Moscow Bukan jadi negara yang ada di daftar kunjungan impian, but I did it anyway. Jujur waktu pertama kali dapat info ke Rusia, agak deg-degan banget. Kayaknya gara-gara gw terlalu banyak nonton film yang ada hubungan Rusia-nya. Tapi ya dijalani aja karena ke sana buat ketemu suami. Perjalanan gw mulai dari apply e-visa yang gampang banget itu, tentunya juga dengan tiket yang sudah di tangan. Di konter check in bandara Bali, pertanyaan yang gw dapatkan sedikit agak panjang. Gw bisa lihat di muka mbaknya, "Ngapain ke Rusia lu?" Kira-kira begitu, tapi tentu saja pertanyaan formal yang gw dapetin ya semacam apakah visanya udah pernah dipakai apa belum, ngapain ke Rusia, trus visanya minta difoto (ini nggak pernah terjadi di gw), krosceknya agak lama dikit. Masuk ke custom check, kita nggak bisa pakai autogate karena di Rusia akan diminta stempel keluar negara kita. Jadi harus manual minta stempel. Seperti biasa, perjalanan interaksi gw dengan orang imigrasi di bandara selal
Cerita ini bermula dari suami seorang teman yang bercerita kepada istrinya yaitu teman kami dan kemudian teman kami menceritakan ulang kepada kami ......skip.....
Alkisah seorang suami dari seorang teman ini bercerita bahwa kejadian kasus pembuangan bayi meningkat di bulan September ini, di kota seberang. Analisa sementara mengacu pada kemungkinan kasus free sex without protection pada awal tahun baru 2017. Pas ya, 9 bulan kan?
Terlepas dari siapa pelakunya, usia berapa pelakunya, bagaimana latar belakang sosialnya, ingin hati saya mengatakan mereka adalah bajingan, namun apa daya... mungkin saja kebanyakan dari mereka juga korban. Korban pemerkosaan misal. Untuk kasus pemerkosaan, jelas saya tidak bisa menulis lebih jauh karena memang kejadiannya adalah kecelakaan. Tapi bagaimana dengan kasus suka sama suka yang ingin mengejar nikmatnya duniawi tanpa memikirkan hal yang jauh ke depan?
Saya tidak berbicara soal agama disini. Karena semua agama yang saya tahu melarang hubungan seksual sebelum nikah. Yang saya ingin tuliskan disini adalah bagaimana pendidikan seks masih dianggap tabu hingga tidak pantas diajarkan kepada anak. Hal yang paling sederhana dari kegiatan koitus adalah proses sperma bertemu dengan ovum, dan berpotensi menjadikan itu suatu kehamilan. Sederhana kan? Tapi kenapa banyak yang nggak paham?
Kita anggap saja remaja belasan tahun pelakunya, yang masih bau kencur dan ingin merasakan hal-hal 'enak' tanpa mengetahui efek samping dari hal yang dilakukannya. Efek samping pasti sudah diketahuinya, tapi dia tidak menghiraukan efek samping tersebut. Yang penting enak, klimaks, enak lagi. Jangankan yang belasan tahun, yang sepantaran saya aja, ada yang begitu. Seks sebelum nikah, tapi tanpa peduli proteksi apapun, ntah kondom ataupun pil. Dia hanya ingin enak, klimaks, enak lagi.
Saya kira ini juga tergantung dari faktor sosial budaya kita yang nggak mengijinkan hubungan seks sebelum nikah, lingkungan beragama yang taat yang tak layak memperbincangkan soal seks (ini nggak cuma islam aja lho, serius), lingkungan yang terlalu konservatif dan menganggap hal itu terlalu kebarat-baratan. Well yea to be honest, meskipun itu hal kebarat-baratan dan nggak cocok dilakukan disini, toh anak-anak jaman sekarang suka meniru trend dari barat. Mau nggak mau sebagai orang tua harusnya mengikuti trend tersebut. Maksudnya, mereka harus up to date biar anak-anaknya nggak kebobolan. Bukan malah menutup mata. Ya susah juga sih, tapi kan kita harus berusaha. Eh tapi di barat, mereka terbuka dan usia remaja diberikan pendidikan seksual dan kalau bisa diberikan penyuluhan tentang kontrasepsi juga. Jadi kasus bayi dibuang atau kehamilan tak diinginkan pun tidak sebanyak disini.
Dengan beberapa hal yang saya kira menjadi pemicunya, akhirnya menjadikan anak-anak berontak. 'Ah kan cobain cuman dikit', atau 'Ah nggak mungkin hamil kalo sekali', atau mungkin 'hamil ga hamil urusan nanti'. Lagi-lagi soal pendidikan ya. Pendidikan yang kurang, pengetahuan yang sempit, akan menjadikan hal ini seperti lingkaran setan. Terus berulang. Jikalau memang sudah kebobolan, orangtua akan dengan terpaksa menikahkan anaknya dan 3 bulan kemudian sudah melahirkan.
Guys, gw ga halangi kalian mau berhubungan seks sebelum nikah ataupun nggak itu urusan kalian. Kalopun kalian percaya dosa, ya itu dosa kalian bukan dosa gw. Tapi satu hal yang kalian mesti tau, anak itu tanggungjawabnya luar biasa gede. Gw belom punya anak sih, tapi ngebayangin mendidik mereka secara moral dan spiritual serta emosional, itu nggak melulu soal duit juga. Tapi tentang kesiapan. Ada jutaan pasang suami istri yang pengen banget punya anak, tapi belom dikasih sama yang punya hidup, tapi ada banyak pasang orang yang tak bertanggungjawab melakukan seks pranikah dan hamil dan membuang bayinya. Kalau toh kalian hamil, ga masalah. Tapi jangan dibuang bayinya plis. Mereka nggak salah, mereka juga nggak bisa milih untuk dilahirkan dikeluarga apa.
Kalaupun kalian hamil dan merasa masih belum siap dengan kehadiran bayi ini, tolong belajar lah. Belajarlah lebih untuk menjadi orangtua yang setidaknya memberikan yang terbaik untuk anak. Terus belajar dan belajar. Membuang bayi kalian tidak akan menyelesaikan masalah.
Kalau kalian yang ingin melakukan hubungan seksual sebelum nikah, tolong lakukan dengan proteksi dan bertanggungjawab. Jangan sampai demi yang enak-enak kalian nggak menghiraukan resiko penyakit kelamin dan juga resiko kehamilan yang mungkin terjadi.
Kalau kalian takut dengan resiko yang terjadi, yaudah jangan lakuin sampai kalian nikah nantinya. Gampang kan?!
Pilihan ada ditangan kalian, tanggungjawab juga ditangan kalian sendiri.
sheknows.com
Alkisah seorang suami dari seorang teman ini bercerita bahwa kejadian kasus pembuangan bayi meningkat di bulan September ini, di kota seberang. Analisa sementara mengacu pada kemungkinan kasus free sex without protection pada awal tahun baru 2017. Pas ya, 9 bulan kan?
Terlepas dari siapa pelakunya, usia berapa pelakunya, bagaimana latar belakang sosialnya, ingin hati saya mengatakan mereka adalah bajingan, namun apa daya... mungkin saja kebanyakan dari mereka juga korban. Korban pemerkosaan misal. Untuk kasus pemerkosaan, jelas saya tidak bisa menulis lebih jauh karena memang kejadiannya adalah kecelakaan. Tapi bagaimana dengan kasus suka sama suka yang ingin mengejar nikmatnya duniawi tanpa memikirkan hal yang jauh ke depan?
Saya tidak berbicara soal agama disini. Karena semua agama yang saya tahu melarang hubungan seksual sebelum nikah. Yang saya ingin tuliskan disini adalah bagaimana pendidikan seks masih dianggap tabu hingga tidak pantas diajarkan kepada anak. Hal yang paling sederhana dari kegiatan koitus adalah proses sperma bertemu dengan ovum, dan berpotensi menjadikan itu suatu kehamilan. Sederhana kan? Tapi kenapa banyak yang nggak paham?
Kita anggap saja remaja belasan tahun pelakunya, yang masih bau kencur dan ingin merasakan hal-hal 'enak' tanpa mengetahui efek samping dari hal yang dilakukannya. Efek samping pasti sudah diketahuinya, tapi dia tidak menghiraukan efek samping tersebut. Yang penting enak, klimaks, enak lagi. Jangankan yang belasan tahun, yang sepantaran saya aja, ada yang begitu. Seks sebelum nikah, tapi tanpa peduli proteksi apapun, ntah kondom ataupun pil. Dia hanya ingin enak, klimaks, enak lagi.
Saya kira ini juga tergantung dari faktor sosial budaya kita yang nggak mengijinkan hubungan seks sebelum nikah, lingkungan beragama yang taat yang tak layak memperbincangkan soal seks (ini nggak cuma islam aja lho, serius), lingkungan yang terlalu konservatif dan menganggap hal itu terlalu kebarat-baratan. Well yea to be honest, meskipun itu hal kebarat-baratan dan nggak cocok dilakukan disini, toh anak-anak jaman sekarang suka meniru trend dari barat. Mau nggak mau sebagai orang tua harusnya mengikuti trend tersebut. Maksudnya, mereka harus up to date biar anak-anaknya nggak kebobolan. Bukan malah menutup mata. Ya susah juga sih, tapi kan kita harus berusaha. Eh tapi di barat, mereka terbuka dan usia remaja diberikan pendidikan seksual dan kalau bisa diberikan penyuluhan tentang kontrasepsi juga. Jadi kasus bayi dibuang atau kehamilan tak diinginkan pun tidak sebanyak disini.
Dengan beberapa hal yang saya kira menjadi pemicunya, akhirnya menjadikan anak-anak berontak. 'Ah kan cobain cuman dikit', atau 'Ah nggak mungkin hamil kalo sekali', atau mungkin 'hamil ga hamil urusan nanti'. Lagi-lagi soal pendidikan ya. Pendidikan yang kurang, pengetahuan yang sempit, akan menjadikan hal ini seperti lingkaran setan. Terus berulang. Jikalau memang sudah kebobolan, orangtua akan dengan terpaksa menikahkan anaknya dan 3 bulan kemudian sudah melahirkan.
Guys, gw ga halangi kalian mau berhubungan seks sebelum nikah ataupun nggak itu urusan kalian. Kalopun kalian percaya dosa, ya itu dosa kalian bukan dosa gw. Tapi satu hal yang kalian mesti tau, anak itu tanggungjawabnya luar biasa gede. Gw belom punya anak sih, tapi ngebayangin mendidik mereka secara moral dan spiritual serta emosional, itu nggak melulu soal duit juga. Tapi tentang kesiapan. Ada jutaan pasang suami istri yang pengen banget punya anak, tapi belom dikasih sama yang punya hidup, tapi ada banyak pasang orang yang tak bertanggungjawab melakukan seks pranikah dan hamil dan membuang bayinya. Kalau toh kalian hamil, ga masalah. Tapi jangan dibuang bayinya plis. Mereka nggak salah, mereka juga nggak bisa milih untuk dilahirkan dikeluarga apa.
Kalaupun kalian hamil dan merasa masih belum siap dengan kehadiran bayi ini, tolong belajar lah. Belajarlah lebih untuk menjadi orangtua yang setidaknya memberikan yang terbaik untuk anak. Terus belajar dan belajar. Membuang bayi kalian tidak akan menyelesaikan masalah.
Kalau kalian yang ingin melakukan hubungan seksual sebelum nikah, tolong lakukan dengan proteksi dan bertanggungjawab. Jangan sampai demi yang enak-enak kalian nggak menghiraukan resiko penyakit kelamin dan juga resiko kehamilan yang mungkin terjadi.
Kalau kalian takut dengan resiko yang terjadi, yaudah jangan lakuin sampai kalian nikah nantinya. Gampang kan?!
Pilihan ada ditangan kalian, tanggungjawab juga ditangan kalian sendiri.
Comments
Post a Comment
Share your thoughts with me here