Skip to main content

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

[Piknik] Mengintip Merapi dari Ketep Pass

Berencana melihat gunung Merapi dari Ketep Pass, berangkatlah kita dari Borobudur menuju Ketep Pass menggunakan motor. Sumpah jauh banget. dari Borobudur ke jalan gede aja setengah jam, dan menuju Ketep Pass juga sekitar setengah jam. Melalui jalan berkelok-kelok dan menanjak, untung saja si motor bebek bisa diajak kompromi. Sehingga kita bisa sampai diatas dengan selamat hehhee

*yang nggak selamat itu warna kulitnya si dia, terbakar gosong sempurna*

Jalan menuju sana merupakan jalan pegunungan yang menanjak berkelok-kelok. Lebih mudah jika menggunakan motor menuju Ketep Pass. Bisa juga sih menggunakan mobil, tapi jalanan sangat kecil, berkelok-kelok, menanjak menurun, jadi kalau supirnya amatiran sepertiku yaaa nggak bakalan bisa lah nyetir disana. Bisa-bisa malah nabrak rumah orang lagi.

Lebar jalan mungkin sekitar 5 meteran untuk 2 arah. Jadi ya bisa dibayangkan bagaimana kecilnya. Untuk orang yang sudah terbiasa mah nggak masalah. Tapi untungnya, meskipun beberapa sisi jalan ada yang rusak, namun 80% jalanan beraspal bagus kok. Layak untuk dilalui.

Sisi kanan kiri sepanjang perjalanan, tentu saja hamparan hijau daerah pegunungan. Sejenak ketika memasuki daerah Ketep, saya pun membayangkan saya sedang berada di daerah yang gunungnya pernah mengamuk beberapa tahun yang lalu. Beberapa tahun yang lalu, ada juru kunci yang tidak mau mengungsi karena menganggap Merapi butuh dia untuk menjaganya yang berakhir dengan hilangnya nyawa sang juru kunci akibat sapuan abu panas gunung Merapi. Agak ngeri sih waktu itu. Tapi Merapi sudah berbenah. Jadi tidak ada bekas yang terlalu terlihat dari letusan itu. *Dan saya lupa siapa nama mbah fenomenal itu*

Sampai di Ketep Pass, tempat pengamatan gunung Merapi, seperti biasa harga tiket masuk lokal dan mancanegara dibedakan. Beda harga maksudnya. Lokal hanya membayar sekitar 6ribu atau berapa, dibawah 10ribu seingat saya. Sedangkan mancanegara membayar sekitar 24ribu. Lagi-lagi itu tiket weekend *kapan lagi bisa halan-halan kalo nggak weekend*. Setelah membayar tiket masuk dan parkir motor, kami menuju kantin. Ya gegara si dia pengen ngopi cantik sambil menikmati Merapi.

Oiya, tiket sudah termasuk free softdrink.

Sayangnya, saat itu sedang mendung. Jadi Merapi bersembunyi tepat dibalik awan. Antara bagus nggak bagus sih. bagus karena mendung, means nggak terlalu terik. Nggak bagus karena kita jadi nggak bisa liat Merapi dari dekat. Yahh apa boleh buat, akhirnya bisa melihat dan menikmati Merapi dari dekat bersama kekasih heehe. Eh iya, ngopi cantik sambil makan mendoan yang cuman seribuan lho. Lagi-lagi, harganya masih normal untuk ukuran tempat wisata.

Disana ada fasilitas museum dan movie. Waktu membeli tiket bapaknya sempet nanya nama dan asal saya, sempet mikir juga ngapain sih nih orang nanya-nanya. Eh ternyata itu digunakan untuk memanggil kita ketika kita nggak juga hadir di teater mereka untuk melihat film dokumenter tentang Merapi.

"Ibu Prisca dari Malang", gue kira cuman halusinasi ternyata beneran hahaha

Kemarin nggak sempet masuk museumnya, nggak sempet liat-liat karena si dia pengennya cuman liat Merapi dari dekat. Ya ujung-ujungnya kita foto-foto sih.

Dan yea, sepanjang perjalanan hawa menuju Merapi sangat segar sekali. Kanan kiri hijau, liat anak-anak sekolah bergerombol jadi ingat masa muda haha.. Mereka juga rajin menyapa si dia dengan panggilan mister lah, difoto eh mereka keranjingan. Lucu aja liatnya

*no picture, saya lupa taro fotonya dimana*

Comments

Popular posts from this blog

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Mengenal Nyai, Eyang Buyut Orang Indo Kebanyakan

  Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya tentang darah campuran Eropa, saya pernah janji nulis tentang orang Indo dan Nyai, nenek buyut dari para Indo kebanyakan. Sekarang kita liat definisi dari Indo sendiri. Jadi Indo (Indo-Europeaan atau Eropa Hindia) adalah para keturunan yang hidup di Hindia Belanda (Indonesia) atau di Eropa yang merupakan keturunan dari orang Indonesia dengan orang Eropa (Kebanyakan Belanda, Jerman, Prancis, Belgia). Itulah kenapa saya agak risih mendengar orang menyebut Indonesia dengan singkatan Indo. Karena kedua hal itu beda definisi dan arti. Sekarang apa itu Nyai? Apa definisi dari Nyai? Nyai adalah seorang perempuan pribumi (bisa jadi orang Indonesia asli), Tionghoa dan Jepang yang hidup bersama lelaki Eropa di masa Hindia Belanda. Hidup bersama atau samenleven yang artinya kumpul kebo, tidak menikah. Fungsinya nyai itu apa? Fungsinya diatas seorang baboe dan dibawah seorang istri, tapi wajib melakukan kewajiban seorang baboe dan istri. Karena mem

Soal ujian TOPIK vs EPS TOPIK

Setelah membahas perbedaan TOPIK dan EPS TOPIK , kali ini saya akan menulis materi tentang apa saja yg diujikan *agak sedikit detail ya*. Pengalaman mengikuti dan 'membimbing' untuk kedua ujian tersebut, jadi sedikit banyak mengetahui detail soal yg diujikan. Dimulai dari EPS TOPIK. Jika anda adalah warga yg ingin menjadi TKI/TKW di Korea, lulus ujian ini adalah wajib hukumnya. Kebanyakan dari mereka ingin cara singkat karena ingin segera berangkat sehingga menggunakan cara ilegal. Bahkan ada yg lulus tanpa ujian. Bisa saja, tapi di Korea dia mlongo. Untuk soal EPS TOPIK, soal-soal yg keluar adalah materi tentang perpabrikan dan perusahaan semacem palu, obeng, cangkul, cara memupuk, cara memerah susu sapi, cara mengurus asuransi, cara melaporkan majikan yg nggak bener, cara membaca slip gaji, sampai soal kecelakaan kerja. Intinya tentang bagaimana mengetahui hak dan kewajiban bekerja di Korea termasuk printilan yang berhubungan dengan pekerjaan. Karena yang melalui jalur ini