Skip to main content

Sustainable Way to "Dump" our Waste

Sticker from eco-bali recycling October is funny month. We have this crisis of burning landfield in Bali, and they haven't pick up my trash for 2 months. Probably over two months now. We're like "Okay it's time to swap to the sustainable options" Yea we've been thinking about composting, but I do not know where to start. Because, you know, when you did it wrong it can be stinky and worm-y and not working out well. Turns out, they have composting company that provide the bin, the pickup, and even got the compost back monthly or per 6 months. I did not know that but of course my husband found it and planned to sign up for it.  The week where we had that plan on mind, suddenly in the morning there was a guy from this company came to our house delivering the composting bin. "No we did not order this, yet" Apparently the neighbor ordered their service but they got the address wrong. The next day, the same guy came again, brought his empty composting bin f

Ke Kampoeng Heritage Malang Yuk!

 

Beberapa waktu yang lalu, salah satu teman ini nanya "Lu tau kampung heritage nggak? Yang ada di Malang?" Hohhh dimana yo?? Kagak tau dah. Nah pas maen kerumah temen, tak disangka tak dinyana rumah Desi disitu! Ya baru ngeh soalnya baru ada tulisan "WISATA KAMPOENG HERITAGE MALANG" di tembok depan rumah Desi. Beberapa kali kesana kok nggak ngeh kalo ada tulisan itu 😂

 
tulisan ini lho! Sumpah nggak ngeh 😂 tapi kata Desi emang baru sih  

nama-nama permainan jaman lawas. yang rumah kuning itu rumah 1870 tercatat sebagai rumah tertua di kampung ini


gobak sodor apa go back to door hayoo??

 
rumah penghulu  
 
Bulan April lalu, ada event di Kota Malang judulnya #SaveMalangHeritage. Berniat datang kesana, tapi ternyata gw bangun kesiangan 😅 not a morning person anymore btw. Yasudah acara lewat gitu aja. Nah kan minggu kemaren ini karena gw udah tau kalau rumah Desi ada di dalem Kampoeng Heritage, jadilah gw kesana bareng Sunan ini yang plek gw lah kalo soal vintage gitu.

 
Rumah Namsin. I was directed by a super perfectionist photographer. Gimana gaya gw? Persis emoji ini 😏 nggak ?

 
Rumah Namsin 
ngecatnya belum kelar ya, pas foto dibilangin sama tukangnya "Mbak ati2 yo iku jek tas tak cat" 😂 

Kita tadinya coba telusuri satu persatu dimulai dari gang rumahnya Desi, muter-muter situ kata mamaknya Desi kalo yang di gang 2 sama sebelah lebih bagus lagi. Akhirnya jalan lah kesana. Memang sih nggak semua rumah di kampung ini rumah lama, hanya ada beberapa aja yang didaulat sebagai rumah jaman lawas banget diantaranya Rumah 1870 warna kuning (yang kita mau foto trus gegara pagernya miring malah nggak jadi kita foto. geblek 😐), Rumah Namsin, pasar krempyeng (yang waktu kita kesana nggak ada apa-apanya, cuman pas event April aja dipake), dan banyak lainnya. Tapi karena kita bertiga buta arah bahkan si Desi yang tinggal disana aja nggak tau jadi kita nggak eksplor terlalu dalam.


travelingyuk.com

 
depan salah satu toko pasar krempyeng. sorry itu bukan ikutan sponsor rokok ya 😉

Berbeda dengan rumah-rumah kolonial di daerah Jalan Ijen yang cenderung megah mewah dengan halaman super luas dan rumah yang super gede, rumah-rumah disini adalah rumah kolonial khas kampung. Namanya juga kampung, ya bener-bener khas perkampungan dengan jalan yang sempit. Tapi seru kok jalan-jalan sore disini. Bisa sehat ya karena jalan lumayan panjang dan juga nyari rumahnya juga nyempil-nyempil butuh peta khusus wkwkw.


 
kalo dipikir-pikir lagi, kos gw di Malang dulu selama 6 tahun juga bentuknya begini. khas pagar sekaligus dudukan begini, ditambah bunga-bunga juga. Pantesan gw betah banget ya di kos itu dulu. kok sadarnya telat eeee  😂

 

Pemkot meresmikan Kampoeng Heritage ini sebagai salah satu destinasi wisata baru. Syukur-syukur kalo ntar jadi seperti Kampung Warna warni Jodipan yang ramai pengunjung. Karena salah satu tujuan diresmikannya wisata baru ini agar menambah penghasilan warga sekitar juga. Meskipun dari kunjungan kemarin rasanya masih belum terkoordinasi dengan baik sebagai tujuan wisata. Padahal sudah 4 bulan sejak diresmikan. Dan kemungkinan juga warga sekitar masih belum paham potensi kampung ini jika diolah dengan lebih serius.

 
Rumah depan pertigaan Jenki. Ini Sunan, fotografer perfeksionis yang gw kenal lol  


 


Pecinta sejarah, bangunan vintage, serta pengejar OOTD buat ngisi feed instagram pasti suka ke kampung ini. Dari dulu kebetulan gw suka banget sama hal-hal vintage atau lawas gitu. Dan bojoku kebetulan suka juga barang-barang vintage lawas ala kolonial alias ala negaranya. Jadi sering banget berburu bangunan-bangunan tua gitu. Sekitar Malang tengah kota udah ditelusuri, Surabaya juga. Nah yang pengen gw telusuri selanjutnya ini Semarang. Konon katanya banyak banget bangunan lawas disana, ala-ala Belanda gitu. Hun, ke Semarang tah iki ayok?

Jangan lupa juga kalo maen ke Malang, eksplor Kampoeng Heritage ini ya. Itung-itung selain belajar dan mengenal bangunan serta apapun yang lawas, kamu juga bisa jadi membantu perekonomian warga sekitar lho. Btw Kampoeng Heritage ini bersih banget lho. Serius!

bersih kan?

Btw kasih rekomendasi dong kota mana yang banyak bangunan lawas bersejarahnya 😁

Comments

  1. Orag ya, jane kui tukange pengen ngomong: 'Kene mbak tak cet sisan gen berasa heritage...'

    ReplyDelete
  2. Wuiih cakep-cakep bangunan vintagenya ini ! ...

    Sayang ya waktu aku ke Malang kemarin ngga tau info kampung ini, kak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wahh harus kesini kakak. Malang raya skrg mulai peduli sama wisata heritage lho :)

      Delete
    2. Mantap !.
      Terus terang aku salut dengan kepedulian pemda di beberapa kota, termasuk kota Malang ini ikut tergerak melestarikan bangunan-bangunan kolonial dan heritage.

      Siip, lokasi kampung wisata Heritage ini kumasukin catatan dan akan kudatangi saat ke Malang lagi ntar.

      Delete
    3. Iya kaka aku jg seneng malang udah mulai peduli sama heritage, beberapa jg direstorasi jd lebih terawat gt.

      Jgn lupa pkoknya kl kesini kudu eksplor heritage nya Malang 😁

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Gojek ke bandara juanda

While waiting, jadi mending berbagi sedikit soal gojek. Karena saya adalah pengguna setia gojek, saya pengen cobain ke bandara pake gojek. Awalnya saya kira tidak bisa *itu emang sayanya aja sih yang menduga nggak bisa*, trus tanya temen katanya bisa karena dia sering ke bandara pakai motornya. Nah berarti gojek bisa dong?? Sebelum-sebelumnya kalo naek gojek selalu bayar cash, tapi kali ini pengen cobain top up go pay. Minimum top up 10ribu. Jadi saya cobain deh 30ribu dulu. Eh ternyata lagi ada promo 50% off kalo pake go pay. Haiyaaaaa kenapa ga dari dulu aja ngisi go pay hahaha. Dari kantor ke bandara juanda sekitar 8km. Kantor saya sih daerah rungkut industri. Penasarannn banget ini abang mau lewat mana ya. Tertera di layar 22ribu, tapi karena pakai go pay diskon 50% jadinya tinggal 11ribu. Bayangin tuhh... pake bis damri aja 30ribu hahaha. 11ribu udah nyampe bandara. Biasanya 15ribu ke royal plaza dari kantor haha. Lagi untung. Bagus deh. Nah sepanjang perjalanan, saya mikir ter

[Piknik] Prambanan lagi

Salah satu pesona Jawa Tengah adalah Candi Prambanan. Saya sudah 3 kali berkunjung ke situs warisan dunia ini. Candi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan jogja ini selalu menimbulkan kesan mistis bagi saya. Terletak tak jauh dari jalan raya, sehingga mengunjunginya pun sangat mudah. Berbeda dengan Candi Borobudur yang letaknya sangat jauh dari jalan raya besar.  Ok, menurut saya ada 3 cara menuju candi ini. Menggunakan bus transjogja, taksi, dan kendaraan pribadi. Bagi yang menggunakan transjogja, saya pernah menggunakannya berangkat dari daerah kampus UNY, daerah Depok Sleman. 1 kali transit, 2 kali berganti bus. Dengan harga transjogja yang kala itu, 2014, seharga 3500 rupiah. Tapi sampai saat ini masih sama harganya, menurut info dari teman. Lokasi shelter bis berada agak jauh dari pintu masuk lokasi candi, mungkin kira-kira 500meter sampai 1kilometer. Kalau jalan, menghabiskan waktu sekitar 15-20menit. Bisa juga naik becak untuk opsi yang lain. Lagi-lagi, jangan lupa men

[Book] Dunia Cecilia

'apakah kalian membicarakan hal semacam itu di surga?' 'tapi kami berusaha tidak membicarakannya dekat-dekat Tuhan. ia sangat sensitif terhadap kritik' Yap, sepenggal dialog antara Cecilia dan malaikat Ariel. Saya mengenal Jostein Gaarder sejak kuliah. Ehhhh 'mengenal' dalam artian kenal bukunya ya, kalo bisa kenal pribadi mah bisa seneng jingkrak-jingkrak hehehe. Jadi karena teman saya mendapat tugas kuliah membaca satu novel filsafat berjudul Dunia Sophie, saya jadi sedikit mengetahui si bapak Gaarder ini. Enak ya tugasnya anak sastra baca novel, tugas anak matematika ya baca sih, tapi pembuktian kalkulus -_- Dunia Cecilia ini buku pertama Jostein Gaarder yang saya baca, karena buku Dunia Shopie sangatlah berat berdasar review teman saya. Saya sih nggak perlu baca buku itu karena teman saya sudah benar-benar mahir bercerita. Jadilah saya sudah paham bener cerita Dunia Sophie tanpa membacanya. Novel ini atas rekomendasi teman saya, dia bilang kala