Sticker from eco-bali recycling October is funny month. We have this crisis of burning landfield in Bali, and they haven't pick up my trash for 2 months. Probably over two months now. We're like "Okay it's time to swap to the sustainable options" Yea we've been thinking about composting, but I do not know where to start. Because, you know, when you did it wrong it can be stinky and worm-y and not working out well. Turns out, they have composting company that provide the bin, the pickup, and even got the compost back monthly or per 6 months. I did not know that but of course my husband found it and planned to sign up for it. The week where we had that plan on mind, suddenly in the morning there was a guy from this company came to our house delivering the composting bin. "No we did not order this, yet" Apparently the neighbor ordered their service but they got the address wrong. The next day, the same guy came again, brought his empty composting bin f
Seperti Ganesha bukan? Dewa ilmu pengetahuan dan lambang kecerdasan. Favorit gw. Tapi ini speaker sih 😆
"Oke bentuknya apa dan berapa lama?"
"Hmm ya pokoknya apa lah yang cocok buatku"
Ya you kira I dukun?
Selain menentukan profil resiko, acara yang perlu untuk dipikirkan adalah menentukan berapa lama jangka waktu investasi. Ada yang membagi kedalam dua kategori yaitu pendek dan panjang, ada pula yang membaginya ke tiga kategori yaitu jangka pendek, menengah, dan panjang. Nah kebutuhan ini hanya investor yang tahu. Tentunya tiap orang nggak bisa disamakan kebutuhannya.
Jangka pendek biasanya berkisar tidak lebih dari 5 tahun. Biasanya deposito dan obligasi dimasukkan dalam kategori ini. Biasanya yang jangka pendek ini selalu mendapat return pasti, karena selalu pasti jadi resikonya sangat rendah sekali. Kemudian jangan lupa untuk mengecek apakah return yang ditawarkan masih mampu untuk menghalau laju inflasi untuk beberapa tahun kedepan. Karena inflasi adalah pasti.
Gw dapet ilmu ini dari temen gw. Dia bilang kalau tabungan rencana itu cocoknya untuk jangka pendek karena return yang didapatkan nggak akan maksimal gara-gara inflasi kalau jangka waktu investasinya lebih dari 3 tahun. Hal yang sama berlaku untuk jenis investasi yang lain seperti saham yang lebih cocok untuk jangka panjang karena nilainya yang fluktuatif.
Balik lagi, perkara investasi ini bener-bener personal banget kayak pake celana dalam. Ada yang butuh ada pula yang nggak. Bentuknya selalu disesuaikan dengan masing-masing. Jarang banget ada gaya investasi yang mirip plek ketiplek. Yakali sama persis, anak kembar aja sidik jarinya beda.
Mantranya adalah : Nggak ada balik modal yang cepet. Investasi nggak bikin kaya dalam sekejap mata. Kalo mau kaya sekedipan mata yaaaa ngepet aja sih. Langsung dapetnya cepet, cuma modal jagain lilin doang 😄
Pas nambah nih nambah ilmu sedikit buat gue yang baru belajar investasi reksadana. Walaupun kebanyakan investasi nya sekarang lebih ke arah perut sih. hehe
ReplyDeleteInvestasi lemak? wkwkw
DeletePelan2 aja kalau belajar ga perlu buru2 dan jgn gegabah kl mulai investasi :D
Sepakat bgt sama pendapat mbak kl investasi ini menyesuaikan kebutuhan tiap manusia. Ada yg butuh, ada yg enggak.. Kadang suka heran sm orang yg kena tipu iming2 hasil yg fantastis dr investasi. Memang kudu bener2 jeli ya, karena investasi nggak akan bikin kaya dalam waktu sekejap. Hhh
ReplyDeleteIya mbak biasanya yg ketipu itu yg menggebu-gebu tapi belum berilmu. Tapi yaaa diiming2 cepet kaya itu emang enak banget sih ngebayanginnya hahaha
DeleteKalo mau cepet kaya jangan inpestasi. Tapi nabung di Koperasi Pandawa...
ReplyDeletekoperasi apa indomaret om?
Deletelah kok iya ya, aku jadi salfoks duluan ke speaker gajah ijonya #unyuk unyuk soalnya :D
ReplyDeletebicara tentang investasi, ternyata demikian toh...maksudnya kalau deposito dan obligasi masuknya ke short term, sedang yang long term adalah yang lebih fluktuatif seperti misalnya saham..karena misalnya suatu ketika timing dapet, alias harganya lagi okey alias gede ya tentu aja saat itulah invest kita terasa sangat menguntungkan ya....
btw analoginya diibaratkan dengan celana dalam #menarik huehehe
Kemudian aku berpikir, "apa ada orang yg ga pake celana dalam ya?" LOL
DeleteBiasanya sih yang resiko rendah itu cenderung buat short term. Kalau nggak gt pasti kegerus inflasi. Bisa aja sih deposito buat 10 taun, tapi itu jadi kayak nabung biasa. Return-nya abis buat nombokin inflasi wkwkw
Jadi emg harus dicek dulu sih profil resiko dan investing tools-nya mau pake yg mana. Dan itu personal bgt :D
Kita perlu merencanakan untuk investasi untuk kemudian hari. Yang penting PDCA harus jalan,
ReplyDeletekebanyakan planing tanpa action juga hanya jadi angan-angan ya mbak.
IYA BETUL BANGET! Setelah belajar dan yakin harusnya langsung praktek sih. Dulu waktu memulai reksadana dan saham juga berbekal sedikit ilmu dan keyakinan akan resikonya. Krn kalo ndak praktek nggak bakalan paham juga yg terjadi di lapangan kan? :D
Delete