Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2019

Tidak Terima Tunai. Kenapa?

kotak sumbangan Beberapa hari lalu ada twit yang menyebutkan kalau semuanya sudah serba cashless dan banyak tempat yang nggak menerima uang tunai sebagai pembayaran. Twitnya rame.  Hal ini sudah beberapa kali gw amati, pernah waktu makan di kafe dekat rumah niat hati pengen bayar pakai tunai eh harus pakai QRIS atau cashless. Bikin gw agak heran karena kok gw pengen bayar tunai tapi malah gak bisa.   Iya memang gw sering banget cashless untuk sehari-hari. Tapi bukan berarti kita nggak boleh atau nggak bisa bayar pakai tunai juga kan? Kenapa ya kesannya sekarang kita udah perlahan menghilangkan uang tunai untuk pembayaran? Bukannya uang tunai adalah alat pembayaran yang sah juga ya? Iya tau, praktis banget kalau cashless tuh, terutama untuk pembayaran yang berjuta-juta. Tapi di sisi lain, uang tunai tuh masih sama berharganya. Gw nggak tahu dari sisi pebisnis yang hanya mau terima cashless aja. Coba bayangin, orang-orang tua yang nggak paham gimana cara bayar cashless, atau ada turis

Old But Gold

 Yangon cityhall Yangon bisa dibilang kota yang nggak terlalu bersih. Masih kebayang gimana rusuhnya. Tapi seninya jalan itu dimana saat kita bisa menemukan sisi cantik dari sisi terjelek sekalipun. Betul ndak? makanan ala warteg yang baunya hemmm semilir enak tapi nggak berani makan   warteg tipe begini biasanya tipe all you can eat 1000 kyat (10 ribu aja) Memang nggak beda jauh dari bagian kumuh kebanyakan di kota besar. Sama. Lebih panas pula. Nah yang bikin terkejutnya, tata kotanya simetris. Dan di sepanjang tata kota yang simetris ini, bangunan-bangunan peninggalan Inggris sangat rapi berjejer. Kalau di Indonesia tipe bangunannya ala Belanda kalau di Yangon ala British, karena ya wajar juga sih mereka pernah dibawah jajahan Inggris. Tata kota yang simetris seperti ini buatku cantik, tapi seperti labirin. Dengan payahnya kemampuan navigasi seorang wanita ini meskipun sudah pakai peta offline dan online, tetap saja tak bisa ku temukan arah kembali ke tit

Bogyoke Market

  Masih tentang Yangon kemarin, ngomong-ngomong, Yangon ini kota yang ketika dikunjungi tuh rada susah nyari yang namanya souvenir. Gw bukan tipe orang yang suka beli-beli souvenir buat orang sekampung sih tapi gw selalu usahain beli buat orangtua gw dan juga om gw. Udah itu berdua doang, gw bahkan jarang banget beli buat gw sendiri kecuali kalo butuh dan unik. Cuma di Bangkok kemarin aja sih yang gila-gilaan belanjanya gw. Pertama kali khilaf 😁   Karena kegiatan belanja, beli-beli, liat-liat souvenir ini selalu nggak ada di agenda suami gw, jadilah gw slalu curi-curi waktu buat nginguk toko souvenir. Ini pertama kalinya rada susah nemuin toko souvenir ya di Yangon ini. Nggak ada tuh yang pinggir jalan toko souvenir berantakan gitu. Waktu coba cari, nemu satu yang menurut orang banyak ini pusatnya belanja barang-barang dari Myanmar. Bogyoke Market namanya. Pasar ini, yang kusuka tentu bangunannya dong. Bangunannya ala Inggris karena memang dibangun di masa kolonialisasi

It Is Not Chocolate's Fault!

Halo! Hari ini tanggal 14 Februari. Hari ini kelas ngajar gw penuh dari jam pagi sampe jam 8 malem dengan jeda 30 menit aja per kelasnya. Lumayan sih nggak terlalu ngotot meskipun full day. How was your day?  So I have been thinking of why people keep messing around with the issue of 14 Feb every year. It is not that I have nothing else to think but this is so damn interesting. It is ok not to follow what people do, or celebrating it. But do not blame the chocolate or flower as the symbol of maksiat 😋 I can't take this! FYI I just bought my chocolate (I love Cadbury cashew nut in case you want to give me chocolate), I had 10% off (Lai Lai), even if you buy 2 big bars then you will get one free (Indomart). So thoughtful. How can you say no to this kind of discount huh? This is a kind of big deal for most people (or let say western people). My friends asking me if I am celebrating it and I said that I barely do that. Yea how can I do that if I dont have my husband here? A

Anak Cashless

Gw pengguna OVO, Go-pay, dan banyak segala kegiatan cashless lainnya. Seorang kolega pun bertanya tentang kegiatan cashless ini dan gw dengan enaknya aja jelasin kan. Termasuk di dalamnya segala kegiatan perbankan dengan berbagai kartu dan jenisnya dan enak nggak enaknya. Disitu juga berbagai macam jenis investasi dan beberapa pos penting yang harus dimiliki. Eh kok ya, disuatu sore yang ramai, tiba-tiba dari jarak 2 meter dia cerita tentang cashless ini ke kolega lainnya dan menyebutkan "Takoko Prisca talah, de e paham banget ngene iki" yang artinya "Tanya aja Prisca, dia paham bener urusan ginian" LAH! Nama gw disebut-sebut eh? Trus gw baru sadar gitu, kok bisa ya dompet gw tebel kartu-kartu gitu, HP penuh aplikasi cashless. Emang sih, cashless itu enak banget. Selama ini sih emang enak banget buat gw karena gw bukan tipe orang yang suka nyimpen duit banyak di dompet. Tinggal tap tap klik klik udah deh kebayar. Bayarnya penuh pula. Kalo sabun harganya 5,3

Pake Jenius

  Beberapa waktu lalu sering liat counter Jenius di Matos, yang lalu kutemui pula di MOG. Anak Malang tau lah dua mall ini. Nah udah cari info sana sini ya, kok kayaknya asik gitu. Jadi memberanikan diri untuk sign up. Apakah perlu kujelaskan fitur dan fungsinya secara mendetail? Karena sudah banyak tercecer informasinya di internet. Nggak ah, gw mau bahas pengalaman gw pake kartu ini selama sebulan ini. Sign up lah aku di counter MOG (ya gusti kejebak lagi gw pake nambah kartu-kartuan begini). Kemudian, berkatalah mbaknya "Transfer aja mbak satu juta kesini, kita lagi ada promo kalau transaksi pertama kali satu juta akan ada free kartu member starbucks dengan saldo 50ribu. Lumayan lho mbak Starbucks". Gw nggak fanatik Sbucks (cuma kalo harus beli Chai tea selalu kesini). Dan tanpa sadar pun gw transfer sejuta ke akun jenius gw. Because, why not? Lagian juga mindah duit gw sendiri ke rekening yang lain kan? Nggak ilang duit juga. Jadilah kudapat kartu Jenius

Workout

  Dulu liat orang workout ato ke gym tiap hari gitu mikir "Ngapain sih susah amat begitu. Nggak capek apa?" Tapi setelah kujalani sendiri, uh lalaaa, enak sekali ternyata. Tipe-tipe males olahraga kek gw gini harus cobain workout 25 minutes. 25 menit aja cukup. Ada banyak kok tuntunan video workout, tinggal pilih mana yang cocok. Gw ikutin T25mins si Shaun T. Nah si hari pertama kan kardio ya, itu 25 menit aja udah gila keringetnya. Tapi... setelah hari pertama kalo badan udah lama vakum ya jangan protes kalo bakal sakit-sakit semua sampe 3 hari. Temen gw bilang itu namanya DOMS (Delayed Onset Muscles Soreness), efek abis workout. Karena workout itu kan sebenernya ototnya "dirusak" jadi kalo hari pertama udah kardio hari kedua ga boleh kardio juga. Harus ganti yang di latih bagian yang lain. Kalau di T25 sih Kardio, Speed 1.0, Total Body Circuit, AB Intervals, apa lagi ya kalo jumat ini biasanya dua kali workout yang tentunya nggak gw lakuin dong. Karena meng

Pendidikan Seksual Masih Tabu?

Sempol Kalau mendengar kata seksual, banyak orang yang masih tabu untuk bahkan mengucapkannya. Padahal pendidikan seksual sudah harus dikenalkan ke anak sejak dini. Lho Kan anak kecil masih nggak paham? YA caranya dong! Masa iya anak 5 taun tiba tiba dibilang jangan have sex sebelum waktunya. Kan ya nggak mungkin. Beberapa tahun lalu, anak manager gw masih umur 5 tahun. Lagi gemes gemesnya dan dia cinta banget sama gw. Dia pasti bilang kalau dia pacar gw. Nah karena sesuatu hal, gw tepok lah pantatnya itu. Dia tiba tiba bilang jangan pukul pantatku, lari ke mamanya dan bilang kalo pantatnya abis gw tepok. Besoknya mamanya bilang ke gw "Pris, si kakak bilang kalo pantatnya abis lu tepok. Katanya kamu disuruh bilangin kalo itu nggak boleh". OMG really? Ya emang karena mamanya udah pernah bilang ke si kakak kalau ada orang yang pegang pantat, titit, maupun badan dia terutama bagian yang sensitif tanpa ijin dari pemilik tubuhnya, kamu harus lawan dan nggak boleh diem aja.

Cant Stand The Crowds

I am not a party person. I hate loud music, loud voice, everything loud I hate that. This is the reason I hate to go to the night clubs. For what? Party? Dancing? Drinking? Then what? Going home with a super headache head? If I go to the place like that, my introvert side will pop up and make me tired in no time. My friends in Surabaya once took me to a night club. I thought hmm okay why not, lets see what will happen there. But nah, I did not enjoy any moments of it. It was fun to be with them, but I did not enjoy the music or whatever crowds was. But that kind of loud music I can handle if it is only one source of loud music. What I cant handle is when I am in the middle of crowds with so many sources of voice (although it is not loud but crowded), that is the worse. Worse ever. When we were in Istanbul, there was an underpass filled with so many vendors, countless people, so noisy, too crowded, so many languages spoken there, too hot, it is even make me feel tired by thinking

Love~Hate Tinggal di Surabaya

  Dulu, dulu banget, gw benci sama yang namanya Surabaya. Airnya nggak seger, udaranya kotor, gotnya ampun bau bener, nyamuknya ganas, tikusnya segede kucing, tata kotanya nggak karuan berantakannya, panasnya ngalahin Jakarta, ampun lah. Nggak akan pernah mau kalo diajak ke Surabaya dari dulu. Nggak sanggup. Tapi nasib berkata lain, 2 tahun lalu kusempatkan diri tinggal di kota ini, selama hampir dua tahun. Kota yang dulunya kubenci, lambat laun mulai kucintai. Terutama ketika Bu Risma, si ibunya wong Suroboyo ini memegang kendali Surabaya. Surabaya begitu berbeda, ntah berapa ratus derajat. Rumah kos desain kolonial, membuatku betah disana. Ah aura setiap rumah memang berbeda. Hati yang memilih. Tak bisa dipungkiri. Terutama setelah berkencan dengan suami yang pecinta sejarah dan bangunan kolonial, smakin ku menyadari ternyata Surabaya itu spesial dengan segala rupanya yang sedang berbenah. Salah satu hal paling berkesan buat gw selama gw di Surabaya adalah tidak keringnya se

Catatan Pengajar Homescholing

Homescholing mulai menjadi satu pilihan akhir akhir ini. Kebutuhan akan homeschooling dirasakan menjadi mendesak kala seorang siswa merasa dirinya tidak bisa lagi keep up   dengan keadaan yang ada di sekolah dengan berbagai alasan seperti kemampuan menangkap materi yang sangat lambat, faktor kesehatan, faktor  bullying, kasus yang terjadi disekolah hingga kasus drop out dan lain sebagainya. Dulu banyak yang merasa kalau homeschooling adalah suatu hal yang aneh karena ya kasian aja anaknya nggak bisa bersosialisasi dengan baik dengan orang lain atau teman temannya. Tapi masalahnya, biasanya temannya yang menyebabkan mereka minder. Percaya nggak sih, mungkin dulu gw juga pernah bully orang secara sengaja atau nggak sengaja yang menyebabkan mereka merasa dirinya lemah. Mungkin banyak dari kita pernah melakukan perisakan kepada teman kita dulu, tanpa kita sadari kita anggap mereka mampu menerimanya padahal tidak semua orang bermental baja. Bisa jadi. Jadi jangan kemudian beranggapan

Netflix Series To Watch

Netflix itu racun. Ya gimana, distraksi terbesar dalam melakukan apapun dong. Seriesnya bagus-bagus. Nah beberapa ini series yang seru banget buat ditonton. Kim's Convenience  Series yang ini ceritanya tentang keluarga Korea yang migrasi ke Kanada dulu kala. Jadi gaya ngomongnya yang manggil bapak dan ibunya dengan sebutan ala Korea sedangkan kedua anaknya nggak terlalu bisa bicara bahasa Korea. Mereka punya toko yang nggak pernah tutup sama sekali. Lucunya, si bapak ini benci banget sama Jepang karena jaman dulu pas penjajahan waktu dia masih kecil dan merasakan akhir dari masa pendudukan Jepang. Ada mobil parkir depan tokonya kalau toyota daihatsu atau merk Jepang lainnya, suruh lapor polisi. Tapi kalau merk Hyundai, KIA gapapa 😂 Bapaknya ini patriaki sekali. Sedangkan anak-anaknya tumbuh dan besar di Amerika yang otomatis membentuk pergaulan dan cara pikir ala Amerika pada umumnya, bukan Asia. Konfliknya seru. Ringan, kehidupan sehari-hari. Cuma yang kadang bikin ngg

2019 January Well Spent

I plan nothing for 2019. I do have plans but I dont write it down, just let it be a secret and I will write them down when they are accomplished. But I always plan to be a better person (of course). So remaining plans I had on my 2018 was doing sport regularly (become healthier) and able to speak Dutch. Nah, I did no sport last year. So here I am, spent my January by starting to take my Dutch class seriously, and last night I did my 25 mins workout. Ugh it was killing! My legs and butt are so sore today. But I felt lighter after did the workout. So I guess that is a good feeling eh? It is all about consistency January well spent. Being so busy with classes from 8 to 8. Crazy month. Busy asf. So many reports to be done, learning Dutch seriously, have to prepare myself for Korean test in a few months, writing more, learn photography more, read more books and audiobook, listening to the podcast also. I am busy man! I am making myself busy! 😎 Books I want to read for February