Skip to main content

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Selamat hari guru

Saya pernah lho jadi pengajar, and I found myself in it. Ya kurang lebih 2 tahunan lah saya mengajar. Awalnya sih nggak mau ngajar, karena malu dan nggak bisa ngomong didepan umum. Eh setelah dicoba ternyata keranjingan. Tapi saya nggak mau disebut sebagai guru, kenapa? Berat banget artinya. digugu lan ditiru, kalo kata orang Jawa. Dalem kan artinya? dijadikan sebagai seorang panutan, contoh dan teladan. Alesan lain nggak mau disebut guru karena saya masih doyan petakilan, kalo jadi guru kan kudu kalem ahaiiii. Saya nggak kalem.

Saya lebih suka menyebut diri saya pendidik (educator) kala itu, bukan pengajar (teacher). Meskipun secara arti kayaknya lebih berat pendidik deh ya, tapi saya nggak mau aja related sama pengajar yang nggak memperdulikan anak didikannya, nggak menjaga moralitas dan tata krama anak didiknya, saya nggak suka meskipun nggak semuanya lho. Nggak semua, catet, nggak semua!

Karena sebagai pendidik memberikan saya tanggung jawab lebih kepada anak didik saya. 

Apa yang dipikirin cuma membikin anak tidak bisa menjadi bisa aja? No! tentu saja tidak. Mendidik itu susah. Itulah kenapa banyak orangtua yang 'kurang sukses' menjadikan anaknya memiliki tata krama yang sepantasnya. 

Lah jadinya apa definisi guru sama pendidik tadi? Ya harusnya sih guru itu digugu dan ditiru, melihat definisi itu ya harusnya guru itu menjadi pendidik dan pengajar. Tapi sayangnya, banyak guru yang tidak peduli dengan moral anak didiknya bahkan menjadi seperti 'Ah yang penting udah ngajar, digaji, beres. Urusan moral? kan kalian punya orangtua'. Eh jangan salah, kadang anak itu lebih manut sama gurunya daripada orangtuanya sendiri. Contohnya saya dulu. waktu sekolah, rambut saya panjang dan saya pengen gerai ala model iklan sampo. Mama bilang 'dikuncir dong rambutnya, nanti dimarahin gurunya lho'. Saya nggak mau. Eh nyampe sekolah, langsung ditegur 'Pris, rambutnya kalo panjang dikuncir aja, jangan digerai, nanti kamu sibuk main rambut daripada belajar'. Cerita dong ke mama, malah dicaci maki saya sodara sodara. 'Rasain! udah dibilangin mama nggak percaya'. JLEB

Kenapa banyak anak didik yang tidak menyukai gurunya? Karena gurunya tidak melakukan pendekatan personal dengan baik. Anak didik saya lucu-lucu meskipun ada yang kuliah juga. Bahkan sampai selesai kelas pun dan berpisah dengan saya, mereka masih mengingat dan bahkan masih memanggil 'bu guru'. Feel appreciated? Yes. Karena ketika kamu diingat orang lain, berarti kamu pernah menjadi seseorang yang berkesan di hatinya dan harinya 😊

Saya setuju dengan quote, 'tugas seorang guru adalah mengajar dan mendidik, bukan mengerjakan tugas administrasi'. Setuju 1000%. Dulu ketika masih mengajar, saya paling males dengan yang namanya tugas administrasi macem bikin laporan, kasih nilai, itu semua abstrak. Sampai pernah lho kita diantara para pendidik gahol ngobrol cantik begini "Eh, kenapa sih nggak dibikin 2 jurusan aja. Jurusan pendidikan dengan spesifik jurusan, dan administrasi pendidikan tersebut'. Duhh girang kali saya kalo ada begitu ya. 

Menjadi seorang pendidik (sekaligus pengajar) itu, otaknya nggak pernah berhenti mikir. Dari pagi siang sore malem bahkan pas pacaran. Yang ada diotaknya cuma bagaimana anak didiknya bisa memahami hal yang kita ajarkan dan bermoral (sekaligus isi laporan, bikin perancangan dan menyiapkan materi 😑). Saya inget kata guru saya, 'Orang pinter kalo nggak bermoral itu bisa jadi orang paling mengerikan. Makanya, pinter dan moral itu harus jalan bersamaan biar kalian bisa menjadi wise'. Betul itu. Karena  otak nggak pernah berhenti mikir, akhirnya saya bisa tetep langsing 😄

Semua orang bisa menjadi 'guru yang administratif', tapi tidak semua orang bisa menjadi 'guru yang sekaligus mendidik dan mengontrol moralitas anak didiknya'. Teruntuk rekan-rekan guru, guru-guru yang ada di Indonesia, saya mohon, jadilah pengajar sekaligus pendidik. Karena nantinya pun saya akan menitipkan anak saya kepada anda-anda dengan harapan anda bisa mengajar sekaligus mendidik anak saya, dan bisa menjadi 'orang tua kedua' bagi anak saya.

Nambah harapan lagi boleh? Boleh ya. Saya berharap sebentar lagi profesi guru (pengajar dan pendidik) akan menjadi beken sebeken-bekennya. Menjadi profesi nomer satu dan dihargai keberadaannya. Bahkan diatas presiden deh, karena kalo nggak ada guru ya si anak mungil kecil tak berdosa itu nggak mungkin bisa pinter dan jadi presiden. Ya nggak? iya dong 😎

Selamat hari guru!! Untuk papaku, untuk guru-guruku, untuk rekan-rekan pendidik (termasuk aku yang dulu 😄), untuk semua guru yang ada diseluruh Indonesia. Semoga selalu menjadi orang yang selalu digugu dan ditiru 😄

Comments

  1. Wah papa mama nya kece ya ... pantes anaknya juga caem gtu...heheh

    Papanya guru ya... mamaku juga guru heheh kita samaan ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahemm caem uhui 🤓

      Wahhh kita sama2 anak pejuang kecerdasan bangsa ya 😆

      Delete
  2. Setuju, terkadang ada guru yang lebih mementingkan bagaimana cara mengajar anak, sama kayak yang Mbak Prisca bilang di atas, mereka lebih fokus mengajari dari yang bisa ke tidak bisa. Padahal mengajar dan mendidik itu kan bukan hanya di kelas, di mata pelajaran tertentu dan tepat di waktu mengajar saja kan? Tapi di lain sisi, aku bersyukur karna sejauh ini hampir semua guru yang aku temui benar-benar menjadi panutan dan pendidik yang baik. hehe :D

    Selamat Hari Guru \:D/

    Btw, aku mau follow blog ini tapi engga ada widget untuk pengikutnya:((

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bersyukur ya punya guru yang bener2 bs digugu dan ditiru. Jd guru itu tanggung jwabnya besar banget soalnya, harus kontrol moral diri sendiri jg haha *pengalaman*

      Wahh sik sik bentar ya, nanti tak munculin. Kmrn jg ada yg minta hoho

      Delete
  3. Aku adalah guru untuk Keenan...


    HAHAHAHA

    ReplyDelete
    Replies
    1. Guru yang selalu ditanyain pertanyaan ajaibnya keenan dan bkin speechless ya??? Hahaha

      Mana keenanya? Nulis lagi dongggg. Aku ngefen berat deh sama dia

      Delete
  4. Replies
    1. Aku juga mau dong. Punya guru cantik pasti lebih asek.

      Delete
    2. Boleh! Masuk kelas matematika tapi ya? 😏

      Delete
  5. Selamat ya telah merasakan menjadi seorang guru walau cuma seumur jagung. Aku lebih lama lagi dan prustasi karena gaji pengajar kecil. Sehingga lari menjadi kuli kasar. Sampai sekarang tetap kuli. Jiwa pengajar nya turun dari orang tua ternyata. Pinjam roknya dong.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Roknya disewain bang, biar ada profit dikit2 hahah

      Nahh sayangnya itu bang, profesi pengajar, guru, gajinya kalah sama smuanya. Padahal diluar negeri aja guru itu nmr satu ya

      Delete
  6. Saya juga setuju kalau tugas guru itu mengajar sekalian mendidik, tapi sedikit jarang ditemuin saat ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin karena profesinya bukan panggilan dari hati??

      Delete
  7. Selamat hari guru... *telat.
    "Lebih baik telat daripada tidak sama sekali"

    Aku dulu juga pernah jadi pendidik meskipun nggak begitu lama.

    ReplyDelete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Mengenal Nyai, Eyang Buyut Orang Indo Kebanyakan

  Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya tentang darah campuran Eropa, saya pernah janji nulis tentang orang Indo dan Nyai, nenek buyut dari para Indo kebanyakan. Sekarang kita liat definisi dari Indo sendiri. Jadi Indo (Indo-Europeaan atau Eropa Hindia) adalah para keturunan yang hidup di Hindia Belanda (Indonesia) atau di Eropa yang merupakan keturunan dari orang Indonesia dengan orang Eropa (Kebanyakan Belanda, Jerman, Prancis, Belgia). Itulah kenapa saya agak risih mendengar orang menyebut Indonesia dengan singkatan Indo. Karena kedua hal itu beda definisi dan arti. Sekarang apa itu Nyai? Apa definisi dari Nyai? Nyai adalah seorang perempuan pribumi (bisa jadi orang Indonesia asli), Tionghoa dan Jepang yang hidup bersama lelaki Eropa di masa Hindia Belanda. Hidup bersama atau samenleven yang artinya kumpul kebo, tidak menikah. Fungsinya nyai itu apa? Fungsinya diatas seorang baboe dan dibawah seorang istri, tapi wajib melakukan kewajiban seorang baboe dan istri. Karena mem

Soal ujian TOPIK vs EPS TOPIK

Setelah membahas perbedaan TOPIK dan EPS TOPIK , kali ini saya akan menulis materi tentang apa saja yg diujikan *agak sedikit detail ya*. Pengalaman mengikuti dan 'membimbing' untuk kedua ujian tersebut, jadi sedikit banyak mengetahui detail soal yg diujikan. Dimulai dari EPS TOPIK. Jika anda adalah warga yg ingin menjadi TKI/TKW di Korea, lulus ujian ini adalah wajib hukumnya. Kebanyakan dari mereka ingin cara singkat karena ingin segera berangkat sehingga menggunakan cara ilegal. Bahkan ada yg lulus tanpa ujian. Bisa saja, tapi di Korea dia mlongo. Untuk soal EPS TOPIK, soal-soal yg keluar adalah materi tentang perpabrikan dan perusahaan semacem palu, obeng, cangkul, cara memupuk, cara memerah susu sapi, cara mengurus asuransi, cara melaporkan majikan yg nggak bener, cara membaca slip gaji, sampai soal kecelakaan kerja. Intinya tentang bagaimana mengetahui hak dan kewajiban bekerja di Korea termasuk printilan yang berhubungan dengan pekerjaan. Karena yang melalui jalur ini