Skip to main content

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

[How we met] Me and Shoffi

Ketemunya tahun 2009 pas ospek dan mau berangkat bakti sosial ke somewhere (lupa kemana). Tadinya, ngeliat ini anak pertama kali, dari jauh, dia cuma bawa tas selempang kecil lebih mirip sling bag buat kondangan. Mulai lah aku mikir 'ini anak gila apa ya, mau bakti sosial ke daerah dingin eh dia malah nggak bawa selimut. Masa iya dia juga bawa baju tuh. Kayaknya sih nggak'. Agak sinis gitu deh, sampai akhirnya dia mendatangi kita dan mengenalkan dirii, kebetulan teman yang ditunggunya itu kenal sama aku.

'Halo, Shoffi'
'Hai, Prisca. Tas kamu mana?'
'Ini', sambil menunjukkan mini sling bag nya
'Hah? Cuman bawa tas sekecil itu? Kamu nggak bawa baju, selimut?'
'Selimutnya nebeng hehe, baju bawa satu, yang penting bawa sikat gigi aja'

kita pernah sekecil ini. lebih tepatnya aku sihhh, pernah sekurus ini

kita pernah alai (pada masanya). maluuuu

Wow. Sedangkan aku bawa tas gede persis kayak orang mudik semingguan. Tapi emang dasarnya Shoffi, dia kemana-mana emang nggak suka bawa tas gede. Kalopun bawaannya banyak, pasti dia perkosa tasnya biar muat banyak barang. Dan ternyata emang iya, aku rempong gara-gara banyak barang, eh dia baksos 3 hari cuman ganti sekali, dalemannya sih ganti. Yang penting sikat gigi, sabun sampo dia minta bahkan mending ga mandi gara-gara emang fasilitas mandinya terbatas. Trus selimut? NEBENG sodara sodara. Yaelah bisa bener nih anak. Tasnya emang gendut dan muat semua barangnya dia. Ajaib. 

ini mau jalan-jalan gara-gara nggak ada dosen. duh kangen masa kuliah

 testing smartphone pertamanya Fachrul. foto pertamanya foto kita berdua

Waktu berjalan, aku dan dia jadi semakin dekat. Semakin merasa makin lama kita makin mirip. Mirip bukan mukanya lho, mirip sifatnya, cara mikirnya, cuman beda sifatnya aja. Aku nggak peka banget, sedangkan dia peka banget. Yaaaaaa sampe akhirnya dia yang pelototin aku pas seminar proposal skripsi gara-gara aku nggak peka kalo dosennya mulai tegangan tinggi.

ini nunggu jam kuliah pemrograman web sore hari sembari berharap dosennya nggak masuk 

Kita kebetulan sihhh, kebetulan banget kita itu telat lulusnya 😁 . Alesanku sih karena emang ada beberapa kuliah yang harus diulang sembari nunggu data, kalo dia karena double degree. Jadinya kita seminar proposal semester 7, lulusnya duluan aku sih meskipun molor hahaha

ini kayaknya sih pas bikin proposal deh

Karena kita sama-sama molornya, akhirnya kita berdua merasa agak secure gara-gara ada temennya molor. Biar nggak parah-parah dimarahin nyak babe,

'kamu nggak lulus-lulus sih?'
'Shoffi aja belom lulus ma, banyak yg molor kok'

disisi lain...

'nduk, kok belum selese? susah ta kuliahnya?'
'enggeh buk, susah. Prisca ya belum lulus kok'


Nah... win win solution kan? 😏

Meskipun aku yang duluan lulus, tapi yang duluan nikah dia. Malah nikahnya sebelum lulus dengan harapan dosennya bakal kasian karena harus lulus cepet sebelum lairan hahaha

cantik kan? sayangnya aku nggak bisa dateng pas hari H, kebentur ujian. dan aku dateng besoknya

Karena kita kemana-mana bareng, akhirnya orang kalo liat cuman satu dari kita, pasti langsung nyariin yang lainnya deh. Selera baju aja samaan, style juga sama, selera akan sesuatu juga sama (kecuali dia yang suka blingbling), hampir kembar deh pokoknya. Si mas juga bilang kalo kita miripan. Kita berdua sering pake baju kembaran tanpa sengaja. Jadi repot, pas kapan hari mau pake pink ke kampus harus mikir dulu dia pake itu apa nggak. Pikir lama banget dengan perkiraan dia ga bakal pake itu, ehhhhhhh lakok malah samaan. Yawes lah emang warna baju kita juga banyak kembar kok meskipun nggak beli bareng. Saking malesnya kalo bajunya samaan, akhirnya sms duluan kalo mau kuliah 'Aku pengen pake baju ini warna ini, kamu jangan pake yang sama ya' 😁

aku kebetulan wisuda duluan daripada dua cewek ini


Nah pernah suatu ketika kita mulai sibuk skripsi, aku minta temenin dia ngambil data di pabrik gula. Dia oke in aja, dan pas dia penelitian dan praktek ngajar sekaligus ambil data di sekolah, aku juga ikutan bantuin dia. Seneng banget, soalnya dapet kesempatan gratis ngajar anak SMP yang lucu bener. Plus ada satu yang gantenggggg banget hihihi. Can be read here

Pas dia hamil kan nggak doyan makan ya, eh pas aku ajak makan, nyobain makan nasi, kok ya pas mau dan abis banyak banget. Saking deketnya, sampe pas dia hamil aku bisa mimpi muka anaknya. Itu pas lahir kan pembuktian ya, eh mirip banget persis di mimpi. Mana anaknya emeshh banget deh. Dia ini agak nganggep aku kayak dukun sih, jadinya pas hamil anak pertama dia nanya menurutku anaknya bakal cewek apa cowok. Spontan aja jawabnya 'cewek'. Dia nanya kenapa, ya aku jawab aja 'kamu ga percaya sama dukun?'

 meet up pertama setelah dia berbadan dua

beberapa bulan kemudian dia wisuda dengan kondisi hamil

ketemuan kemaren tanpa direncanakan sampe warna baju aja samaan lagi kan

nah kan mungkin si bayi merasa senyumku rada aneh apa gimana ya, cara liatnya si bayi sebegitu banget 

dan si bayi udah mulai ngenalin aku, kemaren aku kasih tanganku eh dia langsung minta gendong

Karena udah terbilang lama temenannya, kita semacem saling melengkapi ya. Dia tau apa yang aku pikirin dan aku tau gimana cara mikirnya dia. Sampe semacem kita berdua bisa jadi lisensi ke orangtua kita masing-masing. Lisensi ijin untuk melakukan sesuatu.


Sampe kata aba-nya dia, beliau seneng banget liat anaknya punya temen deket (kita berempat kok sebenernya), karena katanya anaknya itu nggak pernah punya temen sedeket itu gara-gara masa persahabatan dia sama teman sekolah sebelum kuliah itu penuh drama dan putus gara-gara laki-laki. Drama banget kan.

Yawes, harapanku sih kita bakal terus bareng-bareng as a best friend, she is one of my best friend and hopefully our business (now and in future) will goes smooth😊😊

Comments

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Dapet Visa UAE (Dubai) Gampang Banget

Dubai creek Beberapa waktu yang lalu, kita pusing berat karena H dapet libur kali ini cuman 10 hari. 10 hari dari yang biasanya 14 hari. Akhrinya diputuskan untuk tetap mengambil libur tapi nggak ke Indonesia.  Ternyata, beberapa hari kemudian, dia bilang, kalau liburnya malah jadi 7-8 hari aja. Mau ga mau saya yang harus kesana. Maksudnya terbang mendekatinya. Udah milih-milih negara mana yang harganya rasional, yang ga banyak makan waktu buat terbangnya H, dan tentunya ga ribet urus visa buat pemegang paspor hijau yang ga sesakti paspornya H.  Btw warna paspor Indonesia jadi biru ya sekarang?? Pilihan jatuh ke Dubai. Pemegang paspor hijau harus bikin visa, ya pusing lagi deh cara bikin visa Dubai nih gimana. Apa iya sesusah bikin visa schengen, visa US, visa lainnya. dari persyaratan sih standar ya, termasuk  record  bank account selama 3 bulan. Emang nggak pernah bikin visa Dubai sebelumnya ya, apalagi H yang paspornya super sakti kemana-mana (hampir) ga perlu visa, dia ga pernah ad

Gojek ke bandara juanda

While waiting, jadi mending berbagi sedikit soal gojek. Karena saya adalah pengguna setia gojek, saya pengen cobain ke bandara pake gojek. Awalnya saya kira tidak bisa *itu emang sayanya aja sih yang menduga nggak bisa*, trus tanya temen katanya bisa karena dia sering ke bandara pakai motornya. Nah berarti gojek bisa dong?? Sebelum-sebelumnya kalo naek gojek selalu bayar cash, tapi kali ini pengen cobain top up go pay. Minimum top up 10ribu. Jadi saya cobain deh 30ribu dulu. Eh ternyata lagi ada promo 50% off kalo pake go pay. Haiyaaaaa kenapa ga dari dulu aja ngisi go pay hahaha. Dari kantor ke bandara juanda sekitar 8km. Kantor saya sih daerah rungkut industri. Penasarannn banget ini abang mau lewat mana ya. Tertera di layar 22ribu, tapi karena pakai go pay diskon 50% jadinya tinggal 11ribu. Bayangin tuhh... pake bis damri aja 30ribu hahaha. 11ribu udah nyampe bandara. Biasanya 15ribu ke royal plaza dari kantor haha. Lagi untung. Bagus deh. Nah sepanjang perjalanan, saya mikir ter