Skip to main content

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Lebih Sensitif Sejak di Bali

Sanur

Sejak tinggal di Bali gw ngerasa sehat mentalnya 🙈 Ada hal lain yang gw sadari. Gw jadi lebih sensitif ke alam. Seperti yang kita ketahui, persembahan orang Bali setiap harinya selalu tentang tuhan dan alam. Rasanya gw ikut melebur di situ. Akibatnya gw jadi lebih sensitif. 

Gw sadari sejak bulan pertama di Bali gw udah bisa ngerasain getaran gempa 3 kali dalam sebulan. Sehalus apapun itu gw bisa kerasa. Dulu di Jawa, kalo nggak gempa gede banget yang sampe pintu lemari buka tutup sendiri, gw nggak akan bisa ngerasain.


Sumpah ya, sunset di Seminyak ini selalu keren

Selain itu, gw jadi lebih sadar tiap bulan purnama datang. Ya karena orang Bali pasti pake kebaya lengkap buat sembahyang. Terutama jika bulan purnama yang terjadi bukan di hari kamis (orang Bali tiap kamis pake kebaya ke tempat kerja). Tiap bulan purnama, otomatis laut akan pasang. Pagi hari pasti ombaknya gede banget deh. Tapi siangnya, bisa dipake berendam enak karena airnya banyak banget. Jadi nggak perlu jauh-jauh nyemplung buat berendam. 

Tentu saja gw juga jadi lebih bisa mengetahui arah mata angin sesederhana mana utara, selatan, barat, timur. Karena Bali, lagi-lagi, arah mata angin penting banget untuk kepercayaan mereka. Jadi semua bangunan ngadepnya genah. Gw bisa tau banget tempat tinggal gw menghadap barat, pas. Bener-bener pas teng. Jadi gw tau banget kalo mau ke Sanur arahnya kemana. 

Mau ditanyain arah sama orang juga sekarang bisa dengan pedenya jawab, "Oh ke utara dikit, nanti jalan aja ke barat" Nggak lagi jawab, "oh nanti ada indomart, nah di sampingnya itu ke kiri dikit, kira-kira ada tong sampah nah itu ke kanan" 😂 

Agak ngerasa pinter gw jadinya 😎

Kalian gimana? Blend-in juga sama lingkungan sekitar? 😆

Comments

  1. Kayaknya klop banget sama Bali ya Mbak, sampai bisa kuat banget chemistry-nya 😁

    Jadi bisa ngerasain ada gempa juga nggak kayak di Jawa 😁

    btw, itu semua tempat kerja mbak Kamis pakai kebaya? Guru di sekolah jugakah?

    Jujur kalo saya orangnya juga susah tahu arah ... kayaknya sekalipun udah di Bali pun tetep aja mudah hilang arah 😆

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahhaa perlu waktu sebentar buat kenal arah di sini mas. Idup di Jawa 20 tahun lebih masih gatau arah, di bali blm 2 tahun udah tau mana utara selatan timur barat dan pemetaannya. Lebih gampang sih emang, kotak-kotak soalnya kayak masang lego wkwkkw.

      Di Bali serunya tiap kamis emang semuanya berkebaya. Udah hampir 2 tahun ini nggak ngeliat orang sekolah pake kebaya. Cantik2 semua mereka si siswa2 ini berkebaya. bisa jadi inspirasi cari gaya kebaya juga hehehee. Wajibnya terutama di lingkungan yang di bawah naungan pemerintah sih ya. Kalau yg swasta bisa ngikut bisa nggak, tapi lebih banyak yg ikut daripada yang enggak. Jadi suka bgt kalo hari kamis hehehe

      Delete
  2. Oh Indra keenam nya makin terasah sejak tinggal di Bali ya, ada gempa sedikit juga terasa.

    Baru tahu kalo di Bali tiap hari Kamis semua pakai kebaya.😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya asik juga tiap kamis ngeliat semua orang pake baju adat begini. jadi lebih dapet aja rasanya

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Fire in the Building

Who would have thought that I  experienced fire in the building.  This is my first time living in an appartement. Of course I never chose appartement when living in Indonesia because it’s a real high risk when the earthquake happen. But here we are placed in an appartement. What got me relieved the first time that we are in the lowest floor so if something happen we will be quickly evacuated.  That’s what I thought.  Until it really happened.  We slept around midnight and abruptly woken up by the noise outside. I thought it was the drunk people just got back from night club or the restaurant next door was doing some deep cleaning. So loud that I had to wake up. My husband peeked outside and immediately said “fire brigade outside, you wait here!” I was just “am I dreaming or what?” I put on clothes, checked outside and saw a few of fire trucks. I checked the other side of the appartement and saw a few of police cars and ambulances.  “Oh no, something serious...

Cara Memilih Bacaan

Pulang - Leila Chudori Pengalaman gw mulai menyukai membaca karena bukunya yang bagus. Kata orang jangan judge buku dari sampulnya. Gw termasuk orang yang suka judge buku dari sampul. Tapi itu bukan hal yang utama dong tentunya. Itu hanya ekstra poin aja.  Pertama kali gw baca buku dan tiba-tiba suka adalah saat papa yang waktu itu pulang, bawain gw buku ensiklopedia yang isinya sejarah dan astronomi. Itu yang bikin gw langsung suka baca, karena materinya bikin gw berbinar. Itu juga awal mula gw suka astronomi.  Perjalanan sebagai pembaca tentu saja lama sekali. Beberapa genre gw coba baca, kadang suka, kadang nggak suka. Hingga akhirnya gw tau apa yang bikin gw akan baca buku itu.  "Halaman pertama tulisannya" Gaya menulis orang itu pasti selalu berbeda. Meskipun mirip dengan yang lain, pasti akan ada karakter pembedanya. Itu biasanya terlihat dari halaman pertama tulisannya. Bayangkan, meski materinya bagus tapi penyampainya nggak bagus juga nggak akan nyangkut di pemb...

Pengalaman Bikin (Free) Schengen Visa di VFS Swiss

I know this is so normal but anyway I like to compare the experiences because people might have different cases and because I have nothing to lose so... here's my experience for applying Schengen Visa via Swiss (VFS). Kenapa nggak via Belanda? Karena rencana kita berkunjung lamanya ke Geneve - Swiss (ada urusan kerjaan suami gw) dan kami belum tau akan ke Belanda apa nggak saat itu (nggak jadi sih soalnya mepet banget).  Seperti yang sudah sering dibahas orang lain perihal syarat dan ketentuan apply Schengen visa, gw nggak akan nulis itu ya. Udah ada di website VFS, lengkap. Gw cuma tambahin dikit-dikit aja infonya yang mungkin sama seperti kasus yang baca kalo emang kebetulan sama sih 😂 "Ok jadi total pembayarannya 280 ribu rupiah ya" "HAH?? Cuma 200an mbak??? Visanya gratis???" "Suaminya masih WN Belanda kan mbak?" "Iya" "Oiya itu gratis, bisa pake visa tipe C. Jadi cuma bayar biaya admin aja" ...