Skip to main content

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

[Piknik] Tradisional ditengah modern : Desa Sade



First destination after attending the wedding was Sade village. Desa ini semacem desa adat suku sasak asli begitu. Letaknya nggak jauh dari Bandara, sekitar 30 menit aja. Jadi ibarat kata nih, kalo nggak ke destinasi wisata laennya selama di Lombok gapapa deh yang penting harus ke desa ini. Kita kesana kan bareng sodaranya si suaminya Prisca ini, mereka sih lebih ke pantai aja, kalo aku mah ngotot ke desa ini pokoknya. Gatau sih, suka aja sama yang berbau tradisional dan asli gitu. Mumpung kan keluar Jawa, wajib liat yang asli-asli. 






Berangkatlah kita dari Selong, menuju bandara terlebih dahulu. Harus nganterin si sodara-sodara balik ke Jawa dulu, sisanya yang masih terbang jam sore ya jalan-jalan dulu. Cus lah kita ke desa sade. Ini desa masuk iklan btw yang bikin salah paham si Prisca. Dikiranya aku tau desa ini dari iklan, padahal aku udah tau dari jaman SD. Ilmu sosialku melekat banget deh kalo soal adat dan tradisional begini. 


 
Satu jam dari Selong, nggak begitu jauh. Tapi karena cukup pagi berangkatnya, ya kita dijalan merem semua. Setengah jam dari bandara menuju desa ini, kita datang sekitar jam setengah 8. Masih sepiiiiii banget. Seger. Adem. Masih banyak juga yang masih tutup. Jadi rumah mereka masih nggak buka, tenunan sih masih tetep dipajang, tapi nggak liat satupun yang nenun. Agak kuciwa sih. Eh beberapa menit kemudian ada orang yang nenun karena ada yang pengen tau, nimbrung juga akhirnya. Yaaa sekiranya cukup lah buat ambil foto sama videonya. 



Sayangnya ya karena masih banyak yang aktifitas dirumah macam cuci baju, masak, jadinya nggak bisa ngobrol nanya-nanya banyak hal ke mereka. Tapi ada tv kok, pas lewat denger upin ipin tayang hahaha. Trus kita telusuri aja deh itu, eh ketemu rombongan yang laen lagi. Disitu ada orang yang nunjukin isi rumahnya. Rumah asli desa Sade. Pernah liat di tv nggak? Harusnya pernah, dulu pas jamannya acara jalan-jalan itu sering nampilin desa ini. Dan pas dibuka seketika zzzzzzzzzz, bau eek kebo. Nggak bau buanget sih, tapi bau emang hahaha. Karena, saya inget itu lantai dibersihinnya pake eek kebo emang. Jadi ya bau dikit-dikit lah hoho.Nggak ambil fotonya karena gelap dan banyak anak kecil yang pengen selfie. Dimaklumin aja deh ya, masih anak kecil.

 






Oiya kita sempet beli kain tenunnya sih. Nggak tau itu emang harganya segitu apa gimana ya, yang jelas satu kain buat bawahan plus selendangnya bisa kita tawar 200ribu aja. Murah kan? Konon lebih murah dari desa Sukarare. Sempet juga beli pernak Pernik di sana, buat bawaan anak-anak kecil dirumah. Ya mereka kan doyan yang lucu-lucu ya. Ada yang 5ribuan, 20ribuan, dan ada yang masih bisa ditawar. Harga ikat kepala Lombok ditawarin 50ribu per pc, tapi setelah ditawar juga bisa jadi harga setengahnya. Beda ya kalo oleh-olehnya udah masuk toko. Harganya jadi 50ribu. 




Penjual yang kita datangi bilang ‘nggak apa-apa mbak kalo disini budayanya harus di tawar, kita malah seneng sekali kalau mbak mau nawar disini’. Lahhh manis amat ya hahaha. Akhirnya yang nawar siapa saudara-saudara???? Candra! Suaminya another Prisca ini lebih sadiiisssss kalo nawar. Katanya bilang gini ‘tawar aja Pris, setengahnya lebih kalo tawar’. Alaamaakkk. Gapapa sih jadi dia yang nawarin hahaha


Seru aja sih, to be finally here. Mengunjungi tempat kecil dan asli ini. Btw, meskipun ini tempat kita sebut desa adat dan  masih asli, tapi didepannya ada minimarket lhooooo. Ya kan depannya bukan daerah adat lagi hoho. Eh satu lagi, ada masjid didalem desa ini. Masjidnya lucu banget. Adem gitu keliatannya. Dan dan dan banyak anjing berkeliaran. Anjing liar, bukan anjing pudel yang lucu nggemesin gitu. 


ini masjidnya lho




Was so happy that day, have you been there?

Comments

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Cara Memilih Bacaan

Pulang - Leila Chudori Pengalaman gw mulai menyukai membaca karena bukunya yang bagus. Kata orang jangan judge buku dari sampulnya. Gw termasuk orang yang suka judge buku dari sampul. Tapi itu bukan hal yang utama dong tentunya. Itu hanya ekstra poin aja.  Pertama kali gw baca buku dan tiba-tiba suka adalah saat papa yang waktu itu pulang, bawain gw buku ensiklopedia yang isinya sejarah dan astronomi. Itu yang bikin gw langsung suka baca, karena materinya bikin gw berbinar. Itu juga awal mula gw suka astronomi.  Perjalanan sebagai pembaca tentu saja lama sekali. Beberapa genre gw coba baca, kadang suka, kadang nggak suka. Hingga akhirnya gw tau apa yang bikin gw akan baca buku itu.  "Halaman pertama tulisannya" Gaya menulis orang itu pasti selalu berbeda. Meskipun mirip dengan yang lain, pasti akan ada karakter pembedanya. Itu biasanya terlihat dari halaman pertama tulisannya. Bayangkan, meski materinya bagus tapi penyampainya nggak bagus juga nggak akan nyangkut di pemb...

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...