Skip to main content

Pakai eSIM Untuk 30 Hari di Belanda

Amsterdam Ini pertama kalinya beli eSIM. eSIM ini nggak semua ponsel bisa, kebetulan aja gw beli karena ya ponsel gw bisa dipake eSIM. Sebelumnya sih gw jarang banget beli kuota internet kalau ke luar Indonesia. Kalau dibilang mahal buanget sih tergantung negaranya ya, cuma kadang males. Jadi kalau lagi di luar dan nggak ada internet gw bisa bilang "Wah lagi nggak ada internet gw di luar" 😅 Nah, gw pilih eSIM karena mikir kalau pake alat   macem mifi begitu pasti harus pick up alatnya, kalau beli SIMCARD ribet harus kasih paspor, harus ganti kartunya juga. Lalu terbesitlah eSIM. Gw cari beberapa eSIM yang banyak beredar buat di Eropa. Tadinya mau milih Simyo tapi harus abonemen bulanan. Ah nggak dulu deh. Kalau lamaan di sana aja baru okelah.  Tiap kali ke luar negeri, gw nggak pernah pakai roaming dari kartu gw sendiri karena menakutkan harganya. Tidak  worth it.  Akhirnya gw nemu eSIM dari  Maya . Menurut gw, kartu ini termasuk bersaing harganya. Gw beli yang 3GB dengan ha

Pentingnya Asuransi Kesehatan


Jujur sih gw kurang paham dengan scene menunggaknya tagihan BPJS ke rumah sakit/faskes yang ditunjuk. Tapi bisa jadi itu juga soal pengguna BPJS yang molor bayar atau malas bayar. Disini juga gw ngga bakal bahas masalah itu karena sangat diluar ranah saya (elahh iyalah gw idupnya sama angka dan huruf korea aja lol).

Histori pemakaian BPJS gw juga sebenernya peralihan dari ASKES (karena babe adalah PNS yang ASKES nya cover buat 2 orang anak juga hingga si anak lulus kuliah) ketika lulus kuliah. Karena selalu terbantu dengan ASKES, maka sesegera mungkin babe daftarin anaknya BPJS. Karena pribadi, kemudian kerja di kantor dan di cover kantor, jadi kudu dialihkan lagi dari BPJS pribadi ke BPJS yang ditanggung kantor dan prosesnya terkendala sekian bulan jadi harus bayar 1,5juta. Setelah dibayar langsung jadi tanggungan kantor (yg sebenernya juga gw ikutan bayar juga kan dipotong gaji). Setelah resign dan harus dipindah ke pribadi lagi, alhasil berbulan-bulan juga jadi bayar 1juta.

Dulu pengguna ASKES hanya pegawai negeri dan keluarganya saja. Masyarakat umum nggak bisa dapet asuransi kesehatan kecuali ikut asuransi swasta. Lambat laun ternyata dibikinlah sistem asuransi kesehatan khusus warga miskin. Agak aneh sih karena menurut gw asuransi kesehatan adalah hak semua warga. Nggak kaya miskin harus terjamin kesehatannya. Kemudian lahirnya BPJS ini yang mampu mengakomodir kebutuhan kesehatan bagi semua warga. Kaya miskin, pertanyaan pertama di rumah sakit adalah "Punya BPJS? Atau asuransi kesehatan?".

penampakan Kartu BPJS yang merge dengan KIS

Sebetulnya tulisan ini bukan soal BPJS, tapi tentang asuransi kesehatan. Banyak yang cerita ke gw kalo BPJS ini kurang ciamik. Ya lagi-lagi bukan urusan gw ya apa yg ada dibelakang layar mereka tapi selama mereka masih melayani dan fasilitas bisa gw pake yaudah. Asuransi kesehatan yang murah disini adalah BPJS dengan harga mulai 25ribu untuk kelas 3 hingga 80ribu untuk kelas 1. Yang membedakan bukan obat yang diberikan untuk penyakit yang sama tapi lebih kepada kamarnya. Bisa upgrade tapi selisih biaya ditanggung sendiri. Sedangkan untuk asuransi swasta biasanya tarifnya lebih mahal tapi servis juga agak lebih daripada BPJS. Kembali lagi soal harga tergantung kemampuan. Kalau mampunya pake yang murah yaudah yang murah aja, kalo mampunya pake yang mahal yaudah beli yang mahal.

Banyak banget temen yang nggak mau pake (dalam hal ini) BPJS karena pelayanannya katanya nggak bagus kalo dirumah sakit. Sedangkan kalo pake asuransi swasta gitu mereka ga sanggup bayar. Akhirnya mereka pake biaya sendiri yang biasanya mahal dong sekali periksa. Atau cerita lain yang nggak kalah seru adalah "Masa aku ga sakit masih harus bayar? Enak dong mereka pake duit kita terus? Lagian ngapain pake asuransi kesehatan sih, kek doain kita sakit aja". Elahhh bukan gitu juminten! Ya okelah nggak bisa disalahin juga dong mereka mikirnya gitu, tapi kok sedangkal itu sih.

Siapa coba manusia yang pengen sakit?? Nggak ada dong. Tapi beberapa bulan lalu ga ada angin ga ada ujan, cuma ada pasir aja dijalanan yang bikin suami gw nyetirnya nyelungsep yang akhirnya gw harus ke UGD di Bali. Eh keliatannya murah deh, tapi setelah dibayar rontgen dll abis juga 400ribu sekali periksa (gara-gara BPJS kondisi nonaktif). Yang kemudian setelah tangan gw sembuh, eh kaki gw ngajak masuk UGD juga di Surabaya. Sebulan itu masuk UGD dua kali dengan biaya yang kurang lebih sama. Ga ada yang tau kan? Kaki gw gatel aja pengen masuk UGD sampe berakibat nggak bisa jalan gitu.

Jadi pada dasarnya jarang banget orang yang seumur hidupnya nggak pernah sakit. Ya kan? Menurut gw, asuransi kesehatan itu perlu banget. Dan banyak orang yang nggak sadar akan pentingnya asuransi kesehatan. Cari aja asuransi kesehatan yang bisa cover kebutuhan dasar yang contoh scalling gigi dapet, nambal gigi dapet, lumayan lho sekali scalling kan 100-200ribuan. Ya kalo nggak sakit ya alhamdulillah, asuransinya bisa dipakai buat scalling tiap 6 bulan sekali kan.

Tapi kembali lagi, semua itu soal mindset masing-masing tentang asuransi kesehatan. Selama merasa nantinya mampu membayar biaya pas sakit tanpa menggunakan asuransi kesehatan ya kenapa nggak? Gw cukup terbantu dengan adanya asuransi kesehatan ini. Sekarang lagi mau dipindah faskes ke Malang deket rumah biar bisa urus gigi juga nggak harus pulang ke Pandaan dulu.

Jadi gimana? Kamu punya asuransi kesehatan juga nggak? 😄

Comments

  1. setuju dengan isi tulisannya….mantap ulasannya.

    ReplyDelete
  2. Eikeh dong BPJS Kesehatan. Dan alhamdulillah sampe sekarang gak pernah dipake. Karena akuhnya dikasih nikmat sehat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah ya... sehat ini nikmat bgt deh yg kudu disyukurin ya

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Pakai eSIM Untuk 30 Hari di Belanda

Amsterdam Ini pertama kalinya beli eSIM. eSIM ini nggak semua ponsel bisa, kebetulan aja gw beli karena ya ponsel gw bisa dipake eSIM. Sebelumnya sih gw jarang banget beli kuota internet kalau ke luar Indonesia. Kalau dibilang mahal buanget sih tergantung negaranya ya, cuma kadang males. Jadi kalau lagi di luar dan nggak ada internet gw bisa bilang "Wah lagi nggak ada internet gw di luar" 😅 Nah, gw pilih eSIM karena mikir kalau pake alat   macem mifi begitu pasti harus pick up alatnya, kalau beli SIMCARD ribet harus kasih paspor, harus ganti kartunya juga. Lalu terbesitlah eSIM. Gw cari beberapa eSIM yang banyak beredar buat di Eropa. Tadinya mau milih Simyo tapi harus abonemen bulanan. Ah nggak dulu deh. Kalau lamaan di sana aja baru okelah.  Tiap kali ke luar negeri, gw nggak pernah pakai roaming dari kartu gw sendiri karena menakutkan harganya. Tidak  worth it.  Akhirnya gw nemu eSIM dari  Maya . Menurut gw, kartu ini termasuk bersaing harganya. Gw beli yang 3GB dengan ha

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Dapet Visa UAE (Dubai) Gampang Banget

Dubai creek Beberapa waktu yang lalu, kita pusing berat karena H dapet libur kali ini cuman 10 hari. 10 hari dari yang biasanya 14 hari. Akhrinya diputuskan untuk tetap mengambil libur tapi nggak ke Indonesia.  Ternyata, beberapa hari kemudian, dia bilang, kalau liburnya malah jadi 7-8 hari aja. Mau ga mau saya yang harus kesana. Maksudnya terbang mendekatinya. Udah milih-milih negara mana yang harganya rasional, yang ga banyak makan waktu buat terbangnya H, dan tentunya ga ribet urus visa buat pemegang paspor hijau yang ga sesakti paspornya H.  Btw warna paspor Indonesia jadi biru ya sekarang?? Pilihan jatuh ke Dubai. Pemegang paspor hijau harus bikin visa, ya pusing lagi deh cara bikin visa Dubai nih gimana. Apa iya sesusah bikin visa schengen, visa US, visa lainnya. dari persyaratan sih standar ya, termasuk  record  bank account selama 3 bulan. Emang nggak pernah bikin visa Dubai sebelumnya ya, apalagi H yang paspornya super sakti kemana-mana (hampir) ga perlu visa, dia ga pernah ad