Awal bentukan sansiviera gw. Bukan, bukan rambut gw yang subur kok bukan. Rambut gw masih mengalami patah tulang harian, rontok kemana-mana ya tuhan susah bener biar rambut panjang gak rontok. Jadi ceritanya gw punya sansiviera kan, hadiah ulang tahun lalu. Dia mini gitu kan, batangnya banyak banget rimbun. Setelah gw tinggal berminggu-minggu, dia ternyata letoy karena kurang sinar mentari dan air. Hingga batangnya tersisa 4 dan akarnya semi busuk. Posisi batang sudah mulai tegak Sansiviera ini termasuk tumbuhan yang tahan banting menurut gw. Daripada gw buang, yaudah lah gw tunggu dulu. Gw pindah ke pot, gw pangkas akar busuknya, gw tata lagi. Eh makin lama kok makin lemes yaa batangnya nih. Agak stres juga masa sih mati nih tumbuhan kan gw dapet hadiah. Lalu, nggak tahu kenapa tiba-tiba gw dapet ilham buat naro rontokan rambut gw di pot. Gw cari dong apa iya sih rambut bisa nyuburin tanaman. Dapet beberapa dari hasil googling, katanya sebagai pengganti urea. Yahhh yaudah lah coba a
Pemberontak
Hingga tahun ketiga atau semester 5 kita mulai untuk memilih penjurusan, disitulah kita mulai berpisah. Penjurusan ini sering gw sebut minor. Jadi kalo gw tulis di resume ya mayor gw matematika, minor gw komputasi.
Berikut adalah urutan minor dari yang paling rame sampe yang paling sepi :
Minor sejuta umat, Statistika
Kenapa sejuta umat? Karena katanya gampang. Gampang dari mana sih gw bingung, kerjanya ngolah data doang. Merekayasa data juga. Merekayasa ini ya nggak yang bohongi orang lah tentunya, nggak gitu. Yaaa paling dibuletin lah dikit-dikit. Minitab, SPSS itu sahabat mereka. Gatau lah data diolah gimana jadinya yang duh nggak nyampe di otak gw. Selain matakuliah statistik yang wajib, gw cuma ikut statistik pilihan dua matakuliah. Itupun terpaksa karena harus ada sekian persen (dibawah 50%) ambil matakuliah dari minor lain. Ada statistika terapan yang gw ambil (nyesel gw ambil ini) dan juga aktuaria. Nah aktuaria ini gw ambil karena dosennya murah nilai, tapi gw selese kuliah ini nggak paham apa-apa tapi dapet A. Karena dosennya nyuruh kita nulis nilai yang kita mau. Ya jelas A lah. Gw inget pertanyaan beliau ketika masuk kelas di hari pertama, "Sesuatu ini harus dibayarkan ketika ikut asuransi, disebut apa?" Satu kelas nggak ada yang bisa jawab. Kemudian beliau bilang "POLIS YA ALLAH, KALIAN KEBANGETAN BANGET SIH POLIS AJA GAK TAU" 😂
Minor bagi pemberontak, Komputasi
Kenapa pemberontak? Karena kita merasa terjebak di matematika. Banyak dari kita yang ternyata lebih suka coding dan atur logika daripada pembuktian teorema. Apalagi setelah merasakan manisnya mengolah basis data dan mengkoneksikannya ke program buatan sendiri, woah. Itu rasanya ngerasa pinter kayak hacker. Minor ini juga sering diambil orang statistika karena katanya nggak semikir lainnya. Tapi ya mereka sama kek gw di kelas statistika, hanya memenuhi berapa persen tadi yang diwajibkan. Tanya aja ke anak komputasi gimana cara mereka menyelesaikan coding mampet? Dari mimpi. Biasanya coding yang ga bisa terpecahkan selalu kebawa mimpi dan di mimpi eh codingnya jadi. Aneh sih tapi sering begitu.
Minor bagi orang yang berharap mampu menerapkan ilmu matematika dengan cepat, Matematika Terapan
Sesuai namanya, orang yang pilih minor ini adalah orang yang lempeng dan berharap bermanfaat bagi bangsa dan negara. Karena seperti yang udah gw tulis sebelumnya kalau matematika itu hanya "babu" dari ilmu eksakta lainnya, disini mereka bisa menemukan dunia mereka. Seperti pemanfaatan penjadwalan, penentuan rute tercepat dan terpendek, dll dll. Seru sih sebenernya, tapi males ikut lol.
Minor bagi orang yang suka dengan hal absurd, Aljabar
Sesuai namanya, minor ini itu terdengar nggak masuk akal banget buat gw. Gw dapet dasarnya aja udah pusing.
Minor bagi orang dengan idealisme tinggi dan nggak masuk akal, Analisis.
Jadi kalau aljabar itu absurd, analis itu lebih nggak masuk akal lagi. Tapi mereka bersaing dalam jumlah pendaftar kuliahnya. Kurang dari 5. Sedangkan kelas baru dibuka jika peminatnya minimal 5 orang. Sampe mohon-mohon yang niat ikut ini biar kelasnya dibuka walaupun kurang dari 5 orang.
Tapi secara keseluruhan, ilmu matematika itu dipake kok dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun nggak semudah fisika untuk menemukannya, tapi tetep dipake kok. Kelasnya aja yang beda 😉 Yang paling gampang adalah penjadwalan pegawai atau kelas, penentuan rute terpendek dan terjauh (yang level up yooo). Seru kalau kita tau seketika hasilnya. Tapi kalau diangan-angan itu cuma orang tertentu aja yang mampu menembusnya. Dan itu bukan aku 😂
Cerita sebelumnya disini ya
Wah kayaknya kalo gue masuk jurusan matematik, gue bakalan masuk ke komputasi juga deh. Pemberontak mania. Huehehehe. *tapi untung nggak masuk matematika :p
ReplyDeletewahhhh tos sesama pemberontak harus bergandengan *ehh
DeleteKunjungan perdana. Salam kenal neng geulis...
ReplyDeleteHalo salam kenal juga, trimakasih sudah berkunjung :)
DeleteAku masuk matematika, sesuke mesti resign dadi mahasiswa
ReplyDeleteWkwkwkwk
lho aku iki didukuni makane kuat dadi mahassiwa. kok yo coba ora diewangi dukun yo resign mben e dadi mahasiswa
Delete