Skip to main content

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Menengok Karya Blanco

Balinese woman - taken by husband in Ibu Susu cafe

Karena sendirian dan penasaran, berjalanlah kaki ini menuju Blanco Museum. Seorang daku yang ga paham soal lukisan (mertua gw pasti demen kalo dibawa kesini), mendatangi sebuah museum yang berisikan lukisan (?).

Ceritanya sih Antonio Blanco ini ke Bali sekitar tahun '52, kemudian Raja Ubud yang baik hati memberikannya sepotong tanah untuk dijadikan rumah dan studionya. Letaknya ya di tempat museum ini berada, di seberang Tjampuhan. Btw di Tjampuhan ini dulu si Walter Spies juga punya rumah yang akhirnya pindah karena udah terlalu "berisik" banyak pengunjung. Ubud ini sepertinya magnet buat pekerja seni banget (atau seluruh Bali?).


Blanco punya anak 4 dan yang mewarisi bakatnya cuma satu katanya. Dan Blanco meninggal akhir tahun 90an di usia yang cukup tua, sekitar 80 sekian. Coba kalau mau info lebih lanjut soal Blanco bisa datengi web nya aja disini. Nah apa yang kutangkap dari melihat fotonya Pak Blanco ini? Masih inget nggak film DKI yang ada orang pake topi pelukis gitu? Muka yang dilihat siapa yang kebayang siapa 😁


Nah, bagi yang belum tahu, Blanco ini lukisannya cenderung tentang kemolekan wanita. Konon pernah dibilang feminis. Sekilas membaca tentangnya, masuklah menuju galerinya. Btw tempatnya luas dan asri banget ya, tapi galerinya rada serem dan gelap. Typical galeri lukisan cuma agak lebih serem lagi sih menurut gw.

 gerbang menuju galeri

Sik, ada hal yang sungguh menggelitikku. Demi apapun gw ngakak dapet brosur itu. Setelah bayar, kita pasti dikasih tiket dan juga brosur kan. Udah tau kan kalau wanita Bali jaman dulu cenderung topless gitu? Hal itu juga yang merupakan sejarah bangsa kan? Tentang wanita tanpa penutup yang cenderung membiarkan dadanya terbuka dan terlihat dan hal tersebut totally normal. Dari sisi cerita sejarah sih mengatakan itu bentuk kejujuran. Tentang bagaimana si buah dada yang terlihat segar (terlihat tidak pernah disentuh) menunjukkan kejujuran tentang pemiliknya yang artinya orang itu bisa dipercaya (karena buah dada aja nggak disentuh orang berarti dia bisa menjaga miliknya dengan baik jadi bisa dipercaya, begitu katanya).

 

Nah, yang menggelitik itu adalah brosur menggunakan gambar wanita Bali jaman dulu yang topless dan disensor. Like, what?? Bagian payudara itu disensor pihak sana ya, bukan gw iseng sensorin sendiri. Gw belum bisa edit gambar yang disensor begitu.


Disensor. Mencoba kupahami mungkin karena ini untuk publikasi jadi harus disensor. Padahal di dalem mah isinya ginian semua. Tapi nggak terkesan porno sama sekali. Beda aja sih nangkepnya gw. Buat gw nggak porno, sensual iya. Tapi buat banyak orang bisa jadi porno ya. Ada ruangan yang katanya sih erotic room gitu. Jangan dibayangkan isinya kek kamarnya si Grey ya. Tapi ruangan ini isinya gambar pantat dan wanita masturbasi 😂 Gw cuma bisa bilang "wuw".
 

Di dalam galeri nggak boleh ambil foto ya. Karena gw anaknya nurut, gw ga ambil foto sama sekali. Sedikit gambaran aja, dalam galeri, sedikit pencahayaan. Jadi buat gw terkesan agak horor dikit. Tangga ke lantai duanya tangga ala rumah jaman dulu yang rumah orang kaya kek di sinetron gitu. Warna cat nya juga cenderung merah dan biru gelap ntah apa maksudnya. Di bandingkan dengan Museum Puri Lukisan, Puri Lukisan jauh lebih cerah pencahayaannya. Tapi lokasinya adem, seger gitu, karena rimbun.

Untuk harga WNI tiket masuk 35ribu rupiah, untuk WNA sepertinya sekitar 50ribu. Jadi apa yang kudapatkan dari kunjungan ke Blanco ini? Hmmm... hmmm... ku tak tahu 😂 Tapi ya udah sih, enak aja. Pulangnya gw beli es krim.

Comments

  1. Pris kenapa ke Bali ga info? kalo info kali kita bisa temu-temu

    ReplyDelete
    Replies
    1. ehhh lahhhh tenang aja, ntar lagi aku pindah sana. ntar kopdar yes :D

      Delete
  2. Ya ampun mbak, baru tau kalo ada museum begituan di Bali. Dan itu kenapa di sensor? Yaolo...

    Mungkin buat kaum selangkangan, liat gambar tetek bisa ngac*ng kali yah, hahaha

    Sebenernya, segala sesuatu kalo dilihat dari sisi yang berbeda, maka akan menimbulkan perspektif yang berbeda. Kalo sampe terangsang cuman karena liat gambar, lukisan atau patung yang naked, emang otaknya kotor

    ReplyDelete
    Replies
    1. jadi anda termasuk yang mana? wkwkw
      emang susah sih kl udah dari otaknya yang kotor apa-apa bisa nyalahin orang lain. ibarat bunuh orang eh pisaunya yang disalahin :D

      itu mungkin disensor karena ntar takutnya buat koleksi para penghobi pornografi LOL

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Mengenal Nyai, Eyang Buyut Orang Indo Kebanyakan

  Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya tentang darah campuran Eropa, saya pernah janji nulis tentang orang Indo dan Nyai, nenek buyut dari para Indo kebanyakan. Sekarang kita liat definisi dari Indo sendiri. Jadi Indo (Indo-Europeaan atau Eropa Hindia) adalah para keturunan yang hidup di Hindia Belanda (Indonesia) atau di Eropa yang merupakan keturunan dari orang Indonesia dengan orang Eropa (Kebanyakan Belanda, Jerman, Prancis, Belgia). Itulah kenapa saya agak risih mendengar orang menyebut Indonesia dengan singkatan Indo. Karena kedua hal itu beda definisi dan arti. Sekarang apa itu Nyai? Apa definisi dari Nyai? Nyai adalah seorang perempuan pribumi (bisa jadi orang Indonesia asli), Tionghoa dan Jepang yang hidup bersama lelaki Eropa di masa Hindia Belanda. Hidup bersama atau samenleven yang artinya kumpul kebo, tidak menikah. Fungsinya nyai itu apa? Fungsinya diatas seorang baboe dan dibawah seorang istri, tapi wajib melakukan kewajiban seorang baboe dan istri. Karena mem

Soal ujian TOPIK vs EPS TOPIK

Setelah membahas perbedaan TOPIK dan EPS TOPIK , kali ini saya akan menulis materi tentang apa saja yg diujikan *agak sedikit detail ya*. Pengalaman mengikuti dan 'membimbing' untuk kedua ujian tersebut, jadi sedikit banyak mengetahui detail soal yg diujikan. Dimulai dari EPS TOPIK. Jika anda adalah warga yg ingin menjadi TKI/TKW di Korea, lulus ujian ini adalah wajib hukumnya. Kebanyakan dari mereka ingin cara singkat karena ingin segera berangkat sehingga menggunakan cara ilegal. Bahkan ada yg lulus tanpa ujian. Bisa saja, tapi di Korea dia mlongo. Untuk soal EPS TOPIK, soal-soal yg keluar adalah materi tentang perpabrikan dan perusahaan semacem palu, obeng, cangkul, cara memupuk, cara memerah susu sapi, cara mengurus asuransi, cara melaporkan majikan yg nggak bener, cara membaca slip gaji, sampai soal kecelakaan kerja. Intinya tentang bagaimana mengetahui hak dan kewajiban bekerja di Korea termasuk printilan yang berhubungan dengan pekerjaan. Karena yang melalui jalur ini