Terasa seperti ini, Gunung Baturnya ada tapi nggak keliatan. Sistemnya ada, tapi masih berkabut. Katanya sih berlaku sejak tanggal 17 Desember 2024, bersamaan dengan semua perubahan seperti paspor dan biayanya. Karena harus perpanjang ITAS di akhir tahun, gw sudah kontak mereka dan bilang "Oh bisa extend via website." Di websitenya agak membingungkan buat pemula karena ada beberapa bagian. Bagian yang paling mentereng adalah bagian APPLY , yang mana ini harus digunakan untuk orang yang belum pernah apply ITAS . Sejenis untuk mendapatkan TELEX visa dulu yang nantinya dikonversi ke ITAS. Perlu dicatat ini adalah ITAS dengan pasangan Indonesia sebagai sponsor ya. Tentunya perlu penjamin yang apply VITAS dll sebelum ke ITAS. Apply sebagai penjamin bisa di website yang sama. Tapi kalau apply sendiri bisa dengan menggunakan "Personal". Setelah masuk ke website imigrasi dengan menggunakan ID Penjamin, bagian HOME akan tampil beberapa hal. Nah, bagian Extend ITAS tuh a...
"Jadi besok ke Bangkok?"
"Iya trus lusanya ke Yangon"
"Myanmar?"
"Iyalah"
"What the why Yangon?"
Tak pernah terbayangkan akan mengunjungi negeri ini. Pernah sih ngebayangin, tapi cuma ke Bagan. Lainnya nggak. Kesini juga nggak direncanakan karena tiba-tiba ada kerjaan mendadak. Yaudah deh dateng lah kesini. Negeri yang terkenal dengan kasus Rohingya nya ini terkesan serem (Ya nggak?). Tapi Yangon.... aman-aman aja kok. Meskipun memang di beberapa wilayah memang restricted area yang tidak bisa dimasuki kecuali jika kalian adalah aid worker atau orang yang berkepentingan.
Banyak yang nanya kenapa kesana kan nggak bagus. Ya menurut kita sih, sejelek-jeleknya tempat pasti punya kecantikan tersendiri. Kecuali kalo emang kamu bisa masuk tapi nggak bisa keluar itu barulah bahaya. Ini juga karena dia ada kerjaan sih disana, jadi sekalian.
Yangon itu ibarat kotalamanya ASEAN. Cantik banget sumpah. Buat yang suka bangunan kolonial atau semacem heritage begitu, tampilan kota ini bener-bener luar biasa. Karena kolonialisasi Inggris beberapa waktu ya secara otomatis bangunan mereka ala Inggris juga. Kalau di Indonesia kan rata-rata model Belanda ya.
Sofaer Building, bangunan yang dibangun oleh trader yahudi asal Iraq
First impressions nya apa? Ini WOW banget.
Macet
Jakarta hobi macet kan? Ini lebih dari itu. Nggak ada taksi meter ya, jadi harus pinter-pinter nawar harga taksi.
Panas
Panasnya nggak bikin berkeringat banget, tapi bikin hampir pingsan. Kemaren coba strolling downtown nya sendirian. No wifi tentunya. Suhunya sih 30an lah standar asia tenggara, tapi teriknya luar biasa. Saking pusingnya sampe hilang arah ga bisa baca peta bahkan gatau sedang berada di posisi mana padahal maps ditangan dan dibuku. Tau kan kalo penduduk asia tenggara itu cinta mati sama AC? Nah AC disini kebanyakan menggila banget dinginnya. Coba bayangkan gimana rasanya abis panas banget diluar langsung masuk ke ruangan ber AC yang super dingin trus keluar lagi ke panas super? Sakit otak. Hampir pingsan lah kemaren itu, kayak badan nggak menerima keekstriman ini. Untung survive dan buru-buru balik hotel. Pingsan tengah jalan bahaya dah. Jadi hati-hati kena heatstroke dadakan. Tetap hidrasi tubuh, kalau perlu bawa payung karena hampir tiap orang pake payung.
Karena, lampu stopan nggak fungsi lah buat orang yang mau nyebrang. Mereka trabas aja lah. Lebih parah dari sini sumpah. Mereka nyebrang ga liat kanan kiri tapi mobil yang kudu ekstra hati. Mobilnya nyetir super cepet, yang nyebrang santenya setengah idup nggak mau tau deh. Jadi menurut kita nyawa mereka ada 7. Takut nyebranglah aku.
Masala chai ini enak, teh India gitu
Kumuh
Lingkungan kumuh dimana-mana. Jadi cukup berhati-hati saja ketika penasaran iseng cobain "teahouse" ala Myanmar dijalanan ini. Makanan harganya all you can eat cukup 1 dollar saja. Tapi ya kalau perutnya macem gw sih gapapa yang tahan banting, semua dimakan ga gampang sakit perut. Tapi kalau tipe-tipe yang mudah sakit, mending jangan deh. Karena ya gw liat sendiri dong, gelas bekas minum orang itu nggak pake dicuci sabun atau air mengalir gitu, tapi cuma dicelupin ke kobokan depan mata dan nggak diangkat tapi dibiarkan celup disitu. Kita kan nggak tau ya bakteria jenis apa yang ngetren disana, ngeliat gitu depan mata pasti lah langsung geli sendiri. Akhirnya nggak minum deh. Cemilannya sih okelah (menurut gw). Tapi kalo soal minuman di gelas orang itu hmmmm
Kyat dan Dollar
Mata uang resminya sih Kyat, tapi mereka menerima dollar juga (tentunya dollar yang mulus nggak lecek macem uang mereka). Biasanya sih pukul rata aja 1 dollar seharga 1500 kyat (kalau transaksi dengan orang biasa yang ada di jalanan). Kebanyakan harga yang dipakai di hotel atau tempat perbelanjaan (termasuk bandara) pakai dollar. Jadi otomatis rate nya jauh lebih mahal. Beli kopi misal, di hotel harganya 4dollar, dijadiin kyat jadi 7600 kyat. Padahal di coffee shop, si kopi harganya nggak lebih dari 5000kyat. Teh macem chatime gitu harganya 2000-3000kyat. Jadi kudu hati-hati kalau tag harga nya dalam dollar mereka biasa pasang rate sendiri yang lebih mahal.
Sopan
Meski begitu, mereka terbilang orang yang sopan. Nggak ada yang liatin aku sama suamiku pas jalan. Beda banget ya kalo jalan di Indonesia dari kaki sampe ujung rambut dipelototi lah pasti. Disini nggak. Mereka suka nyapa juga (ini sih kalo liat orang kulit putih, kalo kulit gw mah sama aja ya kek mereka), tapi nggak ada yang nganggep gw orang Burma. Lucu lho ini. Baru kali ini ke negara ASEAN tapi nggak disangka orang dari negara tersebut (cuma dibilang Malay aja, wajar sih).
murah senyum sekali
Imigrasi cepet
Sama seperti Brunei, imigrasi di Yangon ini termasuk super cepet banget. Hampir nggak ada yang antri (mungkin emang pas sepi juga sih), dan ada ASEAN lane nya yang berlaku buat orang ASEAN aja (kalo bangkok kan ASEAN lane juga dipake orang eropa). Jadi kemaren nggak antri sama sekali, malah gw nunggu H sekitar 10 menitan. Koper nggak ada delay sama sekali. Smooth banget lah.
Less scammer
Ini yang penting. Kepercayaan mereka mengajarkan untuk jadi orang baik dan nggak merugikan orang lain. Mereka bener-bener menerapkan itu. Beda dengan Bali kan? Kalo Bali masih banyak scammer yang tiba-tiba naikin harga apapun kalo ga gitu dimahalin karena jalan sama H. Disini nggak. Harga rasional wajar, nggak scamming sama sekali. Bener-bener mrasa dompet nikmat. Harga taksi standar, sedikit lebih murah dari Indonesia, harga makanan di mall aja kisaran 20ribuan-50ribuan (aku belum nemu makanan pinggir jalan yang enak dan ga bikin sakit perut). Merasa aman banget lah pokoknya dengan segala bentuk harga yang ditawarkan (Indomi aja cuma 3ribu).
teahouse ala Myanmar
Secara keseluruhan, Myanmar ini unik menurutku. Dan tentunya cantik 💓
yang ambil fotonya rasanya ga ikhlas sampe bilang "bukan fotonya yang ngeblur tapi Tomnya yang gerak-gerak" 😑 kalau foto ini di Siam Paragon-Bkk
PS : Maingalarpar adalah hallonya Myanmar
Comments
Post a Comment
Share your thoughts with me here