Skip to main content

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Membatasi Bermain Sosial Media

Sosial media itu nggak melulu buruk. Buktinya, isi twitter gw kebanyakan berita ekonomi dan global, selain video-video makanan, kucing dan tech. Tapi sejak sebulan lalu gw memutuskan untuk membatasi pemakaian instagram dan twitter (krn gw aktif di dua platform ini). Sejak perkara tidak sehatnya mental dan fisik karena terpisah jarak dengan H, sosial media bukannya jadi tempat pelampiasan malah membuat suasana tidak karuan. 

Membatasi ya. Bukan menghilangkan waktu untuk bersosmed sama sekali. Karena gw masih butuh juga buat kontak-kontak imigrasi lol.

Bukan karena gw merasa kalau sosmed itu toxic tapi ini lebih ke diri sendiri aja. Rasanya tenaga gw udah habis buat diri gw sendiri, apalagi harus baca atau lihat “kehidupan” orang lain. Gw yang nggak pernah peduli dengan kehidupan jungkir balik orang lain ngerasa kalau diri gw terlalu lelah bahkan untuk diri gw sendiri. Melihat "cerita" orang lain bagi gw nggak sekadar melihat saja. Tapi juga menganalisa dan menemukan sisi menarik dari tiap ceritanya. Karena manusia itu unik.

Sejak pulang dari Dubai, gw menghindari banyak orang untuk memulihkan kondisi gw. Ditelpon temen-temen deket, nggak gw angkat. Bahkan sampe keluar grup dari grup favorit gw (tapi gw mau masuk lagi minggu ini, udah kangen juga ih). Kangen sih, kadang gw menanti cerita-cerita dari orang-orang terdekat gw. 

Karena merasa sedang “gila”, akhirnya gw isolasi diri gw dan juga mulai rutin melakukan olahraga ringan 10-20 menit setiap hari. Kalau lagi nggak males yaa latihan yang sampai gobyos. Kalau lagi males ya yoga aja 15 menit. Chat, telpon, cuma dari H aja yg gw respon.  Lainnya sih seperlunya aja. Oh sama bos gw sih. Karena dia bantu banget distraksi gw dengan kasih kerjaan banyak yg justru malah gw nikmati.

Ternyata, amat sangat membantu. Meskipun gw masih masuk twitter untuk baca berita atau sekedar update, bedanya sekarang gw nggak baca thread apalagi yg thread nggak jelas. Dulu mah gw baca semua. Sekarang juga gw cuma cek instagram gw seminggu sekali atau sehari sekali kalau gw DM imigrasi.

Gw sekarang udah ngerasa baikan. Udah bisa dan mau nerima telpon dari temen-temen gw. Udah mau ngeladeni chat curhat mereka. Gw bersyukur banget circle terdekat gw berusaha memahami gw dan nggak ganggu gw selama yg gw minta. Bahkan nahan curhat dan nanya dulu “is it a good time to talk?” 🥺

Tulisan ini sebagai salah satu bentuk melepaskan yang ditahan dan juga sebagai bentuk syukur telah diberikan orang-orang dekat yang mengerti dan tidak menuntut 💕.

Comments

  1. sama toaaaastt

    aku juga uda lama ga buka ig twitter, ga tau kenapa ada rasa kurang nyaman...bukan karena apa apaa sih tapi tiap kali buka ada sesuatu yang kayak malah abis buka nyesel walaupun ga ngapa ngapain sebenernya...kayak dikau aja aku mba buka paling mentok mentoknya pas lagi butuh info penting aja, selebihnya ga bukaaa...mungkin banyak faktor malesnya juga sih aku hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apa mungkin kita udah puas kali ya dulu2 mainnya? Hahaha

      yang penting tau batas diri juga ya biar ga gila haha :D

      Delete
  2. Kalau saya malah sudah jarang banget main medsos Mbak... Twitter saja entah sudah berapa bulan nggak dipegang. FB pun sama.

    Bener kata Mbak, ngurus hidup sendiri saja sudah capek, apalagi harus merhatiin hidup orang lain. EGP dah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Secara ga langsung, alam bawah sadar kita kayak nuntun kita buat memperhatikan "kehidupan" orang lain ya hehehe

      Delete
  3. Sosmed saya dong blog doang. Hidup bahagia tanpa melihat kehidupan orang lain. Fokus sama diri sendiri dan keluarga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. BETUL banget. Bahagia itu ketika kita ga ngeliat standar hidup orang lain ☺️

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Dapet Visa UAE (Dubai) Gampang Banget

Dubai creek Beberapa waktu yang lalu, kita pusing berat karena H dapet libur kali ini cuman 10 hari. 10 hari dari yang biasanya 14 hari. Akhrinya diputuskan untuk tetap mengambil libur tapi nggak ke Indonesia.  Ternyata, beberapa hari kemudian, dia bilang, kalau liburnya malah jadi 7-8 hari aja. Mau ga mau saya yang harus kesana. Maksudnya terbang mendekatinya. Udah milih-milih negara mana yang harganya rasional, yang ga banyak makan waktu buat terbangnya H, dan tentunya ga ribet urus visa buat pemegang paspor hijau yang ga sesakti paspornya H.  Btw warna paspor Indonesia jadi biru ya sekarang?? Pilihan jatuh ke Dubai. Pemegang paspor hijau harus bikin visa, ya pusing lagi deh cara bikin visa Dubai nih gimana. Apa iya sesusah bikin visa schengen, visa US, visa lainnya. dari persyaratan sih standar ya, termasuk  record  bank account selama 3 bulan. Emang nggak pernah bikin visa Dubai sebelumnya ya, apalagi H yang paspornya super sakti kemana-mana (hampir) ga perlu visa, dia ga pernah ad

Gojek ke bandara juanda

While waiting, jadi mending berbagi sedikit soal gojek. Karena saya adalah pengguna setia gojek, saya pengen cobain ke bandara pake gojek. Awalnya saya kira tidak bisa *itu emang sayanya aja sih yang menduga nggak bisa*, trus tanya temen katanya bisa karena dia sering ke bandara pakai motornya. Nah berarti gojek bisa dong?? Sebelum-sebelumnya kalo naek gojek selalu bayar cash, tapi kali ini pengen cobain top up go pay. Minimum top up 10ribu. Jadi saya cobain deh 30ribu dulu. Eh ternyata lagi ada promo 50% off kalo pake go pay. Haiyaaaaa kenapa ga dari dulu aja ngisi go pay hahaha. Dari kantor ke bandara juanda sekitar 8km. Kantor saya sih daerah rungkut industri. Penasarannn banget ini abang mau lewat mana ya. Tertera di layar 22ribu, tapi karena pakai go pay diskon 50% jadinya tinggal 11ribu. Bayangin tuhh... pake bis damri aja 30ribu hahaha. 11ribu udah nyampe bandara. Biasanya 15ribu ke royal plaza dari kantor haha. Lagi untung. Bagus deh. Nah sepanjang perjalanan, saya mikir ter