Skip to main content

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Aturan Plastik di Bali

 

Seperti yang pernah terjadi, beberapa tahun lalu sudah ada aturan terkait penggunaaan tas plastik untuk belanja yang berbayar 200 rupiah. Iya sempet seneng banget akhirnya plastik berbayar meskipun murah banget (dan tentu sangat terlampau mampu membelinya). Tapi ternyata hangat seperti tahi ayam saja. Beberapa bulan setelah itu mereka membebaskan plastik berbayar tersebut.

Lalu, Pemerintah Bali memutuskan untuk sangat membatasi penggunaan plastik di pulau dewata ini tercatat sejak Januari 2019. Sempet (meskipun sedikit) agak skeptis ya, Ah jangan-jangan juga hangat-hangat tahi kucing juga. Dan... ternyata, sekarang Maret 2019, nggak ada pertanyaan "Mau pakai plastik?" di minimarket. Rasanya mulut ini otomatis menjawab "nggak usah plastik" tapi kok pas abis beli ada yang kurang, apa ya...

Ternyata, memang orang Bali tercatat taat dalam menjalankan aturan tanpa plastik tersebut. Beberapa minggu di Ubud ini, selain nggak pernah dapet plastik dari minimarket meskipun belanja banyak pun, sedotan di beberapa tempat pun sudah berubah menjadi sedotan bambu, stainless, atau paper straw (ini di Starbucks).

Btw soal Starbucks ini, sedotannya jadi dari kertas kan. Jadi jangan lama-lama kalo mau minum soalnya lebih dari 30 menit sedotannya bisa jadi bubur kelamaan di dalem air 😂 atau kalau nggak gitu udah nggak bisa disedot karena pas masuk di cup lid nya si paper nya jadi rusak nyunyut gitu haha! Trus soal cup lid, kemaren ke Starbucks yang di pusat Ubud, mereka pake cup lid yang bisa diminum dari situ tanpa sedotan (jadi lid nya mirip yang buat minuman panasnya, tapi ini buat yang dingin gitu). Unfortunately, gelas-gelas mereka masih dari plastik semua sih. Tapi ya great movement lah. Denger-denger di Surabaya juga udah ada Starbucks yang gitu juga.


Seorang teman yang hidup di Singaraja bilang kalau sekarang dia pun kesulitan menemukan plastik kresek jadi harus rajin beli dan bawa tas belanja sendiri. Seorang teman yang hidup di Denpasar pun pernah membawa plastik kreseknya sendiri (bekas beli sesuatu) tapi ditolak sama yang punya toko katanya nanti dia yang kena razia meskipun itu bukan plastik dari tokonya.

Dan, gw pun baru pertama kali dalam hidup gw kesulitan nemuin tas plastik buat ngirim baju kotor ke laundry. Sumpah demi apa biasanya ada di koper, di tas, di bekas kresek minimarket, jadi gw sempet bingung harus gimana nih bungkus baju-baju kotor ini. Nah gw punya paper bag kan, gw pake itu akhirnya dan paper bag gw dibalikin sama abang laundry nya. Jadilah gw bisa pake lagi kan soalnya gw nggak punya tas belanja yang gw bawa ke Bali.

Penggunaan tas plastik emang masih nggak bisa 100% dihindari dari kehidupan sehari-hari. Tapi bukan berarti nggak bisa kan substitusi dengan yang lainnya. Itu masalah kebiasaan aja. Oh ya, yang mau jalan-jalan ke Bali siapin tas belanjaan sendiri.

 
nggak nyesel beli tas ini, super gede enak banget semua muat kek tas sampah. 150 bath aja 😄

Kebayang gimana bahagianya gw akhirnya penggunaan plastik bisa dikurangi? BAHAGIA BANGET! Gw bangga banget sama orang-orang yang beneran taat patuh menjalankan aturan tanpa plastik ini. Sumpah bahagia banget! Perasaannya itu seperti "FINALLY!!!"

Serius, bayangkan orang satu pulau mengurangi penggunaan plastik, bisa berapa plastic waste yang kita kurangi? Itu kalau orang satu pulau, kalau orang dua pulau, tiga pulau, dan tujuhbelasribu pulau? Bruh, ada harapan untuk bumi kita!

So, let's keep doing this! I can, you can, we can! 💓

Comments

  1. Sesok-sesok gowo karung mbak, muat akeh nak nang indomaret. Sak mas-mase malah iso mlebu, wkwkwkwk

    ReplyDelete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Gojek ke bandara juanda

While waiting, jadi mending berbagi sedikit soal gojek. Karena saya adalah pengguna setia gojek, saya pengen cobain ke bandara pake gojek. Awalnya saya kira tidak bisa *itu emang sayanya aja sih yang menduga nggak bisa*, trus tanya temen katanya bisa karena dia sering ke bandara pakai motornya. Nah berarti gojek bisa dong?? Sebelum-sebelumnya kalo naek gojek selalu bayar cash, tapi kali ini pengen cobain top up go pay. Minimum top up 10ribu. Jadi saya cobain deh 30ribu dulu. Eh ternyata lagi ada promo 50% off kalo pake go pay. Haiyaaaaa kenapa ga dari dulu aja ngisi go pay hahaha. Dari kantor ke bandara juanda sekitar 8km. Kantor saya sih daerah rungkut industri. Penasarannn banget ini abang mau lewat mana ya. Tertera di layar 22ribu, tapi karena pakai go pay diskon 50% jadinya tinggal 11ribu. Bayangin tuhh... pake bis damri aja 30ribu hahaha. 11ribu udah nyampe bandara. Biasanya 15ribu ke royal plaza dari kantor haha. Lagi untung. Bagus deh. Nah sepanjang perjalanan, saya mikir ter

Dapet Visa UAE (Dubai) Gampang Banget

Dubai creek Beberapa waktu yang lalu, kita pusing berat karena H dapet libur kali ini cuman 10 hari. 10 hari dari yang biasanya 14 hari. Akhrinya diputuskan untuk tetap mengambil libur tapi nggak ke Indonesia.  Ternyata, beberapa hari kemudian, dia bilang, kalau liburnya malah jadi 7-8 hari aja. Mau ga mau saya yang harus kesana. Maksudnya terbang mendekatinya. Udah milih-milih negara mana yang harganya rasional, yang ga banyak makan waktu buat terbangnya H, dan tentunya ga ribet urus visa buat pemegang paspor hijau yang ga sesakti paspornya H.  Btw warna paspor Indonesia jadi biru ya sekarang?? Pilihan jatuh ke Dubai. Pemegang paspor hijau harus bikin visa, ya pusing lagi deh cara bikin visa Dubai nih gimana. Apa iya sesusah bikin visa schengen, visa US, visa lainnya. dari persyaratan sih standar ya, termasuk  record  bank account selama 3 bulan. Emang nggak pernah bikin visa Dubai sebelumnya ya, apalagi H yang paspornya super sakti kemana-mana (hampir) ga perlu visa, dia ga pernah ad