Skip to main content

Mengunjungi Moscow Pertama Kali

Moscow Bukan jadi negara yang ada di daftar kunjungan impian, but I did it anyway.  Jujur waktu pertama kali dapat info ke Rusia, agak deg-degan banget. Kayaknya gara-gara gw terlalu banyak nonton film yang ada hubungan Rusia-nya. Tapi ya dijalani aja karena ke sana buat ketemu suami.  Perjalanan gw mulai dari apply e-visa yang gampang banget itu, tentunya juga dengan tiket yang sudah di tangan. Di konter check in bandara Bali, pertanyaan yang gw dapatkan sedikit agak panjang. Gw bisa lihat di muka mbaknya, "Ngapain ke Rusia lu?" Kira-kira begitu, tapi tentu saja pertanyaan formal yang gw dapetin ya semacam apakah visanya udah pernah dipakai apa belum, ngapain ke Rusia, trus visanya minta difoto (ini nggak pernah terjadi di gw), krosceknya agak lama dikit.  Masuk ke custom check, kita nggak bisa pakai autogate karena di Rusia akan diminta stempel keluar negara kita. Jadi harus manual minta stempel. Seperti biasa, perjalanan interaksi gw dengan orang imigrasi di bandara selal

Saatnya mengubah orientasi


Orang sering salah mengartikan jika bersekolah nanti kau harus menyelesaikannya dengan tepat dan lulus dengan nilai yang bagus. Dulu saya memang seperti itu. Dulu saya sangat memandang kalau nilai yang bagus akan membawa dampak yg bagus. Iya memang, tapi itu bonus. Itu bukan tujuan utama orang bersekolah. Jika saja mereka tau dan menyadarinya.
Nilai yang bagus, lulus kuliah dengan predikat kumlot, menjadi juara internasional, jelas menjadi satu kebanggan tersendiri bagi seseorang, atau sebut saja orangtua. Orangtua seringkali menginginkan anaknya menjadi juara kelas dan mendapatkan nilai terbaik. Pola pikir yang seperti itu menjadikan kita salah jalan. Salah jalan gimana maksudnya? Yang kita kejar hanya nominal, bukan intisarinya. Nilai tentu saja menjadi barometer penilaian tingkat pemahaman siswa. Tapi lagi-lagi itu bukan tujuannya. Nilai bagus itu bonus kawan. Saya ingat betul kata guru saya, beliau mengatakan “kowe arep njaluk nilai piro? Ngomongo ae, aku lo nilai gak kulakan. Nilaiku gratis, sak njalukmu tak kek I”. artinya kurang lebih beliau akan memberikan kita nilai berapapun karena nilai itu gratis dan tidak membeli di grosiran terlebih dahulu. Tapi nilai yg gratis itu tetap harus sebanding dengan pemahaman yang didapat. Jika ingin nilai 9, maka pemahaman yg didapat juga harus selevel 9 dong. Hal itu juga saya terapkan ketika mengajar.

Orientasi akan nilai membuat siswa-siswa kita berorientasi kosong. Bukan pada pemaham tapi pada “ah yang penting lulus dapat nilai bagus”. Tanpa disadari itu sudah menjadi salah satu kelemahan bangsa ini. Siswa akan cenderung menghafal tanpa memahami. Itu juga terjadi juga kepada saya dahulu. Tapi setelah merubah orientasi, langkah menjadi pemahaman bukan menghafal. Kalau dipikir-pikir, kita sekolah minimal sampai SMA dan apa yg kita dapatkan sebanyak belasan tahun tersebut? Tidak ! yang kita dapatkan mungkin hanya secuil persen dari belasan tahun yg kita habiskan untuk besekolah. Sekolah memang menyenangkan dg adanya teman seperjuangan, atau guru yg menyenangkan. Apapun itu sekolah memang menyenangkan. Tapi alangkah lebih menyenangkan dan menguntungkan jika kita mendapatkan banyak hal juga selama itu.

Jika kita terus berorientasi pada nilai, ini akan menjadikan kita orang yang selalu berpegang teguh pada hafalan dan kita akan jadi sarjana hafalan. Hanya paham dan unggul dalam teori tapi nol dalam praktek itu juga percuma. Ketika terjun dalam kehidupan, apakah kita hanya akan mengatakan “LAh, dibuku seperti itu pak? Lho dibuku kok gak kayak gitu?”. Apa yg terjadi dalam kehidupan adalah hal yg fleksibel. Tidak semua hal bisa disamakan dengan teori atau buku  diktat.

Saya bukan seorang sarjana dengan lulusan terbaik. Nilai saya pas-pasan, saya akui. Soal ilmu semua hanya ilmu yg saya sukai saja yg saya ingat, selebihnya tidak. Tapi saya akui selama kuliah saya mendapatkan banyak hal, kemampuan berpikir juga berkembang, skill yang lain juga berkembang. Saya bisa mempelajari bahasa asing yang mana membawa saya ke pekerjaan saya saat ini.

Kalau ada yang tanya, orang diterima kerja kan yg nilainya bagus? Hmm gak juga sih, itu semua tentang manajemen diri kita sendiri. Saat kita bisa me-manage diri  kita dengan baik dan kita bisa adaptasi dengan lingkungan baru dengan baik, kita bisa kok. Buktinya, dengan IP pas-pasan saya bisa juga diterima di perusahaan yg bagus *kata orang*. Ini kita kalau mengejar soal pekerjaan itu. Tapi semuanya kembali kepada diri kita sendiri dan mendengar apa yg benar2 kita inginkan. Soft skill itu jauh lebih dibutuhkan dalam kehidupan. Kembangkan soft skill yang dimiliki, cari keinginan dan kemampuan yg ingin dikembangkan, gali lebih dalam dan berjuanglah. Karena pintu rezeki itu datangnya tidak dari satu pintu saja, dia bisa datang dari arah mana saja 😊

Comments

Popular posts from this blog

Pakai eSIM Untuk 30 Hari di Belanda

Amsterdam Ini pertama kalinya beli eSIM. eSIM ini nggak semua ponsel bisa, kebetulan aja gw beli karena ya ponsel gw bisa dipake eSIM. Sebelumnya sih gw jarang banget beli kuota internet kalau ke luar Indonesia. Kalau dibilang mahal buanget sih tergantung negaranya ya, cuma kadang males. Jadi kalau lagi di luar dan nggak ada internet gw bisa bilang "Wah lagi nggak ada internet gw di luar" 😅 Nah, gw pilih eSIM karena mikir kalau pake alat   macem mifi begitu pasti harus pick up alatnya, kalau beli SIMCARD ribet harus kasih paspor, harus ganti kartunya juga. Lalu terbesitlah eSIM. Gw cari beberapa eSIM yang banyak beredar buat di Eropa. Tadinya mau milih Simyo tapi harus abonemen bulanan. Ah nggak dulu deh. Kalau lamaan di sana aja baru okelah.  Tiap kali ke luar negeri, gw nggak pernah pakai roaming dari kartu gw sendiri karena menakutkan harganya. Tidak  worth it.  Akhirnya gw nemu eSIM dari  Maya . Menurut gw, kartu ini termasuk bersaing harganya. Gw beli yang 3GB dengan ha

Dapet Visa UAE (Dubai) Gampang Banget

Dubai creek Beberapa waktu yang lalu, kita pusing berat karena H dapet libur kali ini cuman 10 hari. 10 hari dari yang biasanya 14 hari. Akhrinya diputuskan untuk tetap mengambil libur tapi nggak ke Indonesia.  Ternyata, beberapa hari kemudian, dia bilang, kalau liburnya malah jadi 7-8 hari aja. Mau ga mau saya yang harus kesana. Maksudnya terbang mendekatinya. Udah milih-milih negara mana yang harganya rasional, yang ga banyak makan waktu buat terbangnya H, dan tentunya ga ribet urus visa buat pemegang paspor hijau yang ga sesakti paspornya H.  Btw warna paspor Indonesia jadi biru ya sekarang?? Pilihan jatuh ke Dubai. Pemegang paspor hijau harus bikin visa, ya pusing lagi deh cara bikin visa Dubai nih gimana. Apa iya sesusah bikin visa schengen, visa US, visa lainnya. dari persyaratan sih standar ya, termasuk  record  bank account selama 3 bulan. Emang nggak pernah bikin visa Dubai sebelumnya ya, apalagi H yang paspornya super sakti kemana-mana (hampir) ga perlu visa, dia ga pernah ad

Gampangnya Apply e-visa Rusia

Red square Jadi, WNI diberi kemudahan untuk ke Rusia. Cukup dengan apply e-visa yang bisa didapatkan dalam hitungan hari saja. Meskipun sudah sering apply e-visa, tapi e-visa Rusia ini agak unik formulirnya. Jadi sebelum apply, gw baca gimana caranya di sini yang amat sangat runtut dan mudah dipahami. Sebelum isi formulir online, ada baiknya siapkan foto 3.5 x 4.5 dengan background putih dulu. Setelah itu jangan lupa untuk beli asuransi. Karena agak kepikiran, gw putuskan untuk beli asuransi dari perusahan yang ada di sana. Asuransi yang gw beli dari sini . Tadinya setelah beli kok nggak ada info apapun, bahkan bukti bayar pun nggak ada. Tapi petugasnya cukup tangkas setelah gw email, gw langsung dapat asuransinya. Nomer asuransi diperlukan untuk mengisi formulir, jadi harus beli asuransi sebelum apply visa.  Nah, bagi gw, ini formulir baru kali ini dapat pertanyaan yang unik-unik semacam apakah pernah pelatihan militer, wajib militer, pernah pegang / punya senjata, bahkan sampai nany