali, kita berdua suka vibe nya Bali, akhirnya kuputuskan untuk pindah ke Bali. Kalau urusan kerjaan sih 80% kerjaan gw bisa dilakukan dimana saja. Dari Mars pun bisa asal di Mars ada sambungan internetnya. Sempet bimbang, tapi ternyata yasudah lah. Take it aja! Reaksi teman-teman sih mayoritas "LHO KOK PINDAH SIH? NANTI JAUH DARI ORANGTUA DONG! NANTI KALO KANGEN GIMANA?? EMANGNYA ORANGTUA NGEBOLEHIN PINDAH?" begitulah dengan diksi yang berbeda-beda. Reaksi suami begini, "Hun, aku pindah Bali ya? Kerjaan bisa di Bali juga kan, kamu sering mendarat ke Bali juga" "Kamu bakal bahagia nggak kalo di Bali?" "Iya lah jelas" "Yaudah go ahead " Nah, reaksi mamak gw ketika gw bilang "Ma, aku mau pindah Bali deh", mamak gw jawabnya

Catatan Kuliah (2) : Kampus swasta atau negeri?

Setelah minggu lalu menulis Catatan Kuliah (1) , sekarang saatnya menulis lanjutannya. Jadi balik lagi ya ini bukan sok tau tapi pengalaman aja. Kali aja pengalaman gw ini bisa bantu kalian yang sedang galau. Sebelum masuk kuliah, gw nggak segalau adek gw yang 3-4 tahun lalu masuk kuliah. Gw sebagai anak pertama yang informasinya kurang ketika sekolah SMA tentang perkampusan, ya ada informasi tentang kampus tapi kebanyakan adalah kampus yang swasta atau kampus yang memiliki ikatan dinas (STAN dan kawan-kawannya). Nah ITN (Institute Teknik Nasional), kampus swasta yang ada di Malang dulu sempet gw lirik karena gw bisa masuk tanpa ujian (LOL! Males banget ujian). Kurangnya informasi yang masuk untuk pelajar SMA amat sangat membuat kebanyakan siswa SALAH masuk jurusan. Bukan karena salah masuk sebenernya ya tapi karena kurang aja literasi dan kurang mampu mengenali bakatnya sendiri. Karena tidak semua siswa mendapat privilege untuk mendapatkan informasi dari sekolah maupun guru, j

Catatan Kuliah (1) : Memilih kampus dan jurusan

  Jadi begini saudara saudari, ini adalah tulisan dari seorang manusia yang sudah merasakan 9 semester kuliah di kampus negeri di kota Malang yang yaaaaaa secara rank sih bagus, diperhitungkan lah di dunia pendidikan (a.k.a ngajar dan kawan-kawannya). Tiba-tiba ingin menulis nostalgia masa kuliah dan cerita di dalamnya. Nggak tau sih bakal konsisten apa nggak tapi diusahakan konsisten soalnya kok kayaknya seru dan mungkin bisa kasih tips buat para siswa yang bingung mau pilih kampus dan jurusan. Tahun 2009 adalah tahun dimana gw harus memilih kampus dan jurusan. Tapi, gw yang anak pertama nggak tau apa-apa soal kuliah ini tiba-tiba aja disuruh babe sekolah di almamaternya dulu dengan harapan gw bakal jadi guru di sekolah. Ya saat itu menjadi guru di sekolah bukanlah pilihan diri (sekarang pun nggak), tapi lama kelamaan mengajar menjadi hobi (yang tentunya kemudian dibayar juga dong). Yah jadi suruh masuk kampus babe, dengan jurusan yang babe ambil juga. Babe gw gitu amat ya ama gw

You'll Be Missed, Grandma

  I took this flower-picture a few minutes before you leave us. That was the only time I leave you out of my sight. It's been a week, you are not around. Usually you open my door in the morning while holding Molly the cat, and said "Wake up, don't be late to work" Haven't heard that for a week now.  All of sudden you can't walk, you can't lift your arm, you can't talk properly you got a speech problem, you got a severe headache. Well it was not easy to bring you back to your room from the kitchen since you were well.. heavy. But I see it now as a kind of chance you gave me (and my lil sister) and I am thankful for that. It was a stroke and you had more than 50% blockage blood vessels in your brain. It was weird since you felt nothing before and you were fine. Nothing different physically. We really hoped that you'll recover. We even got plans how to take care of you when you leave hospital. But God knows better, right? God took you back

Cerita Gowes Bareng Jogja Bike (1)

  Salah satu tujuan yang harus tercapai ketika mengunjungi Jogja kemarin adalah GOWES di Malioboro. Itu semacem ga bisa nggak deh pokoknya kudu gowes, sendirian ya gak masalah wis. Terus kan sebenernya tujuan ke Jogja kemarin adalah Ujian Bahasa Korea tapi kita punya ekstra 2 hari sebelum ujian. Emang sengaja nyisain waktu buat liburan tipis-tipis. Gw kesana bareng pengajar Korea (Maya) tentunya dan juga pengajar Bahasa Inggris (Mbak Trias). Mbak Trias butuh hiburan, doi tepar gegara jadi anggota KPPS sehari sebelumnya. Jadi pas dateng tiba-tiba ngerasa sakit. Malemnya kita cari makan, eh doi malah mual-mual masuk angin. Duh masa iya jauh-jauh ke Jogja tapi berakhir di kasur aja? Nah pas jalan pulang, kan dicegat mas-mas Jogja Bike ini ditawarin sepedaan. Gw sih OKE banget kan, tapi si mbak ini menolak dengan dalih lagi sakit. Trus gw rayu-rayu dia biar ikutan gowes itung-itung cari keringat gitu biar cepet bisa sendawa dan anginnya keluar ntah lewat lubang manapun oke lah. Long

Emas Mini : Solusi Investasi Dengan Dana Mini

  Kenapa judulnya kayak judul lomba blogging ya? 😬 Nggak, ini bukan tulisan untuk lomba ataupun dibayar untuk menulis dari Emas Mini (meskipun gw bakal seneng banget kalo di endorse emas mini sekarung 😛). Setelah tabungan emas yang gw punya di Pegadaian, bentuknya nggak keliatan kan karena hanya berupa saldo semata. Nah penasaran (meskipun tau kalau 5gram emas pun masih seupil), iseng cobain beli emas mini. Lagi-lagi, siapa lagi kalo bukan si Prisca yang satunya. Prisca itu emang best buddy deh kalo soal investasi. Bangga gw berteman sama dia. Dia selalu pengaruhi gw buat invest. Love you buddy 💓 Jadi disini gw selalu cari cara ya buat investasi apapun tapi yang bisa dimulai dari dana yang minimal. Ya kecuali kalo kamu punya duit satu milyar, trus mau beli sahamnya indomie 1 persen (kalo dapet tuh semilyar 1 persen). Beda cara mainnya bung 😋 Karena seriusan gw penasaran banget sama emas mini, lebih ke penasaran seberapa kecil sih emas ini?? Ku beli lah emas mini 0,2 gram

Menengok Karya Blanco

Balinese woman - taken by husband in Ibu Susu cafe Karena sendirian dan penasaran, berjalanlah kaki ini menuju Blanco Museum. Seorang daku yang ga paham soal lukisan (mertua gw pasti demen kalo dibawa kesini), mendatangi sebuah museum yang berisikan lukisan (?). Ceritanya sih Antonio Blanco ini ke Bali sekitar tahun '52, kemudian Raja Ubud yang baik hati memberikannya sepotong tanah untuk dijadikan rumah dan studionya. Letaknya ya di tempat museum ini berada, di seberang Tjampuhan. Btw di Tjampuhan ini dulu si Walter Spies juga punya rumah yang akhirnya pindah karena udah terlalu "berisik" banyak pengunjung. Ubud ini sepertinya magnet buat pekerja seni banget (atau seluruh Bali?). Blanco punya anak 4 dan yang mewarisi bakatnya cuma satu katanya. Dan Blanco meninggal akhir tahun 90an di usia yang cukup tua, sekitar 80 sekian. Coba kalau mau info lebih lanjut soal Blanco bisa datengi web nya aja disini . Nah apa yang kutangkap dari melihat fotonya Pak Blanco ini

Aturan Plastik di Bali

  Seperti yang pernah terjadi, beberapa tahun lalu sudah ada aturan terkait penggunaaan tas plastik untuk belanja yang berbayar 200 rupiah. Iya sempet seneng banget akhirnya plastik berbayar meskipun murah banget (dan tentu sangat terlampau mampu membelinya). Tapi ternyata hangat seperti tahi ayam saja. Beberapa bulan setelah itu mereka membebaskan plastik berbayar tersebut. Lalu, Pemerintah Bali memutuskan untuk sangat membatasi penggunaan plastik di pulau dewata ini tercatat sejak Januari 2019. Sempet (meskipun sedikit) agak skeptis ya, Ah jangan-jangan juga hangat-hangat tahi kucing juga. Dan... ternyata, sekarang Maret 2019, nggak ada pertanyaan "Mau pakai plastik?" di minimarket. Rasanya mulut ini otomatis menjawab "nggak usah plastik" tapi kok pas abis beli ada yang kurang, apa ya... Ternyata, memang orang Bali tercatat taat dalam menjalankan aturan tanpa plastik tersebut. Beberapa minggu di Ubud ini, selain nggak pernah dapet plastik dari minimarket me

Old But Gold

 Yangon cityhall Yangon bisa dibilang kota yang nggak terlalu bersih. Masih kebayang gimana rusuhnya. Tapi seninya jalan itu dimana saat kita bisa menemukan sisi cantik dari sisi terjelek sekalipun. Betul ndak? makanan ala warteg yang baunya hemmm semilir enak tapi nggak berani makan   warteg tipe begini biasanya tipe all you can eat 1000 kyat (10 ribu aja) Memang nggak beda jauh dari bagian kumuh kebanyakan di kota besar. Sama. Lebih panas pula. Nah yang bikin terkejutnya, tata kotanya simetris. Dan di sepanjang tata kota yang simetris ini, bangunan-bangunan peninggalan Inggris sangat rapi berjejer. Kalau di Indonesia tipe bangunannya ala Belanda kalau di Yangon ala British, karena ya wajar juga sih mereka pernah dibawah jajahan Inggris. Tata kota yang simetris seperti ini buatku cantik, tapi seperti labirin. Dengan payahnya kemampuan navigasi seorang wanita ini meskipun sudah pakai peta offline dan online, tetap saja tak bisa ku temukan arah kembali ke tit