Skip to main content

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Mall di kota besar

Kenapa banyak mall di kota besar sebut saja Jakarta atau Surabaya??
Itu yang jadi pertanyaan selama ini *pertanyaanku at least*.

Jadi menurut kacamata yg saya pakai, kenapa kota besar yg panas banyak mol-nya? Karena kalo panas2, jalan2 yg paling enak ya ke mol lah. Udah adem, mau beli apa aja ada, cuman satu yg bikin sedih sih --> dompet merana.

Keberadaan mall besar di kota2 yg ada di Indonesia pada akhirnya membuat masyarakat jd konsumtif, meskipun saya dan teman2 sering sih menghabiskan waktu di mall hanya demi nggosip dan ngeteh racek yg harganya cuman 5ribu pas jaman kuliah *thanks to Matos our favorit mall*. tapi bener lho, dikit2 ngemol, jam kosong kuliah ngemol, pulang kuliah ngemol, kapan aja ngemol, hidup ngemol. Konsumtif karena seringkali mengeruk budget yg tidak semestinya. Contoh : mau beli sepatu dg budget 150rb di Matahari, ternyta yg ketarik dari dompet sebanyak 300ribu *yg 150ribu kepake beli daleman*. Atau soal pengen beli satu tapi harganya 150ribh, nah kalo beli dua harganya 250ribu dapet bonus satu biji lagi. SIAPA YANG KUASA MENOLAK TAWARAN INI?? Nah kan nafsu. Belom lagi kalo capek, pengennya makan. Okelah kalo pengen makan aja bisa kok abis 20ribu di food court. Tapi kalo ngeliat coffee shop dan tergoda cobain greentea latte-nya itu yg hmmm *karena greentea latte di vendor2 beken harganya selalu diatas 30ribu*. Belom lagi nih kalo ternyata ada kebutuhan dadakan macam beli celana kerja (yg sampe sekarangpun belom kebeli gara2 budgetnya dipake lainnya yg insidental banget). Anggap ini adalah budget anak kos lho ya yg serba limit, sebut saja cukup untuk hidup dan nabung di saat godaan dari mall yg cantik dan susah nolaknya.

Dalam satu mall biasanya ada banyak vendor yg bertengger dg cantiknya yg menggoda dompet kita, lebih tepatnya isi dompet sih. Nah kalo buat saya, agak cerewet sih, kalo beli daleman maunya cuman di Matahari Matos. Padahal di Matahari Pasar Besar juga ada daleman dg harga dan model yg sama. Nah kan cerewet ya. Trus kalo belanja maunya cuman di hypermart Matos, padahal hypermart di Surabaya juga seabrek lho. Cerewet emang. Ada lagi yg mending ke Bakers King MX daripada yg MOG. Dan juga lebih suka Coffee Box di MOG daripada yg di MX. Dasar cerewet dan pilih2.

Oke itu hanya sekelumit cerita ngemol gak pentingku. Bukan itu juga yg dibahas.

Tapi semisal nih ya, yg punya pikiran kayak saya, berarti itu semakin membuka peluang buat buka mol baru dong disetiap kota. Berarti secara gak langsung saya juga berperan dong dalam pembukaan mol bru??? Ahh bisa saja mereka asal tebak kan. Wong indonesia kan ratusan juta hehee *membela diri*

Bukan itu yg mau saya tulis. Tapi perkara menganggap mall adalah tempat beken yg hits yg harus dikunjungi buat jalan2. Hellooooo jalan2 di mall? Refreshing di mall??? Gak salah?? Jalan2 ya di kebun teh lah, hutan lab, taman lah, pantai lah, atau tempat2 lain yg terbuka dialam *itu refreshing kesukaan saya sih*. Apalagi kalo ke mall yg gede rame dan yg dijual yg branded doang, mereka jd merasa kaum kasta brahmana hahaha. Ya nggak salah juga mereka doyan maen di mall, cuman agak aneh aja sih menurutku.

Kalau saya ke mall sih jujur cuman buat belanja yg diperluin dan makan makanan tertentu yg emang cuman ada di mall itu, atau mau ke toko buku yg seringkali lebih enak kalo di mol ntah kenapa. Jadi bukan jalan2 hampa kalo ke mall. Karena beneran deh, capek banget kalo jalan2 di mol. Udah capek, stres lagi gara2 dompet jebol, dan gak refresh sama sekali karena yg diliat cuman tembok dan gemerlap barang2 branded *barang KW juga banyak sih*. Jalan2 hampa itu pas jaman kuliah aja sih, yg letak mall pas didepan kampus dan molnya termasuk mol kecil dan serasa satpam yg ada didepan pintu masuk aja udah kenal banget sama kita.

Tapi ada satu hal positif lho bagi yg suka jalan2 di mol, olahraga. Mengingat orang Indonesia sangat males jalan, apalagi jalan dikota besar itu juga gak aman sama sekali, jadi solusinya adalah jalan didalem MALL.

Comments

Popular posts from this blog

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Mengenal Nyai, Eyang Buyut Orang Indo Kebanyakan

  Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya tentang darah campuran Eropa, saya pernah janji nulis tentang orang Indo dan Nyai, nenek buyut dari para Indo kebanyakan. Sekarang kita liat definisi dari Indo sendiri. Jadi Indo (Indo-Europeaan atau Eropa Hindia) adalah para keturunan yang hidup di Hindia Belanda (Indonesia) atau di Eropa yang merupakan keturunan dari orang Indonesia dengan orang Eropa (Kebanyakan Belanda, Jerman, Prancis, Belgia). Itulah kenapa saya agak risih mendengar orang menyebut Indonesia dengan singkatan Indo. Karena kedua hal itu beda definisi dan arti. Sekarang apa itu Nyai? Apa definisi dari Nyai? Nyai adalah seorang perempuan pribumi (bisa jadi orang Indonesia asli), Tionghoa dan Jepang yang hidup bersama lelaki Eropa di masa Hindia Belanda. Hidup bersama atau samenleven yang artinya kumpul kebo, tidak menikah. Fungsinya nyai itu apa? Fungsinya diatas seorang baboe dan dibawah seorang istri, tapi wajib melakukan kewajiban seorang baboe dan istri. Karena mem

Soal ujian TOPIK vs EPS TOPIK

Setelah membahas perbedaan TOPIK dan EPS TOPIK , kali ini saya akan menulis materi tentang apa saja yg diujikan *agak sedikit detail ya*. Pengalaman mengikuti dan 'membimbing' untuk kedua ujian tersebut, jadi sedikit banyak mengetahui detail soal yg diujikan. Dimulai dari EPS TOPIK. Jika anda adalah warga yg ingin menjadi TKI/TKW di Korea, lulus ujian ini adalah wajib hukumnya. Kebanyakan dari mereka ingin cara singkat karena ingin segera berangkat sehingga menggunakan cara ilegal. Bahkan ada yg lulus tanpa ujian. Bisa saja, tapi di Korea dia mlongo. Untuk soal EPS TOPIK, soal-soal yg keluar adalah materi tentang perpabrikan dan perusahaan semacem palu, obeng, cangkul, cara memupuk, cara memerah susu sapi, cara mengurus asuransi, cara melaporkan majikan yg nggak bener, cara membaca slip gaji, sampai soal kecelakaan kerja. Intinya tentang bagaimana mengetahui hak dan kewajiban bekerja di Korea termasuk printilan yang berhubungan dengan pekerjaan. Karena yang melalui jalur ini