Who would have thought that I experienced fire in the building. This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated. That’s what I thought. Until it really happened. We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances. “Oh no, something serious...
Congratulation! Fresh Oxygen Fresh Oxygen Fresh Oxygen
Iya, kita sedang berada di Gili Air yang absolutely no
motorcycles, no cars and any other motorized vehicle! Congratulation!!!!
Ceritanya, sebelum kita memasok oksigen terbersih di dunia
ini, kita harus nyebrang menuju Gili Air menggunakan kapal. Ya iyalah kapal,
nggak mungkin juga kan pake pesawat ato kereta. Rencana awal kita mau nyebrang
pake slow boat yang 15ribuan. Eh ternyata katanya ombaknya gede jadinya mereka
nggak beroperasi. Terpaksa harus speed boat. Yayaya speed boat itu bisa diisi
10-12 orang gitu, tapi yang nganter kita maksa buat nyebrang privat aja. Baru
pertama kali ya, akhirnya yaudah deh nurut. Ntah ini terlalu bego apa gimana
tapi yawes lah udah terlanjur juga. 350ribu deh. Nyebrang juga cuman 15 menit
tapi udah cukup bikin perut kemrucuk. Itu
mah emang laper.
Akhirnya kita menjejakkan kaki di Gili Air. Pertama kali
kaki menjejak disana saya langsung mikir ‘Ini masih di Indonesia kan? Kok
berasa Hawai begini, bule semua, seting tempat juga hawaian banget’. Padahal
nggak pernah ke hawai sih 😄
first sight from resort
Jadi dari rangkaian 3 pulau itu, Gili Trawangan, Gili Meno
dan Gili Air, Gili Air termasuk pulau yang kedua sepi. Maksudnya yang sepi banget
itu Gili Meno, Gili Air, baru deh yang party party di GT. Kita nggak ke GT
karena apa? Karena kita berdua nggak suka yang rame-rame heboh berisik gitu.
yaudah Gili Air aja deh dulu.
Kita berdua nginep di resort pinggir pantai, Biba Beach
Village. Kurang paham sih ini ‘village’ ini emang nama desanya apa cuman cara
mereka kasih nama resort mereka aja karena kebanyakan resort ada village-nya. Menuju
ke Biba Beach juga kita pake cidomo karena nggak paham lokasi hotelnya sejauh
apa dari pelabuhan. Bisa mampus dong kalo sok tau bilangnya deket padal jauh. Dan
sekali jalan cidomo ini 100ribu. Mahal? Ya MAHAL. Tapi ditempat wisata, yaudah
lah mau gimana lagi ya
biba beach room
Satu hal yang saya tangkap dari penduduk disana, mereka itu
ramah. Bener-bener ramah. Biasanya kan kalo daerah wisata itu ramahnya yang
annoying ya. Kalo mereka bener-bener ramah banget dan helpful banget. Jadi
nggak annoying. Kita beberapa hari disana, karena saking kecilnya pulaunya ya,
kita jadi sering liat orang yang sama sampe apal deh. Padahal juga nggak kenal.
Kayak se RT gitu kesannya haha
Yang saya suka dari sana apa? Udara yang bersih tentunya,
tanpa ada motor-motor, dan orangnya yang ramah-ramah. Untuk liburan, so
energizing. Tapi untuk tinggal disana, hmmm hmm hmmm asal nggak sendirian aja
nggak apa-apa. Tapi resikonya, jadi makin legam 😁
Wes pindah kono wae...
ReplyDeleteJadi nanti kalo aku kesitu ada yang bisa ditebengi, hahaha
Ada mas, vila sejenis rumah pinggirpantai dijual USD 125ribu. Beliin dong! Nantik aku yg ninggalin disanaa gpp deh haha
Delete