Skip to main content

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Si penguasa

Hmm jadi tiba-tiba saya memikirkan sesuatu ketika melihat satu ibu yang ada di koperasi kantor. Beliau salah satu pekerja dikantor saya. Ibu termasuk bisa dibilang “penguasa” koperasi di kantor. Kenapa saya bilang penguasa? Karena lagaknya yang selalu bikin heboh.

Suara beliau keras, banget. Bisa kali didengar dari jarak puluhan meter. Beliau ini bisa dibilang pengendali semua hal. Apapun yang atas nama beliau, bisa dibilang beres karena beliau secara tidak langsung dan secara informal memegang kuasa atas lingkungannya. Kerjaannya, bersuara keras untuk menyuruh-nyuruh orang. Siapapun bisa disuruhnya. Saya sih nggak terlalu suka lagaknya, karena menjadi sok berkuasa. Ketika bicara di telpon saja bisa menggetarkan dunia. Kebetulan, beliau meskipun tua tapi secara hierarki perusahaan beliau masih dibawah saya dan saya tidak ada urusan dengan beliau secara langsung. Tapi berhubung saya sering ke koperasi membeli sesuatu, akhirnya sering lah ketemu sama beliau.

Kalau mood saya sedang bagus sih nggak masalah. Tapi kalau mood saya sedang jelek dan labil, bertemu beliau adalah bencana. Saya bisa seketika sakit kepala mendengarkan suaranya. Bukan berlebihan, tapi memang saya mudah sekali sakit kepala ketika mendengar suara yang sangat keras dan kasar.

Dipikir-pikir lagi, si ‘penguasa’ ini tidak hanya ada di kalangan bawah seperti itu. Ini hanya satu contoh, karena dikalangan atas pun malah lebih banyak orang yang seperti itu. Saya jadi teringat satu scene dalam film Copy of my mind. Si ibu (Bu Mirna yang tersandung kasus mafia hokum) yang sedang dipenjara bertanya kepada Sari pernah nggak dipenjara, kemudian dia bilang “Tenang aja, kalo kamu ada masalah dipenjara atau mau dipenjara, bilang aja kamu kenal saya, Mirna. Diem pasti mereka, mereka nggak akan penjarain kamu”. Si penguasa banget kan. Cuman sebutin nama aja, orang-orang udah pada ngerti apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Spesial.

Pinjem gambar dari google

Comments

Popular posts from this blog

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Gojek ke bandara juanda

While waiting, jadi mending berbagi sedikit soal gojek. Karena saya adalah pengguna setia gojek, saya pengen cobain ke bandara pake gojek. Awalnya saya kira tidak bisa *itu emang sayanya aja sih yang menduga nggak bisa*, trus tanya temen katanya bisa karena dia sering ke bandara pakai motornya. Nah berarti gojek bisa dong?? Sebelum-sebelumnya kalo naek gojek selalu bayar cash, tapi kali ini pengen cobain top up go pay. Minimum top up 10ribu. Jadi saya cobain deh 30ribu dulu. Eh ternyata lagi ada promo 50% off kalo pake go pay. Haiyaaaaa kenapa ga dari dulu aja ngisi go pay hahaha. Dari kantor ke bandara juanda sekitar 8km. Kantor saya sih daerah rungkut industri. Penasarannn banget ini abang mau lewat mana ya. Tertera di layar 22ribu, tapi karena pakai go pay diskon 50% jadinya tinggal 11ribu. Bayangin tuhh... pake bis damri aja 30ribu hahaha. 11ribu udah nyampe bandara. Biasanya 15ribu ke royal plaza dari kantor haha. Lagi untung. Bagus deh. Nah sepanjang perjalanan, saya mikir ter

Dapet Visa UAE (Dubai) Gampang Banget

Dubai creek Beberapa waktu yang lalu, kita pusing berat karena H dapet libur kali ini cuman 10 hari. 10 hari dari yang biasanya 14 hari. Akhrinya diputuskan untuk tetap mengambil libur tapi nggak ke Indonesia.  Ternyata, beberapa hari kemudian, dia bilang, kalau liburnya malah jadi 7-8 hari aja. Mau ga mau saya yang harus kesana. Maksudnya terbang mendekatinya. Udah milih-milih negara mana yang harganya rasional, yang ga banyak makan waktu buat terbangnya H, dan tentunya ga ribet urus visa buat pemegang paspor hijau yang ga sesakti paspornya H.  Btw warna paspor Indonesia jadi biru ya sekarang?? Pilihan jatuh ke Dubai. Pemegang paspor hijau harus bikin visa, ya pusing lagi deh cara bikin visa Dubai nih gimana. Apa iya sesusah bikin visa schengen, visa US, visa lainnya. dari persyaratan sih standar ya, termasuk  record  bank account selama 3 bulan. Emang nggak pernah bikin visa Dubai sebelumnya ya, apalagi H yang paspornya super sakti kemana-mana (hampir) ga perlu visa, dia ga pernah ad