Skip to main content

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Investasi Valuta Asing? Nah, thanks

Warna warni Sanur.

Pertanyaan pagi ini gw dapet dari temen gw nanya "USD gimana? Pengen beli gw"

Ya gw tanya balik, buat apa? Buat investasi katanya. Gw secara personal nggak punya niatan investasi valuta asing. Ya kalo soal jual beli valas sih udah sering banget. Tapi gw nggak anggap itu investasi karena ... gw selalu doa baik buat negeri gw 😂

Inget nggak sebelum tahun 1998 yang mana USD 1 = IDR 2,000, lalu Soeharto lengser diikuti dengan krismon 98, USD 1 = IDR 16,650. Banyak yang bilang, "Bayangkan dulu sebelum taun 98 punya tabungan USD 1000, jadi berapa kali tuh pas tahun 98? Untung banyak kan?"

Ya banyak, tapi ya bangsat. Maksud gw, apakah kondisi saat itu baik bagi seluruh rakyat Indonesia? Oh tentu tidak. Harga beras dari yang nggak sampai IDR 100 aja jadi berkali-kali lipat harganya.

Emang sih dari beberapa kali dapet duit dalam bentuk selain IDR di saat naik-naiknya kurs itu ya gw seneng banget karena konversinya jadi lebih mahal. Tapi itu waktunya juga kurang enak. Bulan April 2020, dimana secara global kita semua menghadapi covid yang baru saja dinyatakan sebagai pandemi, harga IDR terhadap USD di kisaran 16 ribu. Banyak yang udah khawatir kalau kita akan melampui batas terburuk sepanjang masa seperti tahun 98. 

Harga saham? Anjlog seanjlog-anjlognya. ANTM gw dari 1000/lembar aja bisa jadi 200-350an bulan-bulan itu. BBRI dari 4500 jadi 2250/lembar. Ekonomi morat marit. 

Ya masa kita doain negeri kita yang jelek-jelek 😅 

Pilihan jual beli mata uang asing ini biasanya menjadi pilihan banyak orang atau pemula. Beberapa temen gw punya tabungan valas dengan alasan sebagai investasi tergampang. Mungkin karena pertimbangan mereka, mata uang kita trennya cenderung melemah dibandingkan dengan nilai tukar asing. Jadi akan lebih banyak "untungnya". 

Gw beli mata uang asing buat bentuk tabungan aja kalau pengen ke negara tersebut. Dengan pemikiran seperti itu, gw nggak akan terbebani dengan "Yah nilainya kok nggak naik-naik sih" karena nilai tukar mata uang tsb di negara yang dituju juga nggak akan berubah. 1 dolar di Amerika juga nilainya akan tetep 1 dolar di tabungan.

Tentu saja banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Bisa jadi perangai USD berbeda dengan perangai Dinar. Kalau memang mau investasi, bisa dipelajari dulu mata uang asing yang akan dibeli.

Ini adalah pandangan personal gw terhadap investasi valuta asing. Daripada gw buat beli valas, mendingan gw pake buat beli reksadana pasar index yang lajunya nurut IDX 😅 Karena gw yakin banget, perekonomian kita ini akan bagus banget di masa depan. Dan... ini adalah doa baik. Jadi kalau bisa doa baik, kenapa nggak?

Yang perlu diingat adalah, tiap jenis investasi memiliki warnanya masing-masing yang harus dikenali dan dipelajari. 

Jadi, gimana? Kamu investasi valas atau nabung valas? 

Comments

  1. Aku ngga nabung valas atau investasi valas, adanya investasi makan biar kenyang.🤣

    Kalo ada duit penginnya sih beli tanah, kan harganya naik tiap tahun. Tapi sayangnya ngga ada duit. Giliran ada duit malah belinya hape yang harganya turun terus tiap tahun.😂

    Iya, tahun 1998, $1 biasanya 2000 jadi 16.000 lebih. Apa-apa jadi mahal. Aku ingat beli rokok disuruh orang, biasanya sebungkus 1000 jadi 2500.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha yaa betul banget investasi perut itu yang paling yahud 😂

      Beli tanah di tempat yg kira2 10 taun ke depan jadi rame. Soalnya makin lama makin masuk ke desa2 makin banyak pembangunan perumahan dg harga yg lebih murah daripada kota besar. Bagus sih itu prospeknya. Sama kayak harga tanah di Tabanan per are kisaran 20-25jutaan, di Denpasar tanah se are bisa sampe M M an 😅

      Delete
    2. Satu are berapa M² mbak? 100 m² ya?

      Wajar kalo di Denpasar satu are 1m. Lha di daerah kabupaten serang Banten, 100 m kalo dipinggir jalan raya itu 450 juta, kemarin adik iparku beli.

      Tapi kalo di pelosok kampung cuma 20 juta, beda jauh ya.😂

      Delete
    3. iya betul 100m2. enak beli di pelosok yang bisa diprediksi rame kedepannya. orang2 sekarang belinya daerah tabanan. daerah denpasar mahhh yang mampu beli cuma yang mau bangun hotel2 gitu wkwkwkw

      Delete
  2. hihi aku ngakak mba prisca pas bagian inih

    USD 1000, jadi berapa kali tuh pas tahun 98? Untung banyak kan?"

    Ya banyak, tapi ya bangsat. hahahahhaha


    tapi kebayang emang, valas untuk konsep tabungan sepertinya lebih pas dan tepat guna apalagi pas kepake buat ke luar negeri dan ada savingnya di situ

    daripada yang dipantau harian as invest

    ReplyDelete
    Replies
    1. soalnya pas 98 saya ikutan kelompok yg ga punya $1000 mbak 😂

      iya enaknya kalo punya valas, pas keluar negeri bisa dipake langsung ga bingung2 tukar2 duit lagi. lumayan hemat biaya konversi juga

      Delete

Post a Comment

Share your thoughts with me here

Popular posts from this blog

Romanticizing My Cooking

Bakso I have to admit that my love for cooking is growing. It's growing and I can't believe it myself. This feeling has been like this since probably two years ago. Before, cooking felt like a hard work that I had to fulfill. It still is, but the difference is I enjoy it now. So it does not feel like I am forcing myself.  Back then whenever I cooked, it's either wrong recipe or incorrect measurement. It never tasted right. So I gave up cooking just because I never found the right one. And then I started to feel that I wanna eat better. I don't want to just eat whatever, I want to know what goes into my body. If I prepare it myself, then I know it's good one.  I don't eat too much sugar, sometimes it is hard to buy one thing outside and has a lot of sugar in it. So cooking it myself will allow me to control the amount of sugar. So I found recipes and I tried to make them. As to my surprise, they taste right! Exactly how they should have tasted. That made me happy

Mengenal Nyai, Eyang Buyut Orang Indo Kebanyakan

  Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya tentang darah campuran Eropa, saya pernah janji nulis tentang orang Indo dan Nyai, nenek buyut dari para Indo kebanyakan. Sekarang kita liat definisi dari Indo sendiri. Jadi Indo (Indo-Europeaan atau Eropa Hindia) adalah para keturunan yang hidup di Hindia Belanda (Indonesia) atau di Eropa yang merupakan keturunan dari orang Indonesia dengan orang Eropa (Kebanyakan Belanda, Jerman, Prancis, Belgia). Itulah kenapa saya agak risih mendengar orang menyebut Indonesia dengan singkatan Indo. Karena kedua hal itu beda definisi dan arti. Sekarang apa itu Nyai? Apa definisi dari Nyai? Nyai adalah seorang perempuan pribumi (bisa jadi orang Indonesia asli), Tionghoa dan Jepang yang hidup bersama lelaki Eropa di masa Hindia Belanda. Hidup bersama atau samenleven yang artinya kumpul kebo, tidak menikah. Fungsinya nyai itu apa? Fungsinya diatas seorang baboe dan dibawah seorang istri, tapi wajib melakukan kewajiban seorang baboe dan istri. Karena mem

Soal ujian TOPIK vs EPS TOPIK

Setelah membahas perbedaan TOPIK dan EPS TOPIK , kali ini saya akan menulis materi tentang apa saja yg diujikan *agak sedikit detail ya*. Pengalaman mengikuti dan 'membimbing' untuk kedua ujian tersebut, jadi sedikit banyak mengetahui detail soal yg diujikan. Dimulai dari EPS TOPIK. Jika anda adalah warga yg ingin menjadi TKI/TKW di Korea, lulus ujian ini adalah wajib hukumnya. Kebanyakan dari mereka ingin cara singkat karena ingin segera berangkat sehingga menggunakan cara ilegal. Bahkan ada yg lulus tanpa ujian. Bisa saja, tapi di Korea dia mlongo. Untuk soal EPS TOPIK, soal-soal yg keluar adalah materi tentang perpabrikan dan perusahaan semacem palu, obeng, cangkul, cara memupuk, cara memerah susu sapi, cara mengurus asuransi, cara melaporkan majikan yg nggak bener, cara membaca slip gaji, sampai soal kecelakaan kerja. Intinya tentang bagaimana mengetahui hak dan kewajiban bekerja di Korea termasuk printilan yang berhubungan dengan pekerjaan. Karena yang melalui jalur ini