Skip to main content

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Ke Jodipan Kita Berfoto



Karena adik terkecil belum pernah ke kampung warna warni + kampung tridi, jadilah liburan ini dia minta kesana. Tiket masuk 3ribu per orang dan dapet gantungan kunci flanel yang bisa dicantolin dimanapun yang engkau suka.

Ini kampung warna warni dan kampung tridi ini beda pintu masuk ya, mereka tersambung jembatan kaca sih. Tapi kalau mau nyebrang kesana kudu bayar lagi 3ribu. Semacam pintu masuk didalam pintu masuk lainnya. 

Parkiran motor tersedia didalam, tapi parkir mobil yang ntah sebelah mana. Bahkan kalau naik taksi pun agak susah turun yang pinggir jalan raya yang rame itu, karena sering bikin macet juga. Jadi harus pinter milih tempat turun aja sih. Oiya parkir motor harganya 3-4ribu.

Kampung ini menurut gw keren sih. Bisa berubah dari kampung kumuh pinggir kali brantas, tiba-tiba modal cat aja nih bisa bikin banyak orang dateng. Dan usut punya usut (ini nenek gw kepoin si tukang tiket karena si nenek ga mau jalan masuk krn udah pernah), sehari kalau pas rame weekend atau hari libur gini bisa hasilin 3juta dari tiket tadi. Per tiket 3ribu, kalau 3juta berarti kan bisa sampe 1000orang per harinya. Tapi kalau pas sepi yaaa penghasilan dari tiket dibawah sejuta.

 

Modal cat sekampung dan juga gambar yang menarik 3dimensi di tembok-temboknya, ditambah dengan warganya yang menjual berbagai jenis makanan seperti pecel, sempol, cilok, es krim aice, es degan, dan es es lainnya pun, mereka bisa menambah penghasilan untuk hidup sehari-hari.

Meskipun dengan kata lain, privasi mereka pun akan sedikit terganggu seperti obrolan atau teriakan manusia-manusia pengunjung di siang hari dan menggangu tidur manis para bayi maupun para orangtua. Yaaa... you lose something, you get something else in return.

Tapi tipe-tipe kampung bertema seperti ini rupanya sangat bagus untuk menambah penghasilan warga lokal. Selain kampung tridi dan kampung warna warni ini, di seberangnya ada kampung biru yang warnanya emang bener-bener biru dari depan sampai belakang. Ada juga Kampoeng heritage yang belum terlalu terjamah turis (mungkin karena banyak orang yg nggak terlalu suka konsep heritage. mungkin). Jadi disini bisa dilihat kalau orang-orang sedang berlomba menarik turis dengan konsep blusukan ke kampung begini.

Sederhana aja sih harapannya, semoga bentuk wisata sederhana seperti ini bisa mendukung perekonomian lokal tapi disisi lain semoga Malang ga tambah macet dengan banyaknya wisatawan yang datang berkunjung LOL! Mana bisa marimaarrrrr 😂

Yawess itulah pokoknya 😄

Comments

  1. Wah keren ya mbak, dari kampung biasa jadi luar biasa.. didaerah lain juga ada nih yang kaya begini termasuk di kampung sebelah juga diginiin :D Yaa apapun itu asalkan positif lanjutkan.. Hehehe
    salam kenal yaa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya banyak juga di daerah lain diginiin. sekarang masanya berkunjung ke tempat yg instagramable, jd wisata gini pasti menarik perhatian dan tentunya bawa penghasilan tambahan juga yaa

      salam kenal juga yaaaa :)

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Mengenal Nyai, Eyang Buyut Orang Indo Kebanyakan

  Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya tentang darah campuran Eropa, saya pernah janji nulis tentang orang Indo dan Nyai, nenek buyut dari para Indo kebanyakan. Sekarang kita liat definisi dari Indo sendiri. Jadi Indo (Indo-Europeaan atau Eropa Hindia) adalah para keturunan yang hidup di Hindia Belanda (Indonesia) atau di Eropa yang merupakan keturunan dari orang Indonesia dengan orang Eropa (Kebanyakan Belanda, Jerman, Prancis, Belgia). Itulah kenapa saya agak risih mendengar orang menyebut Indonesia dengan singkatan Indo. Karena kedua hal itu beda definisi dan arti. Sekarang apa itu Nyai? Apa definisi dari Nyai? Nyai adalah seorang perempuan pribumi (bisa jadi orang Indonesia asli), Tionghoa dan Jepang yang hidup bersama lelaki Eropa di masa Hindia Belanda. Hidup bersama atau samenleven yang artinya kumpul kebo, tidak menikah. Fungsinya nyai itu apa? Fungsinya diatas seorang baboe dan dibawah seorang istri, tapi wajib melakukan kewajiban seorang baboe dan istri. Karena mem

Soal ujian TOPIK vs EPS TOPIK

Setelah membahas perbedaan TOPIK dan EPS TOPIK , kali ini saya akan menulis materi tentang apa saja yg diujikan *agak sedikit detail ya*. Pengalaman mengikuti dan 'membimbing' untuk kedua ujian tersebut, jadi sedikit banyak mengetahui detail soal yg diujikan. Dimulai dari EPS TOPIK. Jika anda adalah warga yg ingin menjadi TKI/TKW di Korea, lulus ujian ini adalah wajib hukumnya. Kebanyakan dari mereka ingin cara singkat karena ingin segera berangkat sehingga menggunakan cara ilegal. Bahkan ada yg lulus tanpa ujian. Bisa saja, tapi di Korea dia mlongo. Untuk soal EPS TOPIK, soal-soal yg keluar adalah materi tentang perpabrikan dan perusahaan semacem palu, obeng, cangkul, cara memupuk, cara memerah susu sapi, cara mengurus asuransi, cara melaporkan majikan yg nggak bener, cara membaca slip gaji, sampai soal kecelakaan kerja. Intinya tentang bagaimana mengetahui hak dan kewajiban bekerja di Korea termasuk printilan yang berhubungan dengan pekerjaan. Karena yang melalui jalur ini