Skip to main content

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

[Book] Dunia Anna

Agaknya sih saya jadi agak mengagumi Jostein Gaarder. Setelah membaca buku Dunia Cecilia yang menyoal tentang esensi manusia dan tuhannya, baru aja selesai baca buku judulnya Dunia Anna.

Dunia Anna ini bercerita tentang kita dengan alam semesta.Hmm ya kadang kita harus memberi makan otak kita dengan beberapa pemikiran filosofis. I know  tidak ada yang bisa mendeskripsikan apa benar dan salah itu, tapi tidak ada salahnya kita berpikir lebih bijak dengan menggunakan sudut pandang yang berbeda.

Ceritanya Anna ini adalah seorang yang mengkhawatirkan tentang masa depan. Bukan masa depannya tapi masa depan bumi dan semesta ini. Well, kalau saya ditanya, saya jujur juga mikir gitu gimana jadinya bumi ini kedepannya kalau semua hutan aja mulai digunduli, sampah aja dibuang sembarangan, pertambangan digasak habis-habisan sampai di suatu tempat di Bangka Belitung aja udah nggak bisa dikelolah lagi karena rusak akibat penambangan. Itu semua pemikiran saya pas saya lagi sehat jasmani rohani sih

Gambarnya terpaksa pinjem google, padahal punya gambar sendiri yang lebih kece tapi hp lagi nggak singkron sama laptop


Saya sih membayangkan dunia masa depan pasti akan canggih dengan segala teknologinya. Semua serba wow. Naah yang Om Gaarder gambarkan disini, iya memang dunia dengan segala kemajuan teknologinya berkembang dengan pesat sampai tumbuhan dan hewan aja bentuknya virtual. Virtual lho. Kok bisa? Ya karena alamnya udah rusak. Hewan tumbuhan punah semuanya. Kesian kan generasi berikutnya setelah kita nggak bakal bisa nemuin lagi ijo-ijoan disekitar kita.

Om Gaarder juga menggambarkan tambang mulai habis dan rusak sehingga gas alam juga mulai habis, akibatnya mereka tak lagi terbang menggunakan pesawat, mobil atau sejenisnya tapi menggunakan unta. Persis kayak jaman nabi dulu gitu.

'apa yang sedang kau khawatirkan Anna?'
'pemanasan global'

Yang menarik itu dia menuliskan dijual kuota iklim. Kita sekarang yang dijual kuota internet ya, kalau jaman besok nih yang dijual kuota iklim. Dimana orang yang akan melepas banyak gas karbon dioksida diwajibkan membayar mahal atas perbuatannya merusak bumi. Well that sounds interesting, it just feels weird for me now. dunno if there is possibility like that in future. Serem

Guys, alam sedang mencari cara untuk menyeimbangkan dirinya lho. Intinya sih satu ya, kalau kita sekarang bisa menikmati keindahan alam macam begini, janganlah rakus menghabiskan dan merusaknya. Sisakan untuk anak cucu juga ya. Mereka juga punya hak untuk melihat semua keindahan alam yang sekarang kita nikmati ini. At least untuk saat ini jangan membebani bumi kita lah dengan hal-hal yang nggak penting semacem buang sampah sembarangan. Kesiannnnn bumi dan alam ini.



Sedang mengejar koleksi lain dari Jostein Gaarder

Comments

  1. Di eropa sekarang udah gitu mbak. Negara yang banyak buang karbon dioksida harus bayar denda. Makanya banyak yang pindahin industrinya ke asia, biar gak kena denda.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya nih, makin kesini kok asia makin kayak negara buat buang sampah yaaaaa.. semacem kita itu telatttttt... di eropa aja wes jarang yang pake kendaraan pribadi, paling jg kendaraan umum kalo nggak gitu gowes. sini malah lomba beli mobil hahahah

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Dapet Visa UAE (Dubai) Gampang Banget

Dubai creek Beberapa waktu yang lalu, kita pusing berat karena H dapet libur kali ini cuman 10 hari. 10 hari dari yang biasanya 14 hari. Akhrinya diputuskan untuk tetap mengambil libur tapi nggak ke Indonesia.  Ternyata, beberapa hari kemudian, dia bilang, kalau liburnya malah jadi 7-8 hari aja. Mau ga mau saya yang harus kesana. Maksudnya terbang mendekatinya. Udah milih-milih negara mana yang harganya rasional, yang ga banyak makan waktu buat terbangnya H, dan tentunya ga ribet urus visa buat pemegang paspor hijau yang ga sesakti paspornya H.  Btw warna paspor Indonesia jadi biru ya sekarang?? Pilihan jatuh ke Dubai. Pemegang paspor hijau harus bikin visa, ya pusing lagi deh cara bikin visa Dubai nih gimana. Apa iya sesusah bikin visa schengen, visa US, visa lainnya. dari persyaratan sih standar ya, termasuk  record  bank account selama 3 bulan. Emang nggak pernah bikin visa Dubai sebelumnya ya, apalagi H yang paspornya super sakti kemana-mana (hampir) ga perlu visa, dia ga pernah ad

Gojek ke bandara juanda

While waiting, jadi mending berbagi sedikit soal gojek. Karena saya adalah pengguna setia gojek, saya pengen cobain ke bandara pake gojek. Awalnya saya kira tidak bisa *itu emang sayanya aja sih yang menduga nggak bisa*, trus tanya temen katanya bisa karena dia sering ke bandara pakai motornya. Nah berarti gojek bisa dong?? Sebelum-sebelumnya kalo naek gojek selalu bayar cash, tapi kali ini pengen cobain top up go pay. Minimum top up 10ribu. Jadi saya cobain deh 30ribu dulu. Eh ternyata lagi ada promo 50% off kalo pake go pay. Haiyaaaaa kenapa ga dari dulu aja ngisi go pay hahaha. Dari kantor ke bandara juanda sekitar 8km. Kantor saya sih daerah rungkut industri. Penasarannn banget ini abang mau lewat mana ya. Tertera di layar 22ribu, tapi karena pakai go pay diskon 50% jadinya tinggal 11ribu. Bayangin tuhh... pake bis damri aja 30ribu hahaha. 11ribu udah nyampe bandara. Biasanya 15ribu ke royal plaza dari kantor haha. Lagi untung. Bagus deh. Nah sepanjang perjalanan, saya mikir ter