Skip to main content

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Tergantung Caramu Melihat [A Documentary : Among The Believers]

 

Beberapa waktu yang lalu H kirim link dokumenter untuk ditonton. Gw suka sih nonton dokumenter gitu. Akhir-akhir ini gw nonton dokumenter juga di chanel Timeline di youtube. Film dokumenter yang dikirim H ini judulnya Among the believers. Ini soal konflik di perbatasan Pakistan-Afganistan.

tulisan ini penuh dengan spoiler dan pendapat pribadi

Dokumenter ini ceritanya soal kaum konservatif (yang egois) yang seperti kebanyakan selalu menginginkan memiliki negeri sendiri yang menjalankan hukum Islam 100%. Mereka berada di perbatasan Pakistan-Afganistan, tentunya dengan pengaruh Taliban disana. Perlu diketahui, Taliban sesungguhnya sudah binasa setahun setelah kejadian 9/11 di WTC USA. Tapi tahun 2011 mereka ternyata menghimpun masa yang sudah matang rupanya untuk melakukan invasi lagi agar menguasai Afganistan seperti yang mereka inginkan.

Nah, ceritanya ada kubu yang biasa aja, ada pula kubu yang konservatif tadi. Kubu konservatif ini memiliki sebuah madrasah yang kegiatannya hanya menghafal Al-Quran dengan doktrin "Kamu harus hafal Al-Quran agar kamu masuk surga". Sehingga para siswa pun dididik keras untuk menghafalnya tanpa mengetahui arti dari kitab suci tersebut. Untuk dapat sekolah di madrasah ini tidak dipungut biaya sama sekali sehingga kebanyakan yang masuk kesana adalah orang-orang miskin yang memiliki anak seusia SD-SMA.

Ada scene yang menurut saya lucu. Sebuah scene dimana ketua madrasah ini menyuruh seorang warga untuk memasukkan anaknya ke madrasah tersebut.

Ketua : Masukkan saja anakmu ke madrasah. Kamu kan miskin, madrasah gratis. Jadi dia bisa hafalin Quran
Bapak : Kalau dia masuk madrasah dan hanya menghafal quran saja, bagaimana cara dia mendapatkan uang untuk hidup nantinya?
Ketua : Ya balasannya kan surga, dia harus berjuang keras disini menghafal agar masuk surga. Surga jaminannya.
Bapak : Ya tapi gimana ya, apa nanti dia bisa dapat uang untuk menghidupi keluarganya?

Obrolan tersebut sangat lucu sekali. Dimana sang ketua mendoktrin yang penting surga, sedangkan si bapak berpikir rasional dan logis. Bagi saya, surga adalah bonus. Bonus dikala kita nggak akan berpikir tentang surga saat melakukan suatu kebaikan. Mungkin bagi mereka jalan masuk surga adalah dengan menghafal Al-Quran tanpa peduli apapun yang penting hafal Quran. Tentu saja, itu bisa jadi. Bisa jadi memang seperti itu adanya. Meskipun kita tidak memperlakukan dengan baik orang lain yang penting kita hafal Quran ya sudah, surga jaminannya. Bisa jadi, bisa tidak. Karena butuh mati dulu untuk membuktikan betul tidaknya.

Tapi bagi saya, surga akan jauh dari kita kalau kita tidak Hablumminallah dan Hablumminannas. Hubungan baik ke tuhan dan juga ke sesama. Bagi saya itu percuma kalau hanya berbuat baik ke tuhan saja tapi ke mahkluk hidup kita nggak baik. Sia-sia. Mungkin itu pula maksud dari tanda salib, dimana ada garis horizontal dan vertikal disana yang menyimbolkan hubungan kita dengan tuhan dan juga kepada sesama mahkluk hidup.

Lebih lucu lagi, seorang siswa di madrasah itu di tanya apakah mengetahui arti atau tafsir dari bacaan Quran yang di presentasikannya. Dia menjawab tidak tahu. Dia tidak tahu dan hanya menghafal saja, karena hanya dengan menghafal dia akan otomatis masuk surga. Madrasah pun melarang mereka menonton TV karena TV adalah buatan orang kafir. Segala macam hal dilarang-larang. Buku bacaan pun mengandung doktrin yang menyalahkan orang-orang kafir dan harus memerangi orang kafir. Sekilas ditunjukkan gambaran isi dari buku tersebut, buku itu benar-benar kuat sekali doktrinasinya. Orang yang terombang-ambing akan mudah dipengaruhi dan juga orang yang tak pernah melihat hal lain sudah pasti akan terdoktrin.

Di sisi lain ada seorang gadis berusia 12 tahun yang tadinya sekolah di madrasah dan kemudian melarikan diri karena tak tahan, akhirnya bersekolah di sekolah swasta yang lebih baik sistem dan pengajarannya. Namun sayang sekali, sekolah itu diserang pihak konservatif (soal politik). Kemudian si gadis harus putus sekolah dan menerima nasib untuk dinikahkan muda. Awalnya memang si ayah gadis menolak menikahkannya, tapi karena dia sudah tak bersekolah lagi ayahnya terpaksa menerima lamaran pihak laki-laki. Yang bikin muak adalah si ibu datang dan bilang "Aku udah tua, aku gak kuat bayar pembantu, jadi aku minta anakmu buat jadi mantuku dan bantu-bantu kerjaan dirumah".

OMG! Hati gw hancur liat itu. Dia secara terang-terangan minta anaknya jadi mantu sekaligus 'pembantu'. Gimana nasib gadis-gadis yang ingin belajar tapi terhalang soal beginian? Jujur ini bikin sakit hati. Lingkaran setan begini ini nggak akan pernah selesai kalau perang nggak selesai.

Jujur aku muak! Muak dengan segala jenis doktrinasi agama, politik, atau apapun itu. Pendoktrinan atas agamanya yang paling benar sendiri (yang secara otomatis mengatakan agama lain adalah salah), perebutan kekuasan pemerintahan sah untuk diganti dengan hukum yang mereka anggap benar. Ya tuhan, disini ku berpikir "Apakah aku berpikir benar? Atau memang mereka yang benar dengan merampas hak orang lain?" Bisa jadi agamanya memang benar, tapi yang menungganginya yang salah.


Tentunya disini kita tahu bahwa cara orang menginterpretasikan sesuatu tidak pernah sama satu lain. Meskipun opini saya berbeda, saya tetap hargai orang yg memiliki opini lain. Hanya yang saya tegaskan, saya akan keras kepada orang yang melanggar hak orang lain atau memaksakan pendapatnya untuk dilakukan atas dasar pendapat dia yang paling benar. 

Hidup katanya cuma sekali ya, ngapain dibikin sulit sih?

Yang males baca opini ini, bisa langsung menuju youtube aja ya. Recomended banget buat referensi dan membuka mata

Comments

Popular posts from this blog

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Mengenal Nyai, Eyang Buyut Orang Indo Kebanyakan

  Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya tentang darah campuran Eropa, saya pernah janji nulis tentang orang Indo dan Nyai, nenek buyut dari para Indo kebanyakan. Sekarang kita liat definisi dari Indo sendiri. Jadi Indo (Indo-Europeaan atau Eropa Hindia) adalah para keturunan yang hidup di Hindia Belanda (Indonesia) atau di Eropa yang merupakan keturunan dari orang Indonesia dengan orang Eropa (Kebanyakan Belanda, Jerman, Prancis, Belgia). Itulah kenapa saya agak risih mendengar orang menyebut Indonesia dengan singkatan Indo. Karena kedua hal itu beda definisi dan arti. Sekarang apa itu Nyai? Apa definisi dari Nyai? Nyai adalah seorang perempuan pribumi (bisa jadi orang Indonesia asli), Tionghoa dan Jepang yang hidup bersama lelaki Eropa di masa Hindia Belanda. Hidup bersama atau samenleven yang artinya kumpul kebo, tidak menikah. Fungsinya nyai itu apa? Fungsinya diatas seorang baboe dan dibawah seorang istri, tapi wajib melakukan kewajiban seorang baboe dan istri. Karena mem

Soal ujian TOPIK vs EPS TOPIK

Setelah membahas perbedaan TOPIK dan EPS TOPIK , kali ini saya akan menulis materi tentang apa saja yg diujikan *agak sedikit detail ya*. Pengalaman mengikuti dan 'membimbing' untuk kedua ujian tersebut, jadi sedikit banyak mengetahui detail soal yg diujikan. Dimulai dari EPS TOPIK. Jika anda adalah warga yg ingin menjadi TKI/TKW di Korea, lulus ujian ini adalah wajib hukumnya. Kebanyakan dari mereka ingin cara singkat karena ingin segera berangkat sehingga menggunakan cara ilegal. Bahkan ada yg lulus tanpa ujian. Bisa saja, tapi di Korea dia mlongo. Untuk soal EPS TOPIK, soal-soal yg keluar adalah materi tentang perpabrikan dan perusahaan semacem palu, obeng, cangkul, cara memupuk, cara memerah susu sapi, cara mengurus asuransi, cara melaporkan majikan yg nggak bener, cara membaca slip gaji, sampai soal kecelakaan kerja. Intinya tentang bagaimana mengetahui hak dan kewajiban bekerja di Korea termasuk printilan yang berhubungan dengan pekerjaan. Karena yang melalui jalur ini