Skip to main content

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

[Tradisi Budaya] Menilik tradisi Lamongan

Jika proses lamaran pada umumnya adalah sang lelaki yang melamar wanita, sedikit berbeda halnya dengan Lamongan. Di Lamongan, sangatlah wajar jika para wanita yang melamar lelakinya. Hal itu masih terjadi hingga saat ini.

Agak sedikit kaget ketika mendengarkan cerita dari seorang teman yang berasal dari sana. Karena penasaran, saya akhirnya bertanya apakah nanti dia juga melakukan hal yang sama. Namun ternyata kekasihnya ingin melamarnya. Berbeda dari tradisi asal mereka.

Prosesi lamaran pun, umumnya di Indonesia lelaki datang kerumah wanitanya dan memberikan hantaran seperlunya. Nah kalau di Lamongan, wanitanya nanti akan menghantar juga kerumah lelakinya dengan hantaran yang lebih banyak dari hantaran lelakinya. Ini sih berdasarkan kasus teman saya dan dia pun mengatakan bahwa hal itu wajar terjadi di Lamongan.

Setelah melamar, prosesi selanjutnya adalah menikah. Ini juga nggak kalah ramainya. Umumnya, para undangan mendapatkan souvenir atau kue dalam kardus kecil untuk dibawa pulang setelah kondangan. Namun untuk resepsi di desa teman saya yang wanita, lagi-lagi sedikit berbeda. Setelah pulang kondangan, yang mereka bawa berupa minyak goreng seperempat liter, mi kriting seperempat kilo, dan beberapa sembako lainnya. Sehingga 'terkesan' budget yang dikeluarkan untuk resepsi lebih besar daripada jumlah amplopan. No offense ya. Jika memang niatnya mencari untung, ohh anda tidak akan bisa. Jika niatnya hanya syukuran dan berbagi, ya benar-benar harus menyiapkan budget yang besar.

Setiap kali mengunjungi teman yang ada di Lamongan, saya selalu terkesan dengan hal baru yang berbau tradisi.

Ada satu hal lagi yang ntah bagaimana, namun menurut saya itu salah satu bentuk gagal paham. Dont mean to offense ya, tapi yang ini benar-benar unik. Pertama kali kesana, kami jalan-jalan pagi. Kala itu saya belum berjilbab. Saya menggunakan celana olahraga yang panjang dan kaos yang pantas. Namun semua mata orang di desa memandangi saya dan salah seorang teman lainnya. Penasaran, saya pun bertanya kepada teman saya kenapa. Diapun menjawab jika berjilbab adalah penting disana. Tidak masalah apakah menggunakan celana atau rok pendek dengan kaos pendek, yang penting kepala tertutup jilbab. What??? Jadi nggak penting kamu pakai baju dan celana pendek asalkan kamu berjilbab.

Hmmm... agak gagal paham 😯

Nahh kemarin kan si dia abis lairan. Pulang dari sana, kami diberikan bingkisan seperti sabun deterjen setengah kilo, pewangi cucian, dan juga permen satu bungkus. Dan semua dibungkus kertas kado. Saya cuman bisa mikir, "selalu ada hal yang unik dari Lamongan setiap kali berkunjung".

Satu tempat di Indonesia memiliki tradisi yang unik dan berbeda. Cuman bisa bayangin aja, ada berapa macam wilayah di Indonesia? Dikalikan dengan tradisi tiap daerah, betapa kayanya tradisi dan budaya Indonesia ini..

Comments

Popular posts from this blog

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Cara Memilih Bacaan

Pulang - Leila Chudori Pengalaman gw mulai menyukai membaca karena bukunya yang bagus. Kata orang jangan judge buku dari sampulnya. Gw termasuk orang yang suka judge buku dari sampul. Tapi itu bukan hal yang utama dong tentunya. Itu hanya ekstra poin aja.  Pertama kali gw baca buku dan tiba-tiba suka adalah saat papa yang waktu itu pulang, bawain gw buku ensiklopedia yang isinya sejarah dan astronomi. Itu yang bikin gw langsung suka baca, karena materinya bikin gw berbinar. Itu juga awal mula gw suka astronomi.  Perjalanan sebagai pembaca tentu saja lama sekali. Beberapa genre gw coba baca, kadang suka, kadang nggak suka. Hingga akhirnya gw tau apa yang bikin gw akan baca buku itu.  "Halaman pertama tulisannya" Gaya menulis orang itu pasti selalu berbeda. Meskipun mirip dengan yang lain, pasti akan ada karakter pembedanya. Itu biasanya terlihat dari halaman pertama tulisannya. Bayangkan, meski materinya bagus tapi penyampainya nggak bagus juga nggak akan nyangkut di pemb...

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...