Skip to main content

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Catatan Kuliah (5) : Minor di jurusan matematika

Pemberontak

Hingga tahun ketiga atau semester 5 kita mulai untuk memilih penjurusan, disitulah kita mulai berpisah. Penjurusan ini sering gw sebut minor. Jadi kalo gw tulis di resume ya mayor gw matematika, minor gw komputasi.

Berikut adalah urutan minor dari yang paling rame sampe yang paling sepi :

Minor sejuta umat, Statistika

Kenapa sejuta umat? Karena katanya gampang. Gampang dari mana sih gw bingung, kerjanya ngolah data doang. Merekayasa data juga. Merekayasa ini ya nggak yang bohongi orang lah tentunya, nggak gitu. Yaaa paling dibuletin lah dikit-dikit. Minitab, SPSS itu sahabat mereka. Gatau lah data diolah gimana jadinya yang duh nggak nyampe di otak gw. Selain matakuliah statistik yang wajib, gw cuma ikut statistik pilihan dua matakuliah. Itupun terpaksa karena harus ada sekian persen (dibawah 50%) ambil matakuliah dari minor lain. Ada statistika terapan yang gw ambil (nyesel gw ambil ini) dan juga aktuaria. Nah aktuaria ini gw ambil karena dosennya murah nilai, tapi gw selese kuliah ini nggak paham apa-apa tapi dapet A. Karena dosennya nyuruh kita nulis nilai yang kita mau. Ya jelas A lah. Gw inget pertanyaan beliau ketika masuk kelas di hari pertama, "Sesuatu ini harus dibayarkan ketika ikut asuransi, disebut apa?" Satu kelas nggak ada yang bisa jawab. Kemudian beliau bilang "PREMI YA ALLAH, KALIAN KEBANGETAN BANGET SIH PREMI AJA GAK TAU" 😂 Ya emang gw nggak tau mau gimana dong 😆

Minor bagi pemberontak, Komputasi

Kenapa pemberontak? Karena kita merasa terjebak di matematika. Banyak dari kita yang ternyata lebih suka coding dan atur logika daripada pembuktian teorema. Apalagi setelah merasakan manisnya mengolah basis data dan mengkoneksikannya ke program buatan sendiri, woah. Itu rasanya ngerasa pinter kayak hacker. Minor ini juga sering diambil orang statistika karena katanya nggak semikir lainnya. Tapi ya mereka sama kek gw di kelas statistika, hanya memenuhi berapa persen tadi yang diwajibkan. Tanya aja ke anak komputasi gimana cara mereka menyelesaikan coding mampet? Dari mimpi. Biasanya coding yang ga bisa terpecahkan selalu kebawa mimpi dan di mimpi eh codingnya jadi. Kadang juga udah bener kodenya tapi tetep salah, solusinya adalah copy paste aja kode yang sama. Biasanya masalah terselesaikan. Aneh sih tapi sering begitu.

Sebenernya sih, kita pake banyak logika di pemrograman yang tentunya juga dipelajari di kelas matematika lainnya. Cuma nggak pembuktian teorema tetek bengek aja, lebih ke langsung penyelesaian masalah jadinya keliatan ada gunanya. 

Minor bagi orang yang berharap mampu menerapkan ilmu matematika dengan cepat, Matematika Terapan

Sesuai namanya, orang yang pilih minor ini adalah orang yang lempeng dan berharap bermanfaat bagi bangsa dan negara. Karena seperti yang udah gw tulis sebelumnya kalau matematika itu hanya "babu" dari ilmu eksakta lainnya, disini mereka bisa menemukan dunia mereka. Seperti pemanfaatan penjadwalan, penentuan rute tercepat dan terpendek, dll dll. Seru sih sebenernya, tapi males ikut lol.

Minor bagi orang yang suka dengan hal absurd, Aljabar

Sesuai namanya, minor ini itu terdengar nggak masuk akal banget buat gw. Gw dapet dasarnya aja udah pusing.

Minor bagi orang dengan idealisme tinggi dan nggak masuk akal, Analisis.

Jadi kalau aljabar itu absurd, analis itu lebih nggak masuk akal lagi. Tapi mereka bersaing dalam jumlah pendaftar kuliahnya. Kurang dari 5. Sedangkan kelas baru dibuka jika peminatnya minimal 5 orang. Sampe mohon-mohon yang niat ikut ini biar kelasnya dibuka walaupun kurang dari 5 orang.

Tapi secara keseluruhan, ilmu matematika itu dipake kok dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun nggak semudah fisika untuk menemukannya, tapi tetep dipake kok. Kelasnya aja yang beda 😉 Yang paling gampang adalah penjadwalan pegawai atau kelas, penentuan rute terpendek dan terjauh (yang level up yooo). Seru kalau kita tau seketika hasilnya. Tapi kalau diangan-angan itu cuma orang tertentu aja yang mampu menembusnya. Dan itu bukan aku 😂

Cerita sebelumnya disini ya

Comments

  1. Wah kayaknya kalo gue masuk jurusan matematik, gue bakalan masuk ke komputasi juga deh. Pemberontak mania. Huehehehe. *tapi untung nggak masuk matematika :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. wahhhh tos sesama pemberontak harus bergandengan *ehh

      Delete
  2. Kunjungan perdana. Salam kenal neng geulis...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo salam kenal juga, trimakasih sudah berkunjung :)

      Delete
  3. Aku masuk matematika, sesuke mesti resign dadi mahasiswa

    Wkwkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. lho aku iki didukuni makane kuat dadi mahassiwa. kok yo coba ora diewangi dukun yo resign mben e dadi mahasiswa

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

If Money Wasn't The Problem, What Would You Do?

In this extraordinary life, I would be a teacher still.  Helping people to understand even some little things to make them feel worthy and understand themselves better. It seems that teaching has become a calling for me. Not about teaching such specific subject like mathematics or so, but more like... I like to give new perspectives for people, and having them saying "Oh.... I see..." is satisfying for me. Of course, by teaching I can learn so many new perspectives from different people too. It's like the more I teach the more I learn, and that is so true. Maybe more like a guide. I like giving guidance to people who needs it. No, I don't like giving unsolicited guiding. I like to guide people who wants to be guided. I'd teach them how to love, love themselves first. Yea sure when we are talking about things, they would say "do useful things like engineering, plumbing, this and that" but they tend to forget that we need some balance in life. Not saying t

Gojek ke bandara juanda

While waiting, jadi mending berbagi sedikit soal gojek. Karena saya adalah pengguna setia gojek, saya pengen cobain ke bandara pake gojek. Awalnya saya kira tidak bisa *itu emang sayanya aja sih yang menduga nggak bisa*, trus tanya temen katanya bisa karena dia sering ke bandara pakai motornya. Nah berarti gojek bisa dong?? Sebelum-sebelumnya kalo naek gojek selalu bayar cash, tapi kali ini pengen cobain top up go pay. Minimum top up 10ribu. Jadi saya cobain deh 30ribu dulu. Eh ternyata lagi ada promo 50% off kalo pake go pay. Haiyaaaaa kenapa ga dari dulu aja ngisi go pay hahaha. Dari kantor ke bandara juanda sekitar 8km. Kantor saya sih daerah rungkut industri. Penasarannn banget ini abang mau lewat mana ya. Tertera di layar 22ribu, tapi karena pakai go pay diskon 50% jadinya tinggal 11ribu. Bayangin tuhh... pake bis damri aja 30ribu hahaha. 11ribu udah nyampe bandara. Biasanya 15ribu ke royal plaza dari kantor haha. Lagi untung. Bagus deh. Nah sepanjang perjalanan, saya mikir ter

Ujian hari senin

Kejadian ini terjadi tepat senin minggu lalu. Baru kali itu aku merasa 'WOW.. ini senin yeay'. Karena biasanya 'haduhh udah senen lagi'. Kebayang kan kalo seneng begitu dihari senen menyambut pagi dan hari itu rasanya langka banget. Otomatis pengennya hari itu berlangsung indah. Jam setengah 9 pagi, seperti biasa ke pantry ambil minum bareng sama temen sebangku. Dia bikin teh, aku nyuci botol sekalian ngisi dong. Seperti biasa juga, kadang aku males sih nyuci botol dengan ritual lengkapnya, akhirnya cuman bilas pake air panas. Ya mungkin nggak sampe 50 ml juga. Dikit banget deh. Temen juga selalu bersihin gitu gelasnya pake air panas. Pic source is here Eh lakok lakok... si bapak pantry yang serem itu tiba-tiba bilang 'Gak bisa ya gak nyuci botol pake air panas? Tiap sore itu banyak komplain gara-gara airnya abis'. Yakaliii air abis tinggal isi aja, ibu yang dulu aja nggak pernah ada komplain. Ya aku bilang lah ini cuman dikit, lagian yang ngelakuin ini