Skip to main content

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Catatan Kuliah (2) : Kampus swasta atau negeri?



Setelah minggu lalu menulis Catatan Kuliah (1), sekarang saatnya menulis lanjutannya. Jadi balik lagi ya ini bukan sok tau tapi pengalaman aja. Kali aja pengalaman gw ini bisa bantu kalian yang sedang galau.

Sebelum masuk kuliah, gw nggak segalau adek gw yang 3-4 tahun lalu masuk kuliah. Gw sebagai anak pertama yang informasinya kurang ketika sekolah SMA tentang perkampusan, ya ada informasi tentang kampus tapi kebanyakan adalah kampus yang swasta atau kampus yang memiliki ikatan dinas (STAN dan kawan-kawannya). Nah ITN (Institute Teknik Nasional), kampus swasta yang ada di Malang dulu sempet gw lirik karena gw bisa masuk tanpa ujian (LOL! Males banget ujian).

Kurangnya informasi yang masuk untuk pelajar SMA amat sangat membuat kebanyakan siswa SALAH masuk jurusan. Bukan karena salah masuk sebenernya ya tapi karena kurang aja literasi dan kurang mampu mengenali bakatnya sendiri.

Karena tidak semua siswa mendapat privilege untuk mendapatkan informasi dari sekolah maupun guru, jika memang ingin melanjutkan pendidikan carilah dulu kemauan dan kemampuan untuk melanjutkan. Entah itu kemampuan berpikir atau membayarnya.

Nah, adek gw sejak kelas 2 SMA udah galau banget bakal kuliah dimana. Bahkan dari kelas satu SMA pun dia udah rajin numpuk nilai bagus (YA KARENA EMANG DIA PINTER SIH), karena kalo nilai dia jelek dia bakal gulung-gulung di teras rumah takut diomelin mama. Ya tetep diomelin sih, abis malu-maluin udah gede nangis gulung-gulung gara-gara nilai turun 5 poin aja (sumpah ini nyata).

Adek gw mengincar teknik migas. Pokoknya mau ga mau boleh ga boleh harus masuk migas. 2 taun dia mikir migassssssss trus. Gamau tau deh pokoknya migas. Ga isa dibelokin juga. Dia nanya "Mbak, enaknya aku kuliah apa ya? Aku kalo nggak masuk migas, aku mau masuk matematika aja deh kek mbak sama papa" DEMI OPO!

Ya gw sih jawabnya... sebentar, dibikin dialog aja :

"Ya kamu maunya apa?"
"Migas mbak"
"Mampu otaknya?"
"Kayake ya mampu" Btw iya dia mampu kalo secara otak. Gw akui ini.
"Dimana?"
"Di xxx" Gw lupa kampusnya
"Trus prospek kerjanya gimana? kamu mau milih profesi apa?"
"Ya prospek kerjanya bisa di X bisa di Y bisa di Z, profesinya bakal A, nanti bisa B, ...." dia jelasin panjang lebar dan dia tau apa yang dia bahas
"Trus papa mampu bayar nggak?"
"Nah itu! agak mahal sih"

Tahun selanjutnya dia tiba-tiba belok jurusan "Mbak, aku mau ambil elektro!"
"LAH lu kata migas?"
"Ndak jadi, terlalu mahal kasian papa. Elektro aja"
"Dimana?"
"Masih observasi kampus"
Dia observasi beberapa kampus yang memiliki jurusan elektro . Kira-kira dimana kampus yang cukup bagus, yang nanti kerjanya itu nggak nyari tapi dicari, link kerjanya gimana.
           
Sebelum lulus SMA, dia diterima di ITS tanpa tes (lupa jurusan apa), tapi bersamaan dengan tes masuk kampus STTPLN jurusan elektro. Dia nanya gw enaknya dia ambil apa, karena dia yakin tes di STTPLN ini bakal lolos. Ya gw suruh dia mempertimbangkan dua sisi. ITS tentu banyak link, tapi kamu yakin nggak bisa langsung dapat kerja? Apakah ada link yang menghubungkanmu ketika kamu lulus? Gw sih yakin dia mampu kalau soal menyerap ilmu. Pertanyaan yang sama untuk STTPLN. Adek gw jawab "Kalau STTPLN ini nantinya kalau nilainya bagus terus akan ada kesempatan lebih mudah masuk PLN. Bisa juga masuk kelas kerjasama. Link untuk kerja lebih lebar dan terbuka..." panjang lebar dia jelaskan.

Beberapa hari kemudian pengumuman dan adek gw diterima di STTPLN. Dia nanya harus ambil yang mana dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut. Gw jawab "STT!"

"Tapi kan swasta mbak, di Jakarta lagi"
"Papa mampu bayar nggak?"
"Mampu"
"STT!"

Tadinya sempet berat si babe kalo anaknya sekolah jauh, trus gw bilang aja "Itu anak kalo disini-sini aja ya nggak berkembang lah. Biarin idup di kerasnya kota besar, biar ga manja, biar ngerasain perjuangan hidup. Anak itu mampu kok nyerap ilmu, kalo emang ada kerjaan setelah lulus yang menanti ya kan lebih enak. Prinsip itu kalo bisa kita yang dilamar kerjaan, bukan kerjaan yang ngelamar kita. Selama papa mampu bayar, biarin dia berangkat!"


Setelah dipikir-pikir (babe yang mikir), nanya ke sodara yang kerja disana juga kira-kira pandangannya gimana, akhirnya approved. Berangkatlah dia ke Jakarta. Dia buktiin kok kalo dia mampu dan dia memang layak. Mulai masuk hingga saat ini, dia selalu memegang posisi IPK tertinggi dan nggak hanya IPK aja yang tinggi tapi skill yang mumpuni juga. Kalo nggak ada skill mah, gw pasti jadi orang pertama yang nyinyirin dia 😏

Pesan gw ke dia sih selalu "Lu pinter itu keren, nilai selalu bagus dan skill mumpuni itu nilai plus. Tapi jangan sampe sosial lu jelek dan lu sombong hanya karena kamu diatas. Jangan pelit ilmu dan jangan jadi orang yang jengkelin". Dia aktif juga jadi asdos sampai saat ini. Skill juteknya dia juga sama kek gw kok, skalinya diganggu dia bakal skak mat!!! Gw bangga adek gw begitu 😂

Kampus swasta atau negeri sama aja yang penting bisa mengembangkan skill-mu dan juga memfasilitasi pengembangan dirimu, serta memberikan persentase tinggi untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah.

Bukan berarti ITS itu jelek ya guys, no, ITS itu one of the best university di Indonesia. Hanya saja dengan mempertimbangkan segalanya dan tetek bengeknya, pilihan jatuh ke STTPLN yang swasta. Terbukti juga di tahun-tahun terakhir adek gw kuliah, udah banyak kakak tingkatnya juga teman seangkatannya yang udah dapet job.

Intinya apa? Kampus swasta atau negeri itu tidak masalah. Jadi bukan status negeri atau swastanya tapi tentang kualitas yang ditawarkan kampus tersebut untuk menunjang kamu dalam memperdalam kemampuanmu dan proses hidup setelahnya.

bersambung ke episode selanjutnya ya ...

Comments

  1. Aku mileh kampus ndek emben bukan mana yang paling baik, tapi mana yang paling aku mampu dan mana yang paling murah bayar spp-ne, wkwkwkwwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. HUAHAHHAHAHAHAHAHAHAH Gimana yaaa?? sepertinya aku jg gitu deh :D

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Mengenal Nyai, Eyang Buyut Orang Indo Kebanyakan

  Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya tentang darah campuran Eropa, saya pernah janji nulis tentang orang Indo dan Nyai, nenek buyut dari para Indo kebanyakan. Sekarang kita liat definisi dari Indo sendiri. Jadi Indo (Indo-Europeaan atau Eropa Hindia) adalah para keturunan yang hidup di Hindia Belanda (Indonesia) atau di Eropa yang merupakan keturunan dari orang Indonesia dengan orang Eropa (Kebanyakan Belanda, Jerman, Prancis, Belgia). Itulah kenapa saya agak risih mendengar orang menyebut Indonesia dengan singkatan Indo. Karena kedua hal itu beda definisi dan arti. Sekarang apa itu Nyai? Apa definisi dari Nyai? Nyai adalah seorang perempuan pribumi (bisa jadi orang Indonesia asli), Tionghoa dan Jepang yang hidup bersama lelaki Eropa di masa Hindia Belanda. Hidup bersama atau samenleven yang artinya kumpul kebo, tidak menikah. Fungsinya nyai itu apa? Fungsinya diatas seorang baboe dan dibawah seorang istri, tapi wajib melakukan kewajiban seorang baboe dan istri. Karena mem

Soal ujian TOPIK vs EPS TOPIK

Setelah membahas perbedaan TOPIK dan EPS TOPIK , kali ini saya akan menulis materi tentang apa saja yg diujikan *agak sedikit detail ya*. Pengalaman mengikuti dan 'membimbing' untuk kedua ujian tersebut, jadi sedikit banyak mengetahui detail soal yg diujikan. Dimulai dari EPS TOPIK. Jika anda adalah warga yg ingin menjadi TKI/TKW di Korea, lulus ujian ini adalah wajib hukumnya. Kebanyakan dari mereka ingin cara singkat karena ingin segera berangkat sehingga menggunakan cara ilegal. Bahkan ada yg lulus tanpa ujian. Bisa saja, tapi di Korea dia mlongo. Untuk soal EPS TOPIK, soal-soal yg keluar adalah materi tentang perpabrikan dan perusahaan semacem palu, obeng, cangkul, cara memupuk, cara memerah susu sapi, cara mengurus asuransi, cara melaporkan majikan yg nggak bener, cara membaca slip gaji, sampai soal kecelakaan kerja. Intinya tentang bagaimana mengetahui hak dan kewajiban bekerja di Korea termasuk printilan yang berhubungan dengan pekerjaan. Karena yang melalui jalur ini