Skip to main content

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Membatasi Bermain Sosial Media

Sosial media itu nggak melulu buruk. Buktinya, isi twitter gw kebanyakan berita ekonomi dan global, selain video-video makanan, kucing dan tech. Tapi sejak sebulan lalu gw memutuskan untuk membatasi pemakaian instagram dan twitter (krn gw aktif di dua platform ini). Sejak perkara tidak sehatnya mental dan fisik karena terpisah jarak dengan H, sosial media bukannya jadi tempat pelampiasan malah membuat suasana tidak karuan. 

Membatasi ya. Bukan menghilangkan waktu untuk bersosmed sama sekali. Karena gw masih butuh juga buat kontak-kontak imigrasi lol.

Bukan karena gw merasa kalau sosmed itu toxic tapi ini lebih ke diri sendiri aja. Rasanya tenaga gw udah habis buat diri gw sendiri, apalagi harus baca atau lihat “kehidupan” orang lain. Gw yang nggak pernah peduli dengan kehidupan jungkir balik orang lain ngerasa kalau diri gw terlalu lelah bahkan untuk diri gw sendiri. Melihat "cerita" orang lain bagi gw nggak sekadar melihat saja. Tapi juga menganalisa dan menemukan sisi menarik dari tiap ceritanya. Karena manusia itu unik.

Sejak pulang dari Dubai, gw menghindari banyak orang untuk memulihkan kondisi gw. Ditelpon temen-temen deket, nggak gw angkat. Bahkan sampe keluar grup dari grup favorit gw (tapi gw mau masuk lagi minggu ini, udah kangen juga ih). Kangen sih, kadang gw menanti cerita-cerita dari orang-orang terdekat gw. 

Karena merasa sedang “gila”, akhirnya gw isolasi diri gw dan juga mulai rutin melakukan olahraga ringan 10-20 menit setiap hari. Kalau lagi nggak males yaa latihan yang sampai gobyos. Kalau lagi males ya yoga aja 15 menit. Chat, telpon, cuma dari H aja yg gw respon.  Lainnya sih seperlunya aja. Oh sama bos gw sih. Karena dia bantu banget distraksi gw dengan kasih kerjaan banyak yg justru malah gw nikmati.

Ternyata, amat sangat membantu. Meskipun gw masih masuk twitter untuk baca berita atau sekedar update, bedanya sekarang gw nggak baca thread apalagi yg thread nggak jelas. Dulu mah gw baca semua. Sekarang juga gw cuma cek instagram gw seminggu sekali atau sehari sekali kalau gw DM imigrasi.

Gw sekarang udah ngerasa baikan. Udah bisa dan mau nerima telpon dari temen-temen gw. Udah mau ngeladeni chat curhat mereka. Gw bersyukur banget circle terdekat gw berusaha memahami gw dan nggak ganggu gw selama yg gw minta. Bahkan nahan curhat dan nanya dulu “is it a good time to talk?” 🥺

Tulisan ini sebagai salah satu bentuk melepaskan yang ditahan dan juga sebagai bentuk syukur telah diberikan orang-orang dekat yang mengerti dan tidak menuntut 💕.

Comments

  1. sama toaaaastt

    aku juga uda lama ga buka ig twitter, ga tau kenapa ada rasa kurang nyaman...bukan karena apa apaa sih tapi tiap kali buka ada sesuatu yang kayak malah abis buka nyesel walaupun ga ngapa ngapain sebenernya...kayak dikau aja aku mba buka paling mentok mentoknya pas lagi butuh info penting aja, selebihnya ga bukaaa...mungkin banyak faktor malesnya juga sih aku hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apa mungkin kita udah puas kali ya dulu2 mainnya? Hahaha

      yang penting tau batas diri juga ya biar ga gila haha :D

      Delete
  2. Kalau saya malah sudah jarang banget main medsos Mbak... Twitter saja entah sudah berapa bulan nggak dipegang. FB pun sama.

    Bener kata Mbak, ngurus hidup sendiri saja sudah capek, apalagi harus merhatiin hidup orang lain. EGP dah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Secara ga langsung, alam bawah sadar kita kayak nuntun kita buat memperhatikan "kehidupan" orang lain ya hehehe

      Delete
  3. Sosmed saya dong blog doang. Hidup bahagia tanpa melihat kehidupan orang lain. Fokus sama diri sendiri dan keluarga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. BETUL banget. Bahagia itu ketika kita ga ngeliat standar hidup orang lain ☺️

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Mengenal Nyai, Eyang Buyut Orang Indo Kebanyakan

  Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya tentang darah campuran Eropa, saya pernah janji nulis tentang orang Indo dan Nyai, nenek buyut dari para Indo kebanyakan. Sekarang kita liat definisi dari Indo sendiri. Jadi Indo (Indo-Europeaan atau Eropa Hindia) adalah para keturunan yang hidup di Hindia Belanda (Indonesia) atau di Eropa yang merupakan keturunan dari orang Indonesia dengan orang Eropa (Kebanyakan Belanda, Jerman, Prancis, Belgia). Itulah kenapa saya agak risih mendengar orang menyebut Indonesia dengan singkatan Indo. Karena kedua hal itu beda definisi dan arti. Sekarang apa itu Nyai? Apa definisi dari Nyai? Nyai adalah seorang perempuan pribumi (bisa jadi orang Indonesia asli), Tionghoa dan Jepang yang hidup bersama lelaki Eropa di masa Hindia Belanda. Hidup bersama atau samenleven yang artinya kumpul kebo, tidak menikah. Fungsinya nyai itu apa? Fungsinya diatas seorang baboe dan dibawah seorang istri, tapi wajib melakukan kewajiban seorang baboe dan istri. Karena mem

Soal ujian TOPIK vs EPS TOPIK

Setelah membahas perbedaan TOPIK dan EPS TOPIK , kali ini saya akan menulis materi tentang apa saja yg diujikan *agak sedikit detail ya*. Pengalaman mengikuti dan 'membimbing' untuk kedua ujian tersebut, jadi sedikit banyak mengetahui detail soal yg diujikan. Dimulai dari EPS TOPIK. Jika anda adalah warga yg ingin menjadi TKI/TKW di Korea, lulus ujian ini adalah wajib hukumnya. Kebanyakan dari mereka ingin cara singkat karena ingin segera berangkat sehingga menggunakan cara ilegal. Bahkan ada yg lulus tanpa ujian. Bisa saja, tapi di Korea dia mlongo. Untuk soal EPS TOPIK, soal-soal yg keluar adalah materi tentang perpabrikan dan perusahaan semacem palu, obeng, cangkul, cara memupuk, cara memerah susu sapi, cara mengurus asuransi, cara melaporkan majikan yg nggak bener, cara membaca slip gaji, sampai soal kecelakaan kerja. Intinya tentang bagaimana mengetahui hak dan kewajiban bekerja di Korea termasuk printilan yang berhubungan dengan pekerjaan. Karena yang melalui jalur ini