Skip to main content

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Recehan

Seinget saya sih udah pernah nulis soal ini


Seperti biasa, recehan bukan menjadi pilihan setiap orang karena udah pasti berat kalo banyak, keliatan kurang kece yang cenderung berujung pada pertanyaan :

abis ngamen dimana?
Hyaaaa.... selalu gitu deh. Tapi saya yang terinspirasi dari film Journey to the center of the earth gegara mereka bisa nuker uang recehan lima toplesnya dengan tiket perjalanan ke Reykjavik dari hmmm dari mana ya itu?? Amerika?? kayaknya sih Amerika, itu inspiring banget dehh buat saya. Sejak saat itu mendedikasikan diri untuk menabung recehan. Biarpun nggak nabung, tapi disimpen gitu, siapa tau bisa kelliling Eropa gara-gara recehan hohoho

 bayangin aja kalo itu receh lima ratus apa seribuan gitu, ada lima toples gede krupuk gitu, kayaknya bisa buat keliling Eropa. btw ini lho recehan yang ada di film Journey to the center of the earth.

Saya sudah lama suka nyimpen recehan. Sampai teman-teman yang tau kebiasaan saya, suka 'buang' recehan mereka ke saya. Dikira duit receh mah nggak berharga ya. Padahal seperti kata pepatah, 'sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit'. Saya punya receh 100, 200, 500, dan 1000. Kalau yang 500 sama 1000 sih bisa keliatan agak gede jumlahnya. Nah kalau yang 200an ini. Biasanya dibawa mama ke pasar sih buat ditukerin karena yang namanya duit di pasar itu pastiii laku berapapun nominalnya. Duit 200 receh bisa buat jatah pengamen di pasar. kata mamak begitu

udah waktunya setor yang 200an ke mama hahah

Dulu sebelum pindah ke Surabaya, ada beberapa toples uang receh. Kebetulan yang satu toples saya tinggal dirumah dengan harapan nanti saya bakal bawa ke Surabaya. Tapi karena berat, yawes tinggal aja wes. Nah saya liat tiap kali saya pulang kerumah, ini toples kok makin abis ya duitnya ya. Eh ternyata mama bikin pengakuan, "iya, diambil papa buat taro mobil. buat orang-orang ngamen, kalo nggak gitu ya buat ke toilet". Alamakkkk.. yawes gapapa wes yang penting manfaat deh ya.

Karena kebiasaan saya itu, sampai akhirnya saya punya klien lho. Klien yang nuker duit receh. Tiap bulan ato paling nggak 2 bulan, recehan di toples mini saya penuh dan itu sekitar 150ribu. Karena mengumpulkan receh bisa menjadi dana darurat, yang maksudnya bener-bener dana yang daruratttt banget tiap akhir bulan, lumayan kan bisa nambah duit jajan sampai 150ribu begitu. Keliatannya sih sepele, tapi ya lama-lama jadi banyak tho. Klien saya itu tak lain dan tak bukan adalah bapak nasi goreng depan kos. You are my savior pakkk

 

gegara beli sesuatu dapet botol unyu begini, sayang kalau nggak dimanfaatin. Akhirnya jadilah dia botol penyimpanan duit kertas. segala bentuk hal yang bisa bikin semangat dalam menabung itu perlu digalakkan kok :)



sedang menanti jatah menukar recehan ke bapak depan kos 
 

Comments

  1. Kalo udah banyak donasikan ke saya aja mbak

    Ntar saya kasih no rekening saya deh, hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Donasi tmbhaan buat nikah?
      Sini maana nomer rekeningnya, aku transfer pake receh lho tapi

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Cara Memilih Bacaan

Pulang - Leila Chudori Pengalaman gw mulai menyukai membaca karena bukunya yang bagus. Kata orang jangan judge buku dari sampulnya. Gw termasuk orang yang suka judge buku dari sampul. Tapi itu bukan hal yang utama dong tentunya. Itu hanya ekstra poin aja.  Pertama kali gw baca buku dan tiba-tiba suka adalah saat papa yang waktu itu pulang, bawain gw buku ensiklopedia yang isinya sejarah dan astronomi. Itu yang bikin gw langsung suka baca, karena materinya bikin gw berbinar. Itu juga awal mula gw suka astronomi.  Perjalanan sebagai pembaca tentu saja lama sekali. Beberapa genre gw coba baca, kadang suka, kadang nggak suka. Hingga akhirnya gw tau apa yang bikin gw akan baca buku itu.  "Halaman pertama tulisannya" Gaya menulis orang itu pasti selalu berbeda. Meskipun mirip dengan yang lain, pasti akan ada karakter pembedanya. Itu biasanya terlihat dari halaman pertama tulisannya. Bayangkan, meski materinya bagus tapi penyampainya nggak bagus juga nggak akan nyangkut di pemb...

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...