Skip to main content

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Belajar dari kematian



Kematian selalu datang tiba-tiba tanpa kita bisa memperkirakan kapan. Kematianpun memberikan satu cerita yang bisa dijadikan pelajaran bagi kita yang masih berjuang dengan kerasnya kehidupan. 

taken from internet

 Beberapa waktu yang lalu seorang teman kehilangan ibunya. Ibunya yang diketahui tidak menderita sakit apapun, tidak ada riwayat sakit sama sekali selama hidupnya, tiba-tiba mengalami gagap. Seolah sulit bicara. Bisa sih ngomong tapi harus dipandu. Jadi syaraf diotaknya seperti mesin, tidak bisa mengungkapkan isi hatinya.

Mendapatkan cerita itu, saya pun berpikir ‘apa ndak stroke itu? Atau masalah syaraf dimana gitu kek. Aneh aja kalo tiba-tiba gagap. Karena itu udah pasti ke syaraf’. Teman tersebut mengatakan ‘nggak apa-apa kok, kata dokternya cuman terlalu sering terpapar kipas angin jadinya kulitnya ketarik kebelakang dan mulutnya nggak bisa ngomong’. 

Kok saya merasa ada yang janggal ya disini. Ah sudahlah semoga baik-baik saja. Padahal saat itu kami semua menyuruhnya membawa ibunya ke rumah sakit, ke dokter spesialis. Tapi dia bilang nanti nanti dan nanti. Akhirnya tuhan berkata lain. 

Ibunya yang akan dibawa ke dokter spesialis hari senin malam, terjatuh dari motor yang dikendarainya hari senin siang. Tau kan Surabaya panasnya gimana? Hari itu panas bener-bener menyengat. Si ibu jatuh setelah mengendarai motornya, dan sepertinya kepala bagian belakangnya trauma. Sesampainya dirumah, si ibu muntah dan pingsan. 

Dibawa ke rumah sakit dan segera masuk ICU. Kita baru berkesempatan menjenguk hari rabunya. Nggak tau kenapa saya jadi ikut nangis mendengar cerita si mbak. Karena saya teringat kakek saya. Kakek yang paling dekat dengan saya. Dan juga ingat nenek saya yang setaun lalu juga mendadak masuk ICU. Bedanya, nenek saya sehat kembali walaupun sempet bikin gempar mas-mas ICU gara-gara nenek minta dibawain bedak sama lipstiknya (tampil maksimal adalah kewajiban meskipun sakit). Sedangkan si ibu ini, satu jam setelah kita jenguk, beliau meninggal. 

Apa kata dokter spesialis? Si ibu menderita pendarahan batang otak. Jadi ada yang terpapar di kepala bagian depan, yang menyebabkan stroke seluruh tubuh. Dan ada yang terpapar bagian belakang kepala yang menyebabkan kematian mendadak. Itu kata dokternya. 

Si dokter berkata jika si ibu termasuk kuat bisa bertahan dalam keadaan koma selama 3 hari dalam kondisi pendarahan batang otak, yang mana biasanya hanya perlu waktu beberapa jam saja bagi penderita untuk bertahan. 

Si mbak bercerita kalau dia menyesal sering membentak orangtuanya, seringkali membuat sedih ibunya. Masih belum bisa membahagiakan ibunya. Karena memang semua begitu mendadak dan kita memang tidak pernah tau kapan hal itu datang.

Mungkin tuhan sedang mengajarkan kita satu hal. Satu atau beberapa hal tentang kehidupan dan kematian. Karena memang benar, kita akan merasa sangat kehilangan seseorang ketika orang itu tiada. Moral value-nya, jangan sia-siakan apa yang ada dan orang-orang yang ada disekitar kita. Karena ketika kamu menyesal akan satu hal, tidak akan mudah bagimu untuk memaafkan diri sendiri.  




and I miss you my grandpa, still hope that you are here to see me now. I will always miss you...

Comments

  1. Kematian...

    Sesuatu yang tidak bisa tidak harus kita hadapi...

    ReplyDelete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Gojek ke bandara juanda

While waiting, jadi mending berbagi sedikit soal gojek. Karena saya adalah pengguna setia gojek, saya pengen cobain ke bandara pake gojek. Awalnya saya kira tidak bisa *itu emang sayanya aja sih yang menduga nggak bisa*, trus tanya temen katanya bisa karena dia sering ke bandara pakai motornya. Nah berarti gojek bisa dong?? Sebelum-sebelumnya kalo naek gojek selalu bayar cash, tapi kali ini pengen cobain top up go pay. Minimum top up 10ribu. Jadi saya cobain deh 30ribu dulu. Eh ternyata lagi ada promo 50% off kalo pake go pay. Haiyaaaaa kenapa ga dari dulu aja ngisi go pay hahaha. Dari kantor ke bandara juanda sekitar 8km. Kantor saya sih daerah rungkut industri. Penasarannn banget ini abang mau lewat mana ya. Tertera di layar 22ribu, tapi karena pakai go pay diskon 50% jadinya tinggal 11ribu. Bayangin tuhh... pake bis damri aja 30ribu hahaha. 11ribu udah nyampe bandara. Biasanya 15ribu ke royal plaza dari kantor haha. Lagi untung. Bagus deh. Nah sepanjang perjalanan, saya mikir ter

Ujian hari senin

Kejadian ini terjadi tepat senin minggu lalu. Baru kali itu aku merasa 'WOW.. ini senin yeay'. Karena biasanya 'haduhh udah senen lagi'. Kebayang kan kalo seneng begitu dihari senen menyambut pagi dan hari itu rasanya langka banget. Otomatis pengennya hari itu berlangsung indah. Jam setengah 9 pagi, seperti biasa ke pantry ambil minum bareng sama temen sebangku. Dia bikin teh, aku nyuci botol sekalian ngisi dong. Seperti biasa juga, kadang aku males sih nyuci botol dengan ritual lengkapnya, akhirnya cuman bilas pake air panas. Ya mungkin nggak sampe 50 ml juga. Dikit banget deh. Temen juga selalu bersihin gitu gelasnya pake air panas. Pic source is here Eh lakok lakok... si bapak pantry yang serem itu tiba-tiba bilang 'Gak bisa ya gak nyuci botol pake air panas? Tiap sore itu banyak komplain gara-gara airnya abis'. Yakaliii air abis tinggal isi aja, ibu yang dulu aja nggak pernah ada komplain. Ya aku bilang lah ini cuman dikit, lagian yang ngelakuin ini