Skip to main content

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Catatan Kuliah (3) : Matematika ternyata begini



Resmilah kusandang jabatan sebagai mahasiswa matematika selama periode 2009 hingga 2014 Januari. Trus mikirnya, gimana ya, masa ngitung terus-terusan sih? Masa sih cuma berkelut di bidang perkalkulatoran, integral, kali kalian, bagi bagian??

Ternyata oh tidak saudara tidakkkk. Beberapa matakuliah sangat absurd hingga tiap kali kuliah selalu mikir "Ah ini gw salah banget nih masuk jurusan nih". Begitu aja melulu sampe semester 4. Nilai C adalah sahabatku. Kalkulus itu berat. Trus ketemu matakuliah yang isinya cuma pembuktian ajaaaaa sampe basi. Pernah lho disuruh membuktikan 1+1 = 2 itu gimana. Teoremanya macem-macem, conjecture nya begitu, gak selembar dua lembar kertas folio. Ada pula matakuliah yang isinya pembuktian dan satu soal abis 4 lembar folio. Capek ngerjainnya serius, nyontek yang ga mikir aja capek.

Matematika murni itu sangat murni sekali tanpa campuran boraks dan kawan-kawannya. Jadi kuliahnya lebih berat. Materi yang dibebankan pun lebih dari matematika pendidikan. Satu bab di matematika murni bisa selesai 1-3 kali pertemuan, sedangkan untuk matematika pendidikan bisa selesainya diatas 4 kali pertemuan. Bedanya apa? Matematika pendidikan dituntut untuk menjelaskan ulang materi mereka sedangkan  yang murni untuk diri sendiri. Jadi kalau ada pahit-pahitnya ya ditelan sendiri.

Karena gw sering banget dapet nilai C, akhirnya gw ambil kuliah ikut kelas pendidikan (itulah sebabnya temen gw lebih banyak jenisnya karena hampir semua kelas gw masukin lol). Kenapa? Karena mereka slow, meskipun dosennya sama tapi pace nya beda. Serius kek liat dosen bipolar aja jadinya. Mereka menyesuaikan tempaan materi ke penerimanya.

Nilai gw cuma bagus di matakuliah programming dan sahabatnya. Ini ternyata gw emang punya passion di utek-utek code, karena hasilnya langsung keliatan mata. Nilai terjelek kuliah pemrograman itu B itupun emang gw kurang mampu banget di bagian itu. Jadi gw ambil minornya programming.

Lah matematika, lu belajar integral ya nanyalah ke fisika, kimia sana hasilnya. Nggak akan keliatan di matematiknya. Ketika gw frustasi gw bilang "Apa sih ini ngitung doang tapi nggak tau bentuk hasilnya gimana". Temen gw dari fisika jawab "Itu buat ngitung di mesin XXX buat nentuin XXX yang mengakibatkan kemampuan XXX berkembang secara XXX jadi nanti kita bisa tau XXX ..." Mereka jelasin panjang kemudian gw mikir "Lah kita babu lu semua dong". Dengan kompak mereka jawab "TIDAK SALAH LAGI". 

Positifnya apa masuk jurusan matematika? Mereka mendidik kita untuk doing things in order. Berurutan. Ga ada ceritanya pembuktian melompat-lompat. Bisa digampar. Menyederhanakan masalah besar menjadi kecil, dan menghilangkan masalah kecil yang nggak penting. Ini yang akhirnya membentuk mindset berpikir dan bertindak dalam hidup termasuk ngomong NOL delapan satu bukan KOSONG delapan satu dalam penyebutan nomer HP.

Apakah itu aja yang gw dapet selama kuliah matematika? Sepertinya iya 😂

Buat yang pengen masuk matematika, murni terutama, kalian persiapkan diri mendalami matematika yang super abstrak. Yang ingin masuk pendidikan matematika, persiapkan mental dan kertas untuk menuliskan hal bertele-tele birokrasi tentang pendidikan.

Ada yang minat masuk matematika?

Cerita selanjutnya di sini ya...

Comments

  1. Bapak ibu ku matematika kabeh. Nek anake sinau soal matematika, walaupun soal pilihan ganda, HARUS DITULIS CARANYA. Entuk seko endi jawaban kui, wkwkwkwk

    Mergo dilatih ngono, gak sempet jenenge nyontek nek ulangan matematika, wkwkwkwk

    Mulakne anake do pinter logika matematika. Soale terbiasa menyelesaikan sesuatu dari diketahui, dirinci, dijawab secara gamblang sesederhana mungkin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah betul itu. akhirnya membentuk mindset matematika yang terperinci. Yg paling penting adalah menyederhanakan mslh besar jd kecil, mslh kecil jd hilang hahahaha.

      satu lagi, kalo ga tau caranya kita akan blg "ah soalnya salah itu" LOL

      Delete
    2. Bener

      Pas rumuse dilebokke jawabane ora ketemu


      HAHAHA

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Write Down Your Dreams, They Said.

Moscow Yes, all things I have and I do right now is all the things that I have written down on papers, during my sleeps, in my consciousness, in my visions. So let's do that again here.  I have another dream that I really think of. It's the thing I want to do when I have so much money, or enough money, or when money doesn't matter anymore, or who knows!  I wanna build a school for kids who can't afford to go to school. I want them to pay nothing, and I want them to learn the basic things like how to respect others, how to tell people their ideas/opinions, familiarize them with being kind, how to think logically, how to solve problems, etc. All the basic survival things in life.  I think my passion is always in education, but I don't always like to follow the old-school rules. There are so many important things we don't learn at school that I think should be taught there. Once we graduate from school, we usually don't know how to navigate life. Who taught you...

Pakai Debit Jenius di Luar Negeri

Amsterdam Central Station  Ini pertama kalinya pakai debit Jenius di luar negeri. Pemakaian ini menggunakan sumber dana EUR yang ada di aplikasi. Jadi uang yang keluar adalah uang EUR, bukan IDR.  Untuk buka rekening valas di Jenius, tinggal ditambahkan saja bagian buka akun valas lalu pilih kurs yang diinginkan. Di kasus ini gw punya rekening EUR di Jenius yang ditujukan untuk transaksi di Eropa.  Karena kemarin lagi di Belanda, akhirnya pengen coba pakai debit card Jenius karena EDC di Belanda belum tentu bisa untuk kartu kredit saja. Sebelum digunakan tentunya jangan lupa untuk menyambungkan kartu debit ke rekening mata uang asingnya biar sumber pengeluaran juga langsung dari tabungan valas itu. Tinggal klik klik aja kok. Tibalah saatnya menggunakan mata uang EUR yang sudah kubeli dari Jenius. Waktu itu gw pakainya di Schipol, di dua toko berbeda, dan keduanya nggak bisa tap langsung. Jadi harus insert kartu, tentu bukan masalah.  Karena terbiasa dengan transaksi...