Skip to main content

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Bahagia Itu Sederhana Atau Sulit?


This picture was taken at Car Free day in Pandaan, and saw this little kids playing around with bubbles, happiness for them is as easy as you can see on this picture, kids with bubbles, a girl and a boy holding hand while smiling and greeting their friends there.


Setelah membaca karya Jostein Gaarder yang seorang filsuf, saya jadi keracunan untuk sedikit berfilosofi dalam hidup. Tetiba saya berpikir apa itu bahagia. Darimana sumber kebahagiaan itu berasal. Apakah uang dan kekuasaan bisa membuat kita bahagia. Apakah bahagia itu sulit dicari. Bagaimana peran uang untuk kebahagiaan itu... dan masih banyak lagi pertanyaan tentang kebahagiaan.

Standar kebahagiaan setiap orang tentu berbeda-beda. Tapi standar tersebut tidaklah penting bagi saya, karena saya tidak menggunakan standar mereka dalam menentukan kebahagiaan saya sendiri.

Saya bahagia ketika saya bersama keluarga. Saya bahagia ketika bersama HJ. Saya bahagia ketika saya bisa membantu orang. Saya bahagia ketika saya mengajar dan murid saya mengatakan 'Ohhh Ok I got it now'. Saya bahagia ketika kerja keras saya di apresiasi dan dihargai. Saya bahagia ketika saya tidak diremehkan orang dan dianggap memiliki opini yang bisa disumbangkan. Saya bahagia ketika saya bisa ngeblog dan memotret meskipun masih dan selalu dalam tahap pembelajaran. Saya bahagia ketika saya bisa belajar lebih. Saya bahagia ketika orang bisa mengingat saya. Saya bahagia ketika koleksi buku saya bertambah meskipun belum bisa baca semuanya. Hmmm... kadang saya juga bahagia ketika melihat orang lain bahagia, entah siapapun itu. Karena sayapun tidak mendapatkan kerugian apapun dengan ikut merasa bahagia untuk mereka.

Dibilang sulit dicari, saya ternyata mudah merasa bahagia dengan ikut melihat orang lain bahagia. Apa iya memang sesederhana itu?

Saya nggak harus punya rumah tingkat 10 bak kerajaan untuk menjadi bahagia, meskipun saya memang bermimpi menjadi seorang putri with my own style yang tinggal di kastil bersejarah dan berhantu *oke it's only weird dream of mine*. Karena punya rumah 10 tingkat juga susah kan bersihinnya, males, nggak bahagia deh jadinya. Saya juga nggak harus punya lamborgini buat bahagia, karena mahal dan sayang kalo dipake di Indonesia. Ntar disrempet motor, kan sayang, biaya repairnya juga mahal. Mungkin sih, saya harus nabung untuk membeli kamera yang lebih bagus lagi karena saya bahagia setelah memotret. Kamera bagus masih bisa diusahain kok, nggak sampe harus jual rumah juga. Toh saya bukan fotografer macem Darwis Triadi kan.

Jadi sebenernya, merasa bahagia itu sederhana apa sulit? 😁

Comments

  1. Untuk mencapai sebuah kebahagiaan tentulah tidak mudah, perlu proses yang panjang untuk kesana,semoga mbanya bahagia terus yah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga kamu jg bahagia ya dg standar kebahagian kamu sndiri 😊

      Delete
  2. kalau menurut saya benar apa kata mba Prisca sih, Bahagia itu tergantung orangnya, dimana letak kebahagiaan seseorang hanya mereka yang tahu. Tapi yang pasti semua orang akan merasa bahagia jika bersama keluarganya, Itu haha
    aku juga bahagia kalau dapat traktiran dari teman mba. hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahh kalo itu mah saya juga bahgiaaaaaa haha

      Jgn liat standar orang lain ya, biar bisa bahagia 😉

      Delete
  3. Saya bahagia kalo Keenan gak minta jajan terus ke Indomaret -___-'

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama. Aku ya bahagia kalo adekku yg kecil ga minta jalan tiap minggu ke car free day demi beli sosis dan jajanan lainnya

      Delete
  4. Baca judulnya langsung keinget sama salah satu lagu "Bahagia itu sederhana, hanya dengan melihat senyummu lalala..." wkwkw

    Hahah, seringkali ditanya 'bahagia itu yang seperti apa?' sama orang-orang, jawaban aku, sama kayak punya kamu sih; aku bahagia saat liat orang lain bahagia [karena aku], bahagia karena punya pembaca blog, bahagia karena punya banyak waktu untuk menjalani hobi dan passion, bahagia karena dapet makanan gratis, dll. Sederhana kan?:')

    Kalo menurutku bahagia itu emang sederhana, tapi karena manusia selalu mengharap lebih dan gak pernah puas, rasa bahagia dalam diri mereka akhirnya cuma dateng setengah-setengah, bahkan engga ada perasaan bahagia sama sekali. Intinya sih, bersyukur adalah koentji. Yuhuuu~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Btw otak mkir keras koentji apaan ya, bahasa indonesia apa belanda ya 😂😂😂
      Vintage ya buk yaaa

      Iya, bener, stuju, intinya bersyukur. Krn bersyukur bkin kita bhgia

      Delete
  5. Standar kebahagian buat tiap orang berbeda-beda.
    Itu benar adanya,kak.

    Kalo buatku, jalani hidup yang tak mudah ini cukup dibawa pikiran dan perasaan senang saja.
    Kalo orang Jawa bilangnya nrimo.

    Punya segini ya disyukuri, punya lebih ya disyukuri.
    Nanti semuanya akan terasa ringan dan menyenangkan jika pikiran kita bisa bersandar seperti itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bner!!!! Smakin kita bersyukur smakin bahagia kita jadinya :)

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Gojek ke bandara juanda

While waiting, jadi mending berbagi sedikit soal gojek. Karena saya adalah pengguna setia gojek, saya pengen cobain ke bandara pake gojek. Awalnya saya kira tidak bisa *itu emang sayanya aja sih yang menduga nggak bisa*, trus tanya temen katanya bisa karena dia sering ke bandara pakai motornya. Nah berarti gojek bisa dong?? Sebelum-sebelumnya kalo naek gojek selalu bayar cash, tapi kali ini pengen cobain top up go pay. Minimum top up 10ribu. Jadi saya cobain deh 30ribu dulu. Eh ternyata lagi ada promo 50% off kalo pake go pay. Haiyaaaaa kenapa ga dari dulu aja ngisi go pay hahaha. Dari kantor ke bandara juanda sekitar 8km. Kantor saya sih daerah rungkut industri. Penasarannn banget ini abang mau lewat mana ya. Tertera di layar 22ribu, tapi karena pakai go pay diskon 50% jadinya tinggal 11ribu. Bayangin tuhh... pake bis damri aja 30ribu hahaha. 11ribu udah nyampe bandara. Biasanya 15ribu ke royal plaza dari kantor haha. Lagi untung. Bagus deh. Nah sepanjang perjalanan, saya mikir ter

Dapet Visa UAE (Dubai) Gampang Banget

Dubai creek Beberapa waktu yang lalu, kita pusing berat karena H dapet libur kali ini cuman 10 hari. 10 hari dari yang biasanya 14 hari. Akhrinya diputuskan untuk tetap mengambil libur tapi nggak ke Indonesia.  Ternyata, beberapa hari kemudian, dia bilang, kalau liburnya malah jadi 7-8 hari aja. Mau ga mau saya yang harus kesana. Maksudnya terbang mendekatinya. Udah milih-milih negara mana yang harganya rasional, yang ga banyak makan waktu buat terbangnya H, dan tentunya ga ribet urus visa buat pemegang paspor hijau yang ga sesakti paspornya H.  Btw warna paspor Indonesia jadi biru ya sekarang?? Pilihan jatuh ke Dubai. Pemegang paspor hijau harus bikin visa, ya pusing lagi deh cara bikin visa Dubai nih gimana. Apa iya sesusah bikin visa schengen, visa US, visa lainnya. dari persyaratan sih standar ya, termasuk  record  bank account selama 3 bulan. Emang nggak pernah bikin visa Dubai sebelumnya ya, apalagi H yang paspornya super sakti kemana-mana (hampir) ga perlu visa, dia ga pernah ad