Skip to main content

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

[Piknik] Belajar Menenun di Sukarara

Setelah melihat pembuatan kerambah di Banyumulek, kita geser langkah kaki kita menuju Desa Sukarara. Waktu pertama kali ke Lombok, kita hanya sempat ke Desa Sade tanpa ke Sukarara. Katanya sih Sukarara motifnya lebih cerah gitu.



Disana, ada display beberapa ibu-ibu yang lagi nenun dan pake baju tradisional gitu. Kitapun disambut bapak pemandu yang secara otomatis manduin kita. Dan you know what, kita difoto sama salah satu pemandu disana buat koleksi pribadi dia sendiri dan seneng gitu katanya liat aku sama HJ. Lapo coba seneng iku?

 
Dijelaskanlah semua hal yang berhubungan dengan Desa Sukarara ini. Kalau Desa Sade mempertahankan desain rumah adat dan keadatannya, Sukarara lebih ke sentra tenunannya. Jadi semacem workshop tenunan Lombok.



Aku sempet nenun lho. Dengan harapan nggak merusak tenunan si ibu, akhirnya aku cobain nenun. Sambil nenun sambil mikir juga ini bikin motifnya gimana, kok bisa rapi begini. Benangnya dimasuk-masukin pokoknya sama si ibu terus 2 kali hentakan buat ratain benangnya biar nempel sama desain sebelumnya. Yes! I didnt screw it up!


mukaknya nggak ramah banget ya aku? hahaha




Trus kita berdua diajak kedalam workshop buat liat-liat kain yang udah jadi. Harga paling murah sih sekitar 250ribuan gitu, yang paling mahal ada kali 8-10 juta gitu deh. Kita cuman liat-liat aja sih didalemnya. Udah nggak pengen beli, udah banyak pengeluaran haha

Motif kainnya jauh lebih beragam dan cerah daripada yang ada di Desa Sade. Jadi lebih banyak pilihan aja kalau mau beli kain. Jujur bagus-bagus, tapi bawaan udah banyak jadi ogah mau bawa barang lagi. Bisa dimarahin HJ aku nanti 😄



Photos are taken by me and HJ  

Comments

  1. bagus ya motifnya kayak bentuk rumah. Nama motifnya apa ya mba ?

    Btw gimana rasanya nenun, pegel-pegel gak tuh mba. hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gatau hahaha
      Oon ya nggak nanya, tp ada satu jenis yg itu bagus dan paling mahal. Namanya subhanellah. Tapi aku ga liat sihh

      Karena cm lima menit, ya ga pegel haha
      Tapi kayake pegel lho, punggungnya cm disanggah yg bawahnya aja. Kayak nyandar gt, tp kcil. Lima jam ya teler

      Delete
  2. Waaahhhh seru banget punya pengalaman belajar menenun gitu. motifnya bagus dan lucuuu.. pasti itu bikinnya sakit mata gegara detailnya agak njlimeett... hehehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sakit mata bangetttt. Padahal cm tinggal jedok jedokin aja, tp pas masukin motifnya, yg warna itu jg sempet salah

      Kamu di bali tinggal loncat kan ke lombok haha

      Delete
  3. duh duduk selonjoran gitu emang enak
    tp klo aku sambil ngemil kuaci aja xixi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benerrrrr. Apalagi sambil liat dan dengerin philpop yak 😋

      Delete
  4. Wah, pengalamannya seru nih. Bikin kain tenun gitu sambil selonjoran. Btw, apa punggungnya gak capek ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo sejam ya capek hahaha
      Tapi seru lho, cobain deh kesana
      Mata capek lah dkit hahhaa

      Delete
  5. Aku juga gitu. Kalo ke work shop mung liat-liat tok. Meh tuku kok yo larang, hahaha

    ReplyDelete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Cara Memilih Bacaan

Pulang - Leila Chudori Pengalaman gw mulai menyukai membaca karena bukunya yang bagus. Kata orang jangan judge buku dari sampulnya. Gw termasuk orang yang suka judge buku dari sampul. Tapi itu bukan hal yang utama dong tentunya. Itu hanya ekstra poin aja.  Pertama kali gw baca buku dan tiba-tiba suka adalah saat papa yang waktu itu pulang, bawain gw buku ensiklopedia yang isinya sejarah dan astronomi. Itu yang bikin gw langsung suka baca, karena materinya bikin gw berbinar. Itu juga awal mula gw suka astronomi.  Perjalanan sebagai pembaca tentu saja lama sekali. Beberapa genre gw coba baca, kadang suka, kadang nggak suka. Hingga akhirnya gw tau apa yang bikin gw akan baca buku itu.  "Halaman pertama tulisannya" Gaya menulis orang itu pasti selalu berbeda. Meskipun mirip dengan yang lain, pasti akan ada karakter pembedanya. Itu biasanya terlihat dari halaman pertama tulisannya. Bayangkan, meski materinya bagus tapi penyampainya nggak bagus juga nggak akan nyangkut di pemb...

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...