Skip to main content

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

How I Deal With Plastic Waste Recently

 
 
Ceritanya, kita udah berusaha untuk diet plastik. Mengurangi penggunaan plastik kresek ketika belanja (beneran bawa tas sendiri), mengurangi pemakaian sedotan plastik, mengurangi apapun yang menggunakan plastik. Sebisa mungkin begitu. Tapi akhir-akhir ini kusadari kalau ternyata sampah plastik rumah tangga itu nggak sedikit. Dikit-dikit buang plastik. Contoh aja ya, plastik deterjen sekilo itu paling nggak sebulan 2 kali, bungkus pewanginya sebulan juga 2 bungkus, trus plastik mi instan, plastik bungkus barang paketan, bungkus minyak goreng, botol plastik minuman, gelas plastik beli kopi atau minuman, botol plastik deterjen yang nggak ada isi ulangnya (meskipun ada juga bungkusnya plastik), botol-botol saus kecap dll, ada pula karton susu yang tiap minggu paling nggak satu karton satu liter itu. Seriously, ini banyak banget dong sampah plastik ini.

Miris kan, apalagi kita yang cuma remah-remah rengginang dalam kaleng kongguan ini bukanlah siapa-siapa, paling nggak harus berusaha lah nggak membebani bumi ini lagi dengan plastik yang nggak bisa dicerna bumi sampai ratusan tahun. Jadi jiwa kepedulian gw lagi membara, tercetuslah ide untuk membersihkan dan memilah waste ini. Jadi gw beli keranjang 3, sementara ini. Keranjang cucian kotor itu, gw isi plastik khusus botol, karton khusus karton susu itu, plastik-plastik bungkus barang rumah tangga semisal deterjen.


Rencananya, bakal dipake buat numpak Suroboyo Bus 😂 btw ini bukan tulisan buat kompetisi Suroboyo Bus ya (wes telat!). Tapi emang tetiba kepikiran naik bis ini keliling Suroboyo cuma bayar pake plastik botol. Keren tah yo (kalo ga males ya otong2 botol plastik akeh teko Malang). Tapi kalau emang nggak gitu ya mau dijual ke Bank Sampah Malang deh. Berapa jumlah penjualannya? Ya paling sedikit banget, tapi fokusnya bukan ke duitnya tadi, tapi ke penyaluran sampah plastik yang larinya nggak ke sungai, laut atau manapun deh. Mungkin dijadikan hasta karya, bisa juga diolah jadi bentuk lain, bisa juga diapa-apain yang jelas nggak dibuang seketika.

Bumi lho yang menghuni ya kita-kita ini. Kalau kita nggak jaga, yo siapa yang mau jagain lho?? Ekosistem kalo seimbang, semuanya juga bakal imbang dan aman kan? Kesian lho liat ikan-ikan burung-burung laut isi lambungnya kok plastik semuanya 😔 Ya emang sih yang sulit pasti konsistensi dalam menjaga niat mengurangi penggunaan plastik. Gw berterimakasih banget kalo pas beli-beli sesuatu ditawarin dulu "mau pake plastik nggak?" karena kadang orang asal aja kasih plastik dan nggak mau kalo dibalikin plastiknya.

Nggak usah ngotot banget deh ngurus yang besar, ngurus sampah plastik diri sendiri aja dulu. Perubahan besar dimulai dari perubahan kecil kan?

Btw McD udah mulai kasih tulisan "#MulaiTanpaSedotan" di deket tempat saos itu yang menurutku improvement. KFC juga kayaknya

Comments

  1. Kalau saya punya lahan yang lumayan luas, ingin rasanya membuka bank sampah. Untuk mengurangi plastik, benar-bener sulit. Apa-apa sudah terbuat dari plastik seh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buka aja bang. Lumayan bs dikumpulin dlu kan, gatau deh ntr buat karya recycle ato apa lah yang pentign ga lngsung dibuang apalagi ntr ujung2nya ke laut :(

      apa2 dari plastik emg, sulit buat hindari pemakaian plastik. repot juga kan ya

      Delete
  2. coba di Indonesia diterapkan juga tuh membuat aspal pakai plastik. karena inggris dan belanda udah coba bikin aspal pakai limbah plastik, jadi bisa mengurangi limbah plastik yang ada di bumi. tapi memang kalau dipikir-pikir, ngubah kebiasaan untuk tidak menggunakan plastik itu susah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. OIYA betul! Ada aspal dari plastik ya. katanya malah lebih kuat gitu. ya secara juga si plastik betah idup ratusan taun kan ga gampang terurai :/

      emang susah si merubah kebiasaan. aku juga kalo pas ga disiplin gt buang aja ga dipisah, abisnya nyesel :( trus disiplinin diri lagi. niatnya kudu kuat :D

      Delete
  3. Hmmm, menginspirasi sekali. Jadi malu, saya masih ogah-ogahan, bahkan masih belum terlalu perduli pada hal seperti ini, beli ini itu dikasih pakai plastik, y cuek saja. Padahal itu berdampak jangka panjang ya bagi bumi kita...apalagi kalau buang sampahnya sembarangan. Terima kasih mbak, postnya mengingatkan saya agar lebih peka lagi.

    Tapi btw, di sini ada kalimat remah-remah rengginang dalam kaleng kongguan, lha di post terbaru saya saya juga menyebut serasa jadi bubuk rengginang, kok bisa pas gitu ya? Hehehe.

    saya follow blognya y mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. MUAHAHAHAHAHA apakah kita fans garis kerasnya rengginang??? atau memang rengginang sangat merakyat?? hahahha

      harus saling mengingatkan mas :) kasian buminya, kasian masa kemaren liat video si penyu idungnya kemasukan sedotan plastik panjang bgt. berdarah2 dia, pasti sakit banget ga bs nafas itu :(

      smoga masnya bisa diet plastik ya, meskipun kita pasti blm bs 100% bebas plastik, setidaknya dikurangi dikit2. baby step begitu hehehe

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Cara Memilih Bacaan

Pulang - Leila Chudori Pengalaman gw mulai menyukai membaca karena bukunya yang bagus. Kata orang jangan judge buku dari sampulnya. Gw termasuk orang yang suka judge buku dari sampul. Tapi itu bukan hal yang utama dong tentunya. Itu hanya ekstra poin aja.  Pertama kali gw baca buku dan tiba-tiba suka adalah saat papa yang waktu itu pulang, bawain gw buku ensiklopedia yang isinya sejarah dan astronomi. Itu yang bikin gw langsung suka baca, karena materinya bikin gw berbinar. Itu juga awal mula gw suka astronomi.  Perjalanan sebagai pembaca tentu saja lama sekali. Beberapa genre gw coba baca, kadang suka, kadang nggak suka. Hingga akhirnya gw tau apa yang bikin gw akan baca buku itu.  "Halaman pertama tulisannya" Gaya menulis orang itu pasti selalu berbeda. Meskipun mirip dengan yang lain, pasti akan ada karakter pembedanya. Itu biasanya terlihat dari halaman pertama tulisannya. Bayangkan, meski materinya bagus tapi penyampainya nggak bagus juga nggak akan nyangkut di pemb...

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...