Moscow Bukan jadi negara yang ada di daftar kunjungan impian, but I did it anyway. Jujur waktu pertama kali dapat info ke Rusia, agak deg-degan banget. Kayaknya gara-gara gw terlalu banyak nonton film yang ada hubungan Rusia-nya. Tapi ya dijalani aja karena ke sana buat ketemu suami. Perjalanan gw mulai dari apply e-visa yang gampang banget itu, tentunya juga dengan tiket yang sudah di tangan. Di konter check in bandara Bali, pertanyaan yang gw dapatkan sedikit agak panjang. Gw bisa lihat di muka mbaknya, "Ngapain ke Rusia lu?" Kira-kira begitu, tapi tentu saja pertanyaan formal yang gw dapetin ya semacam apakah visanya udah pernah dipakai apa belum, ngapain ke Rusia, trus visanya minta difoto (ini nggak pernah terjadi di gw), krosceknya agak lama dikit. Masuk ke custom check, kita nggak bisa pakai autogate karena di Rusia akan diminta stempel keluar negara kita. Jadi harus manual minta stempel. Seperti biasa, perjalanan interaksi gw dengan orang imigrasi di bandara selal
Akhir-akhir ini sedang menyelesaikan bacaan Tetralogi Buru yang mana itu (menurut gw) merupakan buku wajib untuk dibaca orang Indonesia. Semacem buku sejarah tapi bentuknya nggak keliatan kalo lagi bahas sejarah. Bahkan kata Soesilo Toer aja bilang "Pram itu, bikin buku sejarah non fiksi tapi dibikin kayak fiksi. Nah yang fiksi dia bikin kayak non fiksi. Tau Minke kan? Dia itu nyata, tokoh asli, tapi Pram aja bikinnya kayak fiksi". Statement ini semakin menguatkanku mengidolakan Nyai Ontosoroh sepenuhnya. Diawal-awal emang krasa banget kebimbangan seperti "Ini buku kisahnya beneran nggak sih? Nyata nggak sih tokohnya?" Perlahan tapi pasti jadi mikir "Ah nggak lah kalo ini fiksi, semua cerita-cerita tentang negeri ini pernah gw baca dan datanya cocok kok". Penggunaan bahasanya pun cukup sekali, tidak terlalu tua tidak terlalu muda. Standar tapi tetap kerasa klasiknya. Terjemahan Bahasa Inggrisnya pun juga asik nggak kaku seperti buku-buku lawas. Ya m