Skip to main content

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Lebih Sensitif Sejak di Bali

Sanur

Sejak tinggal di Bali gw ngerasa sehat mentalnya 🙈 Ada hal lain yang gw sadari. Gw jadi lebih sensitif ke alam. Seperti yang kita ketahui, persembahan orang Bali setiap harinya selalu tentang tuhan dan alam. Rasanya gw ikut melebur di situ. Akibatnya gw jadi lebih sensitif. 

Gw sadari sejak bulan pertama di Bali gw udah bisa ngerasain getaran gempa 3 kali dalam sebulan. Sehalus apapun itu gw bisa kerasa. Dulu di Jawa, kalo nggak gempa gede banget yang sampe pintu lemari buka tutup sendiri, gw nggak akan bisa ngerasain.


Sumpah ya, sunset di Seminyak ini selalu keren

Selain itu, gw jadi lebih sadar tiap bulan purnama datang. Ya karena orang Bali pasti pake kebaya lengkap buat sembahyang. Terutama jika bulan purnama yang terjadi bukan di hari kamis (orang Bali tiap kamis pake kebaya ke tempat kerja). Tiap bulan purnama, otomatis laut akan pasang. Pagi hari pasti ombaknya gede banget deh. Tapi siangnya, bisa dipake berendam enak karena airnya banyak banget. Jadi nggak perlu jauh-jauh nyemplung buat berendam. 

Tentu saja gw juga jadi lebih bisa mengetahui arah mata angin sesederhana mana utara, selatan, barat, timur. Karena Bali, lagi-lagi, arah mata angin penting banget untuk kepercayaan mereka. Jadi semua bangunan ngadepnya genah. Gw bisa tau banget tempat tinggal gw menghadap barat, pas. Bener-bener pas teng. Jadi gw tau banget kalo mau ke Sanur arahnya kemana. 

Mau ditanyain arah sama orang juga sekarang bisa dengan pedenya jawab, "Oh ke utara dikit, nanti jalan aja ke barat" Nggak lagi jawab, "oh nanti ada indomart, nah di sampingnya itu ke kiri dikit, kira-kira ada tong sampah nah itu ke kanan" 😂 

Agak ngerasa pinter gw jadinya 😎

Kalian gimana? Blend-in juga sama lingkungan sekitar? 😆

Comments

  1. Kayaknya klop banget sama Bali ya Mbak, sampai bisa kuat banget chemistry-nya 😁

    Jadi bisa ngerasain ada gempa juga nggak kayak di Jawa 😁

    btw, itu semua tempat kerja mbak Kamis pakai kebaya? Guru di sekolah jugakah?

    Jujur kalo saya orangnya juga susah tahu arah ... kayaknya sekalipun udah di Bali pun tetep aja mudah hilang arah 😆

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahhaa perlu waktu sebentar buat kenal arah di sini mas. Idup di Jawa 20 tahun lebih masih gatau arah, di bali blm 2 tahun udah tau mana utara selatan timur barat dan pemetaannya. Lebih gampang sih emang, kotak-kotak soalnya kayak masang lego wkwkkw.

      Di Bali serunya tiap kamis emang semuanya berkebaya. Udah hampir 2 tahun ini nggak ngeliat orang sekolah pake kebaya. Cantik2 semua mereka si siswa2 ini berkebaya. bisa jadi inspirasi cari gaya kebaya juga hehehee. Wajibnya terutama di lingkungan yang di bawah naungan pemerintah sih ya. Kalau yg swasta bisa ngikut bisa nggak, tapi lebih banyak yg ikut daripada yang enggak. Jadi suka bgt kalo hari kamis hehehe

      Delete
  2. Oh Indra keenam nya makin terasah sejak tinggal di Bali ya, ada gempa sedikit juga terasa.

    Baru tahu kalo di Bali tiap hari Kamis semua pakai kebaya.😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya asik juga tiap kamis ngeliat semua orang pake baju adat begini. jadi lebih dapet aja rasanya

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Mengenal Nyai, Eyang Buyut Orang Indo Kebanyakan

  Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya tentang darah campuran Eropa, saya pernah janji nulis tentang orang Indo dan Nyai, nenek buyut dari para Indo kebanyakan. Sekarang kita liat definisi dari Indo sendiri. Jadi Indo (Indo-Europeaan atau Eropa Hindia) adalah para keturunan yang hidup di Hindia Belanda (Indonesia) atau di Eropa yang merupakan keturunan dari orang Indonesia dengan orang Eropa (Kebanyakan Belanda, Jerman, Prancis, Belgia). Itulah kenapa saya agak risih mendengar orang menyebut Indonesia dengan singkatan Indo. Karena kedua hal itu beda definisi dan arti. Sekarang apa itu Nyai? Apa definisi dari Nyai? Nyai adalah seorang perempuan pribumi (bisa jadi orang Indonesia asli), Tionghoa dan Jepang yang hidup bersama lelaki Eropa di masa Hindia Belanda. Hidup bersama atau samenleven yang artinya kumpul kebo, tidak menikah. Fungsinya nyai itu apa? Fungsinya diatas seorang baboe dan dibawah seorang istri, tapi wajib melakukan kewajiban seorang baboe dan istri. Karena mem

Soal ujian TOPIK vs EPS TOPIK

Setelah membahas perbedaan TOPIK dan EPS TOPIK , kali ini saya akan menulis materi tentang apa saja yg diujikan *agak sedikit detail ya*. Pengalaman mengikuti dan 'membimbing' untuk kedua ujian tersebut, jadi sedikit banyak mengetahui detail soal yg diujikan. Dimulai dari EPS TOPIK. Jika anda adalah warga yg ingin menjadi TKI/TKW di Korea, lulus ujian ini adalah wajib hukumnya. Kebanyakan dari mereka ingin cara singkat karena ingin segera berangkat sehingga menggunakan cara ilegal. Bahkan ada yg lulus tanpa ujian. Bisa saja, tapi di Korea dia mlongo. Untuk soal EPS TOPIK, soal-soal yg keluar adalah materi tentang perpabrikan dan perusahaan semacem palu, obeng, cangkul, cara memupuk, cara memerah susu sapi, cara mengurus asuransi, cara melaporkan majikan yg nggak bener, cara membaca slip gaji, sampai soal kecelakaan kerja. Intinya tentang bagaimana mengetahui hak dan kewajiban bekerja di Korea termasuk printilan yang berhubungan dengan pekerjaan. Karena yang melalui jalur ini