Skip to main content

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Perjalanan Pulang ke Indonesia saat Pandemi

Museum di Bur Dubai.

Perjalanan pulang ini amat sangat efektif daripada berangkatnya. Pukul 1 dini hari waktu Dubai gw berangkat ke bandara. Emirates udah mulai pakai check in tanpa petugas, self check in semuanya. Agak sedih gw karena... gw bawa barang banyak maunya tinggal diladeni aja. Udah capek banget soale. Tapi ya sudah, seperti biasa Dubai amat sangat efektif dalam segala hal mempersingkat waktu.

Kemudian perjalanan dimulai pukul 5 pagi. Gw pulang bareng rombongan TKI dari Saudi. Banyak dari mereka yang sudah tua dan kurang mampu memahami prosedur protokol terbaru selama pandemi. Gw bantu semampu gw jelasin waktu ada yang nanya, sembari nahan ngantuk. 

Gw sengaja pilih bangku tengah biar nggak ada orang yang duduk di samping gw. Tapi gw kaget karena udah ada dua orang duduk di deretan bangku gw, duduk sebelahan, satunya menempati tempat gw, satunya lagi batuk hebat. 

Gw sangat menghindari orang yang lagi batuk. Untungnya gw cukup beruntung karena bangku yang isi 4 itu kosong, jadi gw pindah duduk sana sampai tiba di Cengkareng. Pesawat mendarat pukul 15.20 sore. Seperti biasa, Emirates mampu memotong 30 menit perjalanan. Kemudian kami masuk ke ruang tunggu antrian. Di situ, kami harus nunggu rombongan Qatar Air diproses. Jadi bener-bener nggak bisa campur, kecuali dipersilakan. 

Dokumen yang harus diisi.

Kami disuruh duduk kok, sembari isi segala dokumen yang diperlukan. Selain dokumen yang sudah dibawa, ada dokumen tambahan kira-kira 3-4 lembar. Meski sudah mengisi e-HAC, tetep aja disuruh isi HAC lagi (kartu kuning). Setelah rombongan Qatar habis, kami dipersilakan berdiri menuju antrian yang ada thermal detector. Suhunya nampil di layar gitu. Kalau diatas 37, nomernya jadi merah. 

Disini kami antri untuk dicek saturasi oksigen dan juga dokumen kelengkapan. Ada hand sanitizer yang pake sensor. Saking ngantuk dan capeknya gw, doi gw tekan-tekan kok nggak keluar-keluar. Sampe dibantu penumpang lain.

Setelah itu, dibagi menuju loket untuk penumpang yang punya PCR dan tidak punya. Dipisah disini. Gw nggak tau proses yang tanpa PCR gimana, karena gw masuk ke loket yang pake PCR. Nah disini, antri lagi duduk sembari nunggu giliran. Ada satu dokumen yang akan ditandatangani petugas. Dokumen ini kebanyakan salah, ditandatangani penumpang yang bikin petugasnya marah-marah 😂 Ya tuhan untung gw nggak sengantuk itu buat bisa baca kalau gw nggak perlu tandatangan disitu. Petugasnya ngeluh "DUH capek banget gw, masih ada aja yang salah" Hmmm yang terbang lebih dari 7 jam ini juga capek lho sis. 

Gw dapet bapak petugas yang ramah banget, beliau cek dokumen dan penerbangan gw selanjutnya sembari bilang "Sampai di Bali jangan lupa karantina ya, sehat-sehat ya mbak" Tentu saja gw bales "Terima kasih pak, bapak juga sehat-sehat ya. Jangan sampai sakit"

Kind words, made my day.

Setelah itu bergerak ke imigrasi bagian stempel. Disini cepet juga karena ya ga antri banget. Kali ini loket Indonesian/KITAS yang rame. Karena ga ada WNA dengan free visa juga kan. Lalu menuju ambil koper. Kopernya kebetulan udah keluar. Lalu koper dicek petugas, beserta dokumen-dokumen yang tadi. Biasanya jarang banget dicek. Lalu berjalan menuju declare itu. Sebelum keluar gerbang kedatangan internasional, dokumen dicek lagi untuk kesekian kalinya 😳 

Total ada 6 sesi tunggu dan pengecekan dokumen dalam waktu satu jam. Pas satu jam prosesnya dari keluar pesawat hingga keluar kedatangan internasional. 

Menurut gw, udah cukup nggak bertele-tele sih. Cuma bagian terakhir aja yang menurut gw nggak perlu-perlu banget karena udah dicek pas ambil koper. Semua proses ini dibantu TNI. Waktu proses bagi-bagi dokumen untuk diisi menurut gw udah cukup informatif banget. Mereka membantu orang-orang yang kebingungan. Praktis juga, tegas juga. Tapi ya nggak semena-mena. Semua bekerja sesuai bagiannya.

Esoknya, dokumen yang gw dapet di hari itu gw pake untuk masuk ke bandara domestik menuju Bali. Semua dokumen itu pada akhirnya sih nggak diserahkan ke petugas sama sekali. Tapi sebagai dokumen agar bisa terbang. 

Berterimakasih karena semua bekerja sesuai dengan posnya. Prosesnya memang lebih lama daripada proses di Dubai ketika tiba di bandara, tapi untuk ukuran cara kerja "Indonesia" udah cukup oke kok. 

Jangan lupa, jaga kesehatan ya! 

Comments

  1. kalau dibaca dari awal sampai akhir, sungguh proses pengecekan berkas dan waktu perjalanan bikin capek ya mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banget huhu :( mending di rumah juga deh

      Delete
    2. hahahah,ya namanya perjalanan jauh mbak, enjoy it aja kan mbak :)

      Delete
  2. Alhamdulillah kalo meningkat. Sepi sihhh

    Coba rame kaya biasa, pasti teriak-teriak kaya di terminal angkot, wkwkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. yaaaa bener juga sih bang. bisa2 gw ikutan triak2 juga :D

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Cara Memilih Bacaan

Pulang - Leila Chudori Pengalaman gw mulai menyukai membaca karena bukunya yang bagus. Kata orang jangan judge buku dari sampulnya. Gw termasuk orang yang suka judge buku dari sampul. Tapi itu bukan hal yang utama dong tentunya. Itu hanya ekstra poin aja.  Pertama kali gw baca buku dan tiba-tiba suka adalah saat papa yang waktu itu pulang, bawain gw buku ensiklopedia yang isinya sejarah dan astronomi. Itu yang bikin gw langsung suka baca, karena materinya bikin gw berbinar. Itu juga awal mula gw suka astronomi.  Perjalanan sebagai pembaca tentu saja lama sekali. Beberapa genre gw coba baca, kadang suka, kadang nggak suka. Hingga akhirnya gw tau apa yang bikin gw akan baca buku itu.  "Halaman pertama tulisannya" Gaya menulis orang itu pasti selalu berbeda. Meskipun mirip dengan yang lain, pasti akan ada karakter pembedanya. Itu biasanya terlihat dari halaman pertama tulisannya. Bayangkan, meski materinya bagus tapi penyampainya nggak bagus juga nggak akan nyangkut di pemb...

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...