Skip to main content

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Makanan dan Bahasa Pengobat Rindu Kampung


Gw demen banget makan atau cobain makanan baru. Sebenernya lebih ke lidah gw aja gampang nerima rasa baru dari makanan selain Indonesia. Tapi ketika jauh dari rumah, akhir-akhir ini gw sering tiba-tiba craving makanan Indonesia. Kayak susah ditahannya aja. Apalagi waktu sebulan di sana, rasanya tiap hari pengen nangis gara-gara pengen makan sambel coba.

Tempat yang kebetulan sering banget gw datengin ya Dubai. Di sana kita udah nemu satu restoran Indonesia yang rasanya Indonesia banget. Seleraku namanya. Kenapa gw bilang Indonesia banget? Cuko pempeknya nggak kalah dari Pempek Palembang asli. Bakso Malangnya, ehmmmmmm mantep! Makanan yang lainnya tentu saja nggak kalah rasanya. 

Bakso Malang

Kemarin, terakhir kali gw ke sana, kebetulan bareng dengan banyak orang Indonesia. Kayak mereka ngumpul-ngumpul bareng gitu. Ada yang ngerayain ulang tahun, ada yang ngerayain hal-hal kecil dalam hidup, ada yang sekedar melepas rindu kampung halaman untuk sekedar memuaskan lidah untuk makan dan berbicara bahasa ibu. 

Dari pengalaman gw makan masakan Indonesia di luar negeri, pemilik rumah makan akan selalu menjamu tamunya secara personal. Mereka lebih seperti tuan rumah yang menjamu tamu. Pun begitu dengan Seleraku. Kita beberapa kali berbincang juga. 

Kebayang nggak, senangnya mereka yang jauh dari rumah bisa sekedar berbagi cerita tentang gimana sukanya mereka sama tempe, tahu, atau koleganya yang ternyata suka makanan Indonesia. Restoran masakan asli seperti ini lebih menjadi tempat kongkow orang-orang yang kangen rumah. Ada yang bilang belum pulang 2 tahun, 3 tahun, belum pulang lama sekali. 

cumi balado 

Gw bisa liat orang bermacam-macam di situ. Cuma kalo pas restoran penuh, H pasti nanya mereka ngobrol pake bahasa apa, lagi ngobrolin apa. Lah dikira gw kepo gitu. Ntah kenapa, waktu gw ngeliatnya tuh seneng juga karena mereka bisa kumpul sesama orang Indonesia buat ngobrol pake bahasa ibunya. Buat sekedar bilang "Ya ampun gw suka banget dadar jagung ini", "Eh di tempat kamu ini disebutnya terang bulan apa martabak manis?" Seneng banget dengernya meskipun ga ikutan ngobrol.

pempek palembang

ayam bakar

Sama halnya ketika kami menginap di Bur Dubai, salah satu butik hotel di sekitar creek - Mazmiwaktu gw bilang gw dari Indonesia si masnya jawab "Eh kita punya staf dari Indonesia lho" Gw ya wow aja dong, gw nggak pernah ketemu orang Indonesia di sana yang kerja di tempat yg gw datengin. Esok paginya waktu sarapan selesai, gw didatengin. Kaget dong, gw kira doi mau beresin piring gw tapi tiba-tiba "Halo apa kabar?" 

"EHHHH ya ampun, masnya yang kerja di sini?"
"Iya tadi diceritain temenku katanya ada tamu dari Indonesia. Ya ampun seneng banget bisa ngobrol pake bahasa Indonesia lagi. Jarang banget orang Indonesia main ke sini. Kalo kesini jangan lupa mampir sini dong, biar bisa ketemu lagi. Seneng banget akutu bisa ketemu orang Indonesia gini"

view dari Mazmi

Jujur gw speechless. Nggak gw sangka aja gw bisa juga bikin orang asing seneng hanya karena gw di sana. Sayangnya, tak berlanjut lama karena dia harus kerja dan gw sudah ada rencana. Besoknya waktu check out  nggak nyangka ketemu lagi dan dadah-dadah "Eh jangan lupa mampir lagi ya", "Iya nanti kapan lagi kita main ke sini ya, sekarang kita balik dulu ya. DAAAAHHH" kayak temen sendiri aja 😂

Tapi gw juga sadari kalau sejauh apa kaki melangkah, makanan cita rasa kampung halaman akan selalu menjadi identitas yang kecil kemungkinan akan bisa berubah. Pun begitu dengan bahasa ibu. Saat kita besar dengan bahasa tersebut, secara otomatis kecil kemungkinan kita akan kehilangan kemampuan untuk berbahasa tersebut. Oh ya, jangan salah, ada banyak orang yang merasa "alergi" ketika berbicara dengan bahasa ibunya saat mereka sudah pindah ke luar negeri. Bilang kalau mereka sudah lupa bahasa mereka. Agak nggak masuk akal aja buat gw 😅

Ah! Makanan Indonesia memang selalu bikin rindu rumah 😊💙

Comments

Popular posts from this blog

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Cara Memilih Bacaan

Pulang - Leila Chudori Pengalaman gw mulai menyukai membaca karena bukunya yang bagus. Kata orang jangan judge buku dari sampulnya. Gw termasuk orang yang suka judge buku dari sampul. Tapi itu bukan hal yang utama dong tentunya. Itu hanya ekstra poin aja.  Pertama kali gw baca buku dan tiba-tiba suka adalah saat papa yang waktu itu pulang, bawain gw buku ensiklopedia yang isinya sejarah dan astronomi. Itu yang bikin gw langsung suka baca, karena materinya bikin gw berbinar. Itu juga awal mula gw suka astronomi.  Perjalanan sebagai pembaca tentu saja lama sekali. Beberapa genre gw coba baca, kadang suka, kadang nggak suka. Hingga akhirnya gw tau apa yang bikin gw akan baca buku itu.  "Halaman pertama tulisannya" Gaya menulis orang itu pasti selalu berbeda. Meskipun mirip dengan yang lain, pasti akan ada karakter pembedanya. Itu biasanya terlihat dari halaman pertama tulisannya. Bayangkan, meski materinya bagus tapi penyampainya nggak bagus juga nggak akan nyangkut di pemb...

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...