Bentheim Gw tau Jerman tuh emang meticulous banget, tapi gw nggak sangka bakal se- meticulous itu. Kira-kira bulan Maret gw apply Schengen via Jerman. Kenapa via Jerman? Karena Belanda nggak ada slot heheheee. Rencana perginya bulan April kalau nggak salah waktu itu. Karena suami ada libur tapi cuma pendek banget, dan dia pengen banget pulang ke sana, yaudah lah coba aja. Dapet antrian, mana bayarnya 700ribu pula 😅 lalu pergilah gw submit semua dokumen gw. Gw bukan yang pertama kali mengajukan Schengen, jadi gw udah "tau" harus submit apa aja. Karena sebagai orang yang menikah dengan warga EU, kami berhak untuk tidak menunjukkan buku tabungan (yg penting tabungan pasangan yang EU yg ditampilkan), dll. Dengan ina inu, eh ternyata diminta surat kerja lah, kalau freelancer harus kasih tau bukti kerjaan juga. Gw rasa ribet ya karena nggak formal kerjanya, jadi ya udah gw tulis ibu rumah tangga. Itu juga masih harus bikin surat pernyataan siapa yg membiayai biaya hidup gw kala
Myanmar terkenal dengan sebutan old version nya dari Asia Tenggara. Dari segi perekonomian dan pengembangan kotanya sih nggak terlihat mencolok maupun tertata rapi. Kalau secara penampakan dibandingkan dengan Jakarta sih masih 11-12 lah. Ada gedung-gedung tinggi mencolok lengkap dengan brand mahal didalamnya, tapi tak jauh dari situ banyak perkampungan kumuh. Sama halnya dengan makanan pinggir jalan, banyak dijual makanan dengan harga murah dan juga dengan level kebersihan yang ntah seberapa. Kalau dilihat sekilas sih mirip beberapa tempat makanan pinggir jalan yang ada di Indonesia, tapi ntah kenapa di Yangon terlihat lebih jorok. Jadi kita nggak berani terlalu dalam mencicipi. Padahal biasanya hajar aja. Tapi dibalik itu semua, bangunan cantik dibelakangnya sangat menggoda dan menarik. Bangunan yang dibangun kolonial Inggris ini sangat cantik dan menarik karena masih pada bentuk dan posisi yang sama. Bahkan rute jalannya pun berbentuk "kotak". Sungguh sangat kuran