Skip to main content

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Menjadi Istri Di Hari Kartini

designed by a friend of my friend. although I am originally coming from Java, not Bali, but seems that Bali is the icon of Indonesia. to tell them that Bali is part of Indonesia haha

Cerita tentang menikah ini terjadi begitu cepat. Begitu mendadak. Bukan karena saya hamil duluan makanya saya dinikahkan. Tapi menurut pertimbangan HJ yang merasa bahwa apa lagi yang harus ditunggu? Kita sudah mempersiapkan dokumen dan sedang dalam proses sekarang. Dulu memang saya tidak diperbolehkan nikah secara agama terlebih dahulu, dikarenakan jarak pengurusan dokumen masih terlalu jauh, bulanan, terlalu beresiko (katanya). Tapi ini jaraknya 2 minggu sebelum pernikahan official yang tanggalnya baru bisa fix pasti seminggu sebelum the day.

HJ mengajukan proposal ke papa mama untuk memperbolehkan kami berdua menikah secara agama terlebih dahulu. Papa mama juga berpikir, sehari dua hari bolehlah tinggal dirumah, tapi kalau dua minggu nanti orang lebih mikir aneh-aneh, kalau nyuruh dia tinggal di hotel juga nggak mungkin. Mending buat traveling daripada stay di hotel, sedangkan kita juga sudah ada rumah di Malang, tapi dia nggak mau tinggal sendirian dirumah itu. Solusinya, ya nikahkan!

Orangtua juga berpikir nenek sudah kritis. Istilahnya itu papa mama bagi pikiran. Satu ke urusan pernikahan kita, satunya ke nenek yang sakit. Akhirnya sepulang dari Singapura yang 4 hari itu, kami langsung menuju Surabaya mengurus CNI di konsulat jam 2 siang, kemudian jam 3 langsung ke notaris yang jaraknya (untungnya) cuma 1km dari konsulat Belanda.

Rencana pulang kerumah hari kamis gagal, karena ternyata pengurusan CNI di konsulat bisa dipercepat dan hasilnya bisa diambil besoknya. Karena senin tanggal merah, pihak konsulat berbaik hati mempercepat prosesnya. Jadilah hari jumat kita baru pulang kerumah. Sampai dirumah sekitar pukul 4 sore, dan jam 6 sore mama tanya 'pake baju apa nanti?'. Yeee meneketehek. Manten rock n roll. Bener-bener apa adanya hahaha. Ada stok kebaya dirumah,yang kebtulan udah kesisetan 😑😒

Akad nikah di lakukan pukul setengah 8 malam, tanggal 21 April 2017, menggunakan bahasa Inggris. Dihadiri keluarga dan tetangga sekitar. Jangan tanya gimana perasaannya. Nggak begitu deg deg an. Cuman pas abis 'sah' itu tetiba mikir 'oemji! I am now a wife. I have a husband now'. Karena pikiran larinya ke dokumen aja, sampe yang paling penting aja kayak asal lewat aja. Temen-temen juga kaget kalo status saya sudah berubah. Kayak nothing change aja, soalnya juga biasanya jalan bareng, kemana-mana bareng, eh tiba-tiba udah bukan fiance atau gf-bf lagi. But husband and wife.

Semua memang sudah ada skenario yang tersusun dibalik semuanya. Menikah ini, melengkapi impian terakhir nenek, yang ingin kuat bertahan sampai saya dinikahkan. Meskipun nenek tidak hadir, tapi saya yakin spiritnya hadir bersama keluarga besar.

Comments

  1. Saya hanya bisa mengucapkan selamat ,selamat. Bahagia dan langgeng terus. Dimudahkan rezeki dan diberi keturunan yang sholeh.

    ReplyDelete
  2. selamat mbak
    wis semoga barokah
    sing sabar ngladeni mas HJ, insha allah pahalae akeh
    aduh melok seneng

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha pengen melu ngeladeni a mas? Uhuuuiii
      Makasih yo mas doae

      Delete
  3. Selamat ya, jadi akadnya bulan April ya? Semoga jd keluarga samawa ya. Trus moving Belanda dong..

    ReplyDelete
    Replies
    1. akadnya jadi dua kali haha, april sama mei. sementara di malang aja dlu, soale suami ga kerja di negaranya. nanti kedepannya masih gatau. masih rahasia ilahi hahaha

      Delete
  4. Tulisan nya bagus mbak, salam kenal. Oh iya, kalau boleh kasih saran, pengaturan tema versi seluler nya di nonaktifkan aja, soalnya template situs ini saya cek sudah responsif.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo mas salam kenal juga. Iya ini juga tahap beta nih, belum utak atik lg, mau nengahin judul kok ya diutak atik codingannya ga bs haha

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Mengenal Nyai, Eyang Buyut Orang Indo Kebanyakan

  Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya tentang darah campuran Eropa, saya pernah janji nulis tentang orang Indo dan Nyai, nenek buyut dari para Indo kebanyakan. Sekarang kita liat definisi dari Indo sendiri. Jadi Indo (Indo-Europeaan atau Eropa Hindia) adalah para keturunan yang hidup di Hindia Belanda (Indonesia) atau di Eropa yang merupakan keturunan dari orang Indonesia dengan orang Eropa (Kebanyakan Belanda, Jerman, Prancis, Belgia). Itulah kenapa saya agak risih mendengar orang menyebut Indonesia dengan singkatan Indo. Karena kedua hal itu beda definisi dan arti. Sekarang apa itu Nyai? Apa definisi dari Nyai? Nyai adalah seorang perempuan pribumi (bisa jadi orang Indonesia asli), Tionghoa dan Jepang yang hidup bersama lelaki Eropa di masa Hindia Belanda. Hidup bersama atau samenleven yang artinya kumpul kebo, tidak menikah. Fungsinya nyai itu apa? Fungsinya diatas seorang baboe dan dibawah seorang istri, tapi wajib melakukan kewajiban seorang baboe dan istri. Karena mem

Soal ujian TOPIK vs EPS TOPIK

Setelah membahas perbedaan TOPIK dan EPS TOPIK , kali ini saya akan menulis materi tentang apa saja yg diujikan *agak sedikit detail ya*. Pengalaman mengikuti dan 'membimbing' untuk kedua ujian tersebut, jadi sedikit banyak mengetahui detail soal yg diujikan. Dimulai dari EPS TOPIK. Jika anda adalah warga yg ingin menjadi TKI/TKW di Korea, lulus ujian ini adalah wajib hukumnya. Kebanyakan dari mereka ingin cara singkat karena ingin segera berangkat sehingga menggunakan cara ilegal. Bahkan ada yg lulus tanpa ujian. Bisa saja, tapi di Korea dia mlongo. Untuk soal EPS TOPIK, soal-soal yg keluar adalah materi tentang perpabrikan dan perusahaan semacem palu, obeng, cangkul, cara memupuk, cara memerah susu sapi, cara mengurus asuransi, cara melaporkan majikan yg nggak bener, cara membaca slip gaji, sampai soal kecelakaan kerja. Intinya tentang bagaimana mengetahui hak dan kewajiban bekerja di Korea termasuk printilan yang berhubungan dengan pekerjaan. Karena yang melalui jalur ini