Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself. Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one. I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy
Yang kebayang kalau main ke Lombok pertama kali itu pokoknya harus ke Desa Sade. Nggak boleh nggak. Dan keturutan. Pertama kali ke Lombok, aku ke Desa Sade, bareng sama newlywed dan Desi. Nah kedua kalinya ke Lombok, main lagi ke Desa Sade bareng sama HJ.
Kali ini kita didampingi guide asli orang Sade. Yup, ada enaknya juga sih ditemenin guide jadi bisa nanya nanya ni itu sama guidenya. Setibanya kita langsung aja disambut guide sana. Oke berarti rute yang akan dijalani ini bakalan beda sama rute yang pertama.
Mulailah bapak guide ini menjelaskan jumlah orang yang tinggal disana, ada sekitar 100 sekian orang yang tinggal disana. Dan tentunya mereka semua adalah keluarga, bahkan menikah pun harus dengan orang satu desa yang artinya itu menikah dengan keluarga sendiri. Lah nggak inses kah? Nggak tuh. Nggak tau kenapa nggak ada yang inses dan semuanya baek-baek aja. Nikah juga usia 17an udah mulai dinikahin.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilLxofOW8IVU2sq9AKxGgroJePIJOip7zJBj07mvM3CK2wImdOR8eD_E-gznnAoGsopuCj246ZlnUzjIe0cA5lwkn88Gtzzs89a7hruJem24_Ud_8OMQcDN9WZBWfrYXOENvrVtpjFsZ4/s640/DSC02488.JPG)
Karena penasaran, kan bapaknya ini bisa berbahasa Inggris ya dikit-dikit, apa yang lainnya juga bisa bahasa Inggris? Bapaknya jawab, kalau usia sekitar 30an kebanyakan bisa. Kalau usia diatas itu udah nggak sanggup. Nah karena berjiwa 'guru', akhirnya tanya dong gimana pendidikan yang mereka dapatkan. Dulunya sih pendidikan itu nggak penting, mreka nggak ada yang sekolah. Tapi akhir-akhir ini anak-anak mulai belajar keluar desa. Jadi bisa agak berkembang lah. Padahal di belakang desa ini ada batas dan itu sudah masuk ke desa biasa. Desa modern mereka mengatakannya. Batas desa itu benar-benar memperlihatkan kanan tradisional, kiri super modern. Beda banget 180 derajat.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAdNltQuHAcGjCgicuYUvft8OW5IYmgtwd3IXsYMkKiE0tueyc9L5g96qr01f2SF1xtSe6Zr9cbYOAZXuj0bs3okoZ5DRlBH3NW3u-JjUXz7oVtiiyIL14fbduhEe8ziym-Er0uVHhZbg/s640/DSC02492.JPG)
Penasaran lagi, aku tanya dong, apa mreka pernah keluar kampung. Mereka menjawabnya, 'kita kalau keluar kampung malah segan, malah tidak enak kalau meninggalkan kampung. Jadi lebih baik disini saja. Kita betah'. Itu antara betah atau tidak ada pilihan lain atau memang kungkungan adat trasional mereka terlalu menancap dalam dihati mereka.
Eh pas berkunjung itu ujan deres lho, yang bener aja dah basah-basahan. Trus kita diem disalah satu stan dan milih-milih topi semacem kopyah begitu, nawar harganya dan kita terlibat obrolan singkat dengan penjualnya. Mbak penjual ini umurnya baru 17 tahun tapi lagi hamil besar. Wow, aku cuman bilang 'sayang, ini 17 tahun udah hamil lho, udah nikah lho'. Itu semacem kode super keras 😂😂
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4Rb0DlB8Nv3kHCUAaXExJlkcBnIZXe1jA_UkEZ3ao_7jych2BkZrWKSh2mNK9la5ki4MSy1jT0S2Y2L-UPRQ3HcjUANR1P6aqY6rySBcoSlo456Zh-oBmt7XDow37MmCpCdNf7bEZ53A/s640/DSC02497.JPG)
Ujan mulai reda kita pun meninggalkan mereka dan pamit pulang. Sebelum pulangpun aku disuruh HJ bilang ke mbak hamil itu, suruh bilang kita doain lairannya lancar, anaknya ibunya sehat dua-duanya.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge7IFLEbs00Ds3T6WXfZnFrNZ09qUBOyvSALb8OINk2AHDjtEosabNN23mITIYKV2Ab5HL2F20LcXc54AubiOLxMIvKaPPFTx8VuTYr-b8Ar1WKUNmoGUh3KbhNzOhd276T9bTNicNTJE/s640/DSC02498.JPG)
Yang jelas, tanpa mereka, salah satu adat tradisional Indonesia hanya akan menjadi cerita legenda belaka. Tombak adat tradisional salah satu daerah di Indonesia ada ditangan mereka. Salut 😉
Kali ini kita didampingi guide asli orang Sade. Yup, ada enaknya juga sih ditemenin guide jadi bisa nanya nanya ni itu sama guidenya. Setibanya kita langsung aja disambut guide sana. Oke berarti rute yang akan dijalani ini bakalan beda sama rute yang pertama.
Mulailah bapak guide ini menjelaskan jumlah orang yang tinggal disana, ada sekitar 100 sekian orang yang tinggal disana. Dan tentunya mereka semua adalah keluarga, bahkan menikah pun harus dengan orang satu desa yang artinya itu menikah dengan keluarga sendiri. Lah nggak inses kah? Nggak tuh. Nggak tau kenapa nggak ada yang inses dan semuanya baek-baek aja. Nikah juga usia 17an udah mulai dinikahin.
Karena penasaran, kan bapaknya ini bisa berbahasa Inggris ya dikit-dikit, apa yang lainnya juga bisa bahasa Inggris? Bapaknya jawab, kalau usia sekitar 30an kebanyakan bisa. Kalau usia diatas itu udah nggak sanggup. Nah karena berjiwa 'guru', akhirnya tanya dong gimana pendidikan yang mereka dapatkan. Dulunya sih pendidikan itu nggak penting, mreka nggak ada yang sekolah. Tapi akhir-akhir ini anak-anak mulai belajar keluar desa. Jadi bisa agak berkembang lah. Padahal di belakang desa ini ada batas dan itu sudah masuk ke desa biasa. Desa modern mereka mengatakannya. Batas desa itu benar-benar memperlihatkan kanan tradisional, kiri super modern. Beda banget 180 derajat.
Penasaran lagi, aku tanya dong, apa mreka pernah keluar kampung. Mereka menjawabnya, 'kita kalau keluar kampung malah segan, malah tidak enak kalau meninggalkan kampung. Jadi lebih baik disini saja. Kita betah'. Itu antara betah atau tidak ada pilihan lain atau memang kungkungan adat trasional mereka terlalu menancap dalam dihati mereka.
Eh pas berkunjung itu ujan deres lho, yang bener aja dah basah-basahan. Trus kita diem disalah satu stan dan milih-milih topi semacem kopyah begitu, nawar harganya dan kita terlibat obrolan singkat dengan penjualnya. Mbak penjual ini umurnya baru 17 tahun tapi lagi hamil besar. Wow, aku cuman bilang 'sayang, ini 17 tahun udah hamil lho, udah nikah lho'. Itu semacem kode super keras 😂😂
Ujan mulai reda kita pun meninggalkan mereka dan pamit pulang. Sebelum pulangpun aku disuruh HJ bilang ke mbak hamil itu, suruh bilang kita doain lairannya lancar, anaknya ibunya sehat dua-duanya.
Yang jelas, tanpa mereka, salah satu adat tradisional Indonesia hanya akan menjadi cerita legenda belaka. Tombak adat tradisional salah satu daerah di Indonesia ada ditangan mereka. Salut 😉
Mesti diliatin deh karena jalan sama bule
ReplyDeleteHahah pokoknya pandangannya ga menelanjangi aja ga mslh
Delete