Skip to main content

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Ke Jodipan Kita Berfoto



Karena adik terkecil belum pernah ke kampung warna warni + kampung tridi, jadilah liburan ini dia minta kesana. Tiket masuk 3ribu per orang dan dapet gantungan kunci flanel yang bisa dicantolin dimanapun yang engkau suka.

Ini kampung warna warni dan kampung tridi ini beda pintu masuk ya, mereka tersambung jembatan kaca sih. Tapi kalau mau nyebrang kesana kudu bayar lagi 3ribu. Semacam pintu masuk didalam pintu masuk lainnya. 

Parkiran motor tersedia didalam, tapi parkir mobil yang ntah sebelah mana. Bahkan kalau naik taksi pun agak susah turun yang pinggir jalan raya yang rame itu, karena sering bikin macet juga. Jadi harus pinter milih tempat turun aja sih. Oiya parkir motor harganya 3-4ribu.

Kampung ini menurut gw keren sih. Bisa berubah dari kampung kumuh pinggir kali brantas, tiba-tiba modal cat aja nih bisa bikin banyak orang dateng. Dan usut punya usut (ini nenek gw kepoin si tukang tiket karena si nenek ga mau jalan masuk krn udah pernah), sehari kalau pas rame weekend atau hari libur gini bisa hasilin 3juta dari tiket tadi. Per tiket 3ribu, kalau 3juta berarti kan bisa sampe 1000orang per harinya. Tapi kalau pas sepi yaaa penghasilan dari tiket dibawah sejuta.

 

Modal cat sekampung dan juga gambar yang menarik 3dimensi di tembok-temboknya, ditambah dengan warganya yang menjual berbagai jenis makanan seperti pecel, sempol, cilok, es krim aice, es degan, dan es es lainnya pun, mereka bisa menambah penghasilan untuk hidup sehari-hari.

Meskipun dengan kata lain, privasi mereka pun akan sedikit terganggu seperti obrolan atau teriakan manusia-manusia pengunjung di siang hari dan menggangu tidur manis para bayi maupun para orangtua. Yaaa... you lose something, you get something else in return.

Tapi tipe-tipe kampung bertema seperti ini rupanya sangat bagus untuk menambah penghasilan warga lokal. Selain kampung tridi dan kampung warna warni ini, di seberangnya ada kampung biru yang warnanya emang bener-bener biru dari depan sampai belakang. Ada juga Kampoeng heritage yang belum terlalu terjamah turis (mungkin karena banyak orang yg nggak terlalu suka konsep heritage. mungkin). Jadi disini bisa dilihat kalau orang-orang sedang berlomba menarik turis dengan konsep blusukan ke kampung begini.

Sederhana aja sih harapannya, semoga bentuk wisata sederhana seperti ini bisa mendukung perekonomian lokal tapi disisi lain semoga Malang ga tambah macet dengan banyaknya wisatawan yang datang berkunjung LOL! Mana bisa marimaarrrrr 😂

Yawess itulah pokoknya 😄

Comments

  1. Wah keren ya mbak, dari kampung biasa jadi luar biasa.. didaerah lain juga ada nih yang kaya begini termasuk di kampung sebelah juga diginiin :D Yaa apapun itu asalkan positif lanjutkan.. Hehehe
    salam kenal yaa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya banyak juga di daerah lain diginiin. sekarang masanya berkunjung ke tempat yg instagramable, jd wisata gini pasti menarik perhatian dan tentunya bawa penghasilan tambahan juga yaa

      salam kenal juga yaaaa :)

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Cara Memilih Bacaan

Pulang - Leila Chudori Pengalaman gw mulai menyukai membaca karena bukunya yang bagus. Kata orang jangan judge buku dari sampulnya. Gw termasuk orang yang suka judge buku dari sampul. Tapi itu bukan hal yang utama dong tentunya. Itu hanya ekstra poin aja.  Pertama kali gw baca buku dan tiba-tiba suka adalah saat papa yang waktu itu pulang, bawain gw buku ensiklopedia yang isinya sejarah dan astronomi. Itu yang bikin gw langsung suka baca, karena materinya bikin gw berbinar. Itu juga awal mula gw suka astronomi.  Perjalanan sebagai pembaca tentu saja lama sekali. Beberapa genre gw coba baca, kadang suka, kadang nggak suka. Hingga akhirnya gw tau apa yang bikin gw akan baca buku itu.  "Halaman pertama tulisannya" Gaya menulis orang itu pasti selalu berbeda. Meskipun mirip dengan yang lain, pasti akan ada karakter pembedanya. Itu biasanya terlihat dari halaman pertama tulisannya. Bayangkan, meski materinya bagus tapi penyampainya nggak bagus juga nggak akan nyangkut di pemb...

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...